43. PERMINTA MAAFAN

1.2K 177 14
                                    

Kita sering merasa tidak memiliki apapun. Namun kenyataannya beberapa manusia masih menatap dengan rasa iri, karena kita bodoh dalam menilai diri sendiri tapi begitu pintar dalam menilai orang.

Ara, Ria, Mia dan Arca berlari mengejar angkot yang seharusnya mereka naiki saat ini. Keempatnya hampir ketinggalan angkot karena mengatri memesan es cincau di pinggir. Sengaja mereka naik angkot karena Arca berangkat dengan supir, Ara berangkat dengan Arsen sedangkan mobil Ria dan Mia kehabisan bensin. Uang yang seharusnya dipakai untuk membeli bensin malah dipakai beli kaos kaki putih Mia.

Setelah menyelesaikan perdebatan yang panjang. Akhirnya keempatnya setuju untuk pulang bersama naik angkot. Arsen juga sudah pulang lebih dulu bersama Eka dan Atan mereka bilang mau pergi bertiga untuk merayakan selesainya ulangan semester gasal. Murid-murid hanya tinggal menunggu hasil.

"Pak hati-hati saya belum nikah!" teriak Mia. Cewek itu berpegangan erat pada kembarannya yang duduk di sampingnya. Ini yang membuat Mia tidak suka naik angkot, dia takut menemukan supir yang ugal-ugalan.

"AAA!" teriak Arca, Ria, Mia dan Ara bersamaan. Supir yang mengemudi di depan mereka malah mengeluarkan cengiran yang menyebalkan.

"Bisa nyatai gak nyetirnya?!" tanya Ria dengan nada tinggi.

"Gini aja mbak. Biar seru," jawab supir angkot itu lalu menambah kecepatan lajunya.

"AAA!" lagi-lagi teriakan keempat perempuan itu berteriak. Dengan tidak tahu dirinya supir itu malah membelokkan angkotnya ke kanan dan kiri membuat formasi oleng.

Ria yang geram dengan supir itu memajukan duduknya sampai di belakang tepat supir itu. "Gue bilang pelan-pelan!" teriak Ria di samping telinga sang supir. Tangan Ria terulur untuk membuang topi yang dipakai supir itu secara terbalik, dengan bruntal Ria menjabak rambut supir angkot itu.

"Lo denger gue gak, hah?!" tanya Ria sekali lagi.

"Iya neng, iya ini pelan-pelan," ujar sang supir memelankan laju kendaraannya.

"Nah gitu dong!" sentak Ria galak. "Apa lihat-lihat?!" tanya Ria emosi ketika supir itu menengok ke arah Ria.

Ara hanya bisa tertawa kecil melihat perbuatan teman-temannya. Supirnya cari mati mau berhadapan dengan singa betina seperti Ria. Bahkan Eka yang bar-bar bisa tunduk pada Ria.

Ara membuka jendela di belakangnya. Menghirup udara luar sana.  Dari sini Ara bisa melihat remaja-remaja seusianya yang berjalan memenuhi trotoar. Ada yang bersama kekasihnya dan tidak sedikit yang sekedar nongkrong bersama teman-temannya. Mata Ara terpaku ketika melihat sepasang remaja dengan lawan jenis berlarian sambil bergandengan tangan, tawa dari keduanya menansakan betapa bahagianya mereka berdua. Tidak perduli dengan hari esok yang ada di benak mereka hanyalah, saat ini mereka saling mencintai.

Angkot itu terus berjalan melewati rumah-rumah megah yang memanjakan mata. Ara tersenyum berharap suatu hari nanti dia bisa memiliki salah satu rumah yang terjejer di sana.

"Mega!" Suara Ara membuat ketiga perempuan yang juga berada di sana menoleh ke arah Ara.

Mia dan Ria mendekat ke arah Ara. Sedangkan Arca langsung membuka jendela di belakangnya. Keempatnya tertegun ketika melihat Mega yang di dorong-dorong oleh seorang perempuan seusianya.

"Pak, Pak berhenti Pak," ujar Ara pada supir angkot tadi.

Supir itu menghentikan angkotnya. Ara yang hendak keluar dari angkot seketika urung ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut Arca.

ARASEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang