30. MASIH RENCANA

1.5K 263 94
                                    

Happy 30k readers. Somoga bisa nyampe 50k aminnn❤
Thankyou untuk yang masih setia baca cerita gaje ini💙

HAPPY READING🌸

Ketiganya kembali ke rumah setelah mencari barang-barang untuk persiapan lomba dan kebutuhan rumah. Arsen langsung merebahkan tubuhnya di sofa.

"Ra, Ra. Sini dong," ujar Arsen manja. Cowok itu duduk di pinggiran sofa lalu menepuk bagian kosong di sampingnya.

Ara menurut. Perempuan itu duduk di samping Arsen sambil tersenyum. Ara mengeluarkan beberapa belanjaannya untuk ia lihat kembali.

"Ini kenapa Kak Arsen beli dua?" tanya Ara kaget saat melihat hodie putih itu dua. Kalau ingin beli dua kenapa Arsen tidak memilih model yang berbeda.

"Itu lo satu." Arsen mengambil hodie tersebut lalu mengeluarkan satu lagi dengan model yang sama namun ukuran lebih kecil.

"Ini punya Lala." Arsen menunjuk hodie paling mini tersebut. "Ini gue satu," ujar Arsen menunjuk hodie yang paling besar.

Lalu Arsen melempar satu hodie pada Ara. "Itu elo. Kita kembaran," ucap Arsen membuat Ara melongo.

"Ih kok kembaran?" tanya Ara tersipu malu. Hodie ini harusnya dipakai oleh orang yang sudah berkeluarga, karena Ara pikir ini untuk couple sekeluarga. Ayah, ibu dan anak. Lah ini dipakai Ara, Arsen dan Lala.

"Gak apa-apa. Kita pakai nanti pas lomba. Kita tunjukin ke Geo. TUNJUKIN!" Sepertinya Arsen punya dendam kesumat dengan Geo. Api membara di hatinya ketika mengingat wajah menyebalkan anak itu.

"Kalau Kak Atan sama Eka lihat gimana?" tanya Ara membuat Arsen langsung diam. Lelaki itu menatap hodie yang ia genggam lalu menggeleng.

Kalau gue racunin mereka berdua sebentar dosa gak ya? batin Arsen berniat jahat. Otaknya berputar agar Eka dan Atan tidak melihat saat nanti Ara dan Arsen menggunakan hodie kembar. Kalau sampai Atan dan Eka lihat, mau ditaruh dimana muka Arsen ini?

"Kak Arsen malu ya kalau deket sama aku?" tanya Ara membuat Arsen memusatkan pandangannya pada gadis yanh sedang menunduk di depannya.

"Bukan gitu." Arsen menghela napasnya. "Bukan malu karena elo. Tapi gue malu sama diri sendiri," ujar Arsen dengan menipiskan bibirnya.

Dia sering berbicara hal-hal yang dapat menjebaknya sendiri di waktu yang mendatang seperti saat ini. Dia mencintai gadis di depannya tapi Arsen terlanjur mengatakan bahwa dia hanya kasihan pada Ara. Dan terus menyangkal fakta bahwa dia mempunyai perasaan lain pada Ara. Kalau tiba-tiba Arsen dan Ara terlihat sweet. Atan dan Eka bisa mengejeknya tanpa henti.

"Nanti lo juga bakal tau." Arsen mengibaskan tangannya. Menatap ke sekitar untuk mengalihkan perhatian. "Lala mana?" tanya Arsen pada Ara.

"Ke atas tadi. Katanya mau belajar. Lala rajin ya kaya Kak Arsen," puji Ara pada dua saudara tersebut, meski sama menjengkelkannya tapi Ara tidak mengelak bagaimana Arsen dan Lala mempunyai semangat belajar yang besar.

"Oh ya jelas." Arsen mengibaskan rambut hitamnya. Memamerkan gaya tengil di depan Ara yang malah terlihat mempesona bagi Ara. Hebat, cinta memang sehebat itu.

Ara berdiri lalu mengambil beberapa kantong balanjaan yang berisi peesedian dapur sebulan. Bi Uyi sudah pulang karena ini juga sudah hampir isya. Ara pergi menuju dapur meninggalkan Arsen yang sedang cengar-cengir tak jelas apa sebabnya.

Perempuan itu menata buah-buahan, sayur, dan makanan lainnya di kulkas. Ara tersentak saat mendapati Arsen di belakangnya. Jaraknya sangat dekat membuat Ara membeku, tidak berani menengok ke belakang sedikit saja.

ARASEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang