Senja tak bisa menutupi kekhawatiran apalagi lima belas menit lalu setelah temannya itu terbentur langsung berlari cepat membelah kerumunan, barulah selesai istirahat kedua dia mendapatkan notifikasi pesan masuk.
Macan lepas: AMBILIN TAS GUE SEKARANG. JANGAN LAMA!
Senja: dimana? Kagak usah ngegas
Macan lepas: belakang gudang
Senja: bolos lagi
Macan lepas: dah tau masih nanya
Senja: :"(
Gadis berambut pirang tersebut mengamati sekitar, yakin sudah aman dia berjalan kembali sembari memeluk tas berwarna biru malam itu.
"Tuh, kan! Berdarah." Senja menahan diri tidak menjerit, lengan seragam Alea kotor. Dia menggeleng heran, bagaimana bisa gadis itu tenang saja dan tidak merasakan rasa sakit atau kemungkinan Alea menutupinya.
Alea merebut paksa tasnya. "Luka robek ini cuma luka biasa, dahlah. Sana pergi, hush. Gue mau pulang duluan." Bersiap menuju gerbang belakang sekolah yang berkarat itu, Senja memegang tangannya erat. Alea menoleh malas.
"Nanti kalau Miss Denia nanya kamu gimana? Aku harus jawab apa?" tanya Senja cemas.
Alea terdiam ada benarnya. "Lo tinggal foto gue dalam keadaan kaya gini," sahutnya.
Senja mendelik walau begitu tetap menurut mengeluarkan ponsel miliknya, semakin jengkel melihat Alea yang memasang wajah eksis sembari menunjukkan dua telunjuk.
"Harusnya Kak Virgo itu berterima kasih sama gue karena udah nolongin adiknya. Lah ... ini malah nasihatin gue jadi cewek lemah lembut." Alea mengomel, berjanji akan membalas seniornya itu penyebab kepalanya bocor. Beruntung lukanya tidak terlalu lebar cukup di bersihkan dengan air lalu di tempeli hansaplast.
Senja tersenyum geli sekesal apapun Alea masih bisa menghargai dan memanggil sopan, orang yang lebih tua darinya. Untuk itu Senja tidak pernah menyesal dan selalu memberikan contekan, Alea bisa bersekolah elit ini karena beasiswa di bidang non akademik mengharumkan Ritra High School juara taekwondo nasional dan cabang lainnya. Intinya mereka berdua itu saling mengutungkan.
"Semoga aja Nesta masuk geng kita, kan seru tuh jadi trio. Hehe ... apalagi Nesta di jauhin yang lain, gak punya temen dia," ucap Senja menyengir.
"Gue aduin sama Nesta lo, bahagia di atas penderitaan dia." Alea mendorong pelan kening Senja, yakin sekali tidak mungkin gadis sesempurna Nesta mau berteman. Kalau pun Senja yang berdarah biru tentu cocok, sementara bagi Alea dia cuma ampas yang perlahan akan terbuang.
"Alea Rayuna Listar mukanya langsung sedih, mikirin apaan sih?" Senja sedari tadi mengamati dalam perubahan ekspresi Alea, binaran mata itu yang biasanya penuh intimidasi berubah redup, seolah ada kesedihan dan masalah berat di hadapi.
"Bodo amat! Gue pergi dulu, jangan sampai absen jadwal gue tanpa keterangan bilang sakit." Setelah mengatakannya Alea berbalik badan, berjalan ke gerbang. Tempat itu salah satu akses keluar selain gerbang utama. Sepertinya Alea harus mengeluarkan tenaga kembali, gerbang besi yang berat dan penuh karat.
****
"Bunda, mau makan!" Rengekan keras dari anak perempuan lima tahun itu, air matanya mengalir deras. Menangis lebih kencang saat mata sipitnya menyadari siapa yang duduk tengah meracik mie di meja makan.
"Sisil dah makan, sekarang giliran Kak Rayuna. Yang lain juga udah kenyang," sahut wanita paruh baya tersebut.
Alea mendengarnya menghela napas, memikirkan tadi pagi dia telah makan di kantin. Alea boleh tegaan, santai saja mematahkan tangan yang selalu mencari ribut padanya, tapi jika di biarkan Sisil terus kelaparan maka dipastikan panti asuhan langsung terisi suara tangisan.
"Sisil boleh makan tapi pijitin dulu kaki Kak Rayuna. Zaman sekarang gak ada yang namanya gratis!" ucap Alea sembari memperlihatkan mienya, di sisi piring terdapat telur rebus dan kacang goreng.
Anak yang lain sibuk melap piring melemparkan tatapan iri yang di balas Alea pelototan mengancam.
"Lo semua kalau pengen makan lagi ambil sisa di tong sampah," lanjut Alea sinis.
Bunda menggeleng heran. "Bicaranya gak boleh gitu, Yuna. Nanti sakit makan-makanan sisa. Bentar lagi bunda juga masak," ungkapnya.
Alea sengaja menjulingkan mata dengan senyuman mengejek, sembari kakinya di selonjorkan Sisil. Dua kaki Alea di pijit berlangsung lima menit, Sisil hendak kembali menangis sadar mienya berkurang.
"Cengeng banget, baru tiga suap." Alea berdecak kesal, terpaksa menggeser mienya ke Sisil. "Nanti malam pijitin lagi."
Anak perempuan itu mengacungkan jempol mungilnya, semakin merapat ke meja. Melahap mie goreng penuh semangat.
"YANG NAMANYA ALEA BULUK TOLONG PAKAIAN DI MESIN CUCI AMBIL, LO ITU JOROK TAU GAK?!" Teriakan melengking bersamaan seorang gadis kurus jangkung memasuki dapur, bersedekap menatap sinis nama yang di panggil.
Teriakan Arin berhasil membuat semua orang terlonjak kaget begitu pula Bunda dan Alea.
"Itu bukan milik gue!"
"Jelas itu punya elo, Lea. Seragam krim sekolah elit itu punya lo! Apa perlu gue robek dulu baru ngaku." Aria mengeram kesal, mengetahui siasat Alea. "Gue nggak mau jemurin seragam bau tai kucing lo itu."
Suara tawa mengisi dapur, gadis rambut hitamnya yang kucir kurang rapi tersebut berdiri paksa. Berjalan tertatih karena Arin menariknya keluar dapur.
"Lepas atau tangan lo pengen gue patahin!"
"Bodo amat gue aduin Bunda, kan seorang Alea takut Bunda!"
"Bidi imit gin idiin bindi, kin siirini Alii tikit bindi."
Arin mendengus kuat, malah menarik bruntal Alea walau susah payah padahal tinggi keduanya tidak terlalu jauh, tapi badan Alea layaknya karung.
"Sekarang ambil cucian lo, enak banget ya sumpalin celana dalam, seragam, kaos kaki sampai gue gak sadar ada yang numpang dicucian gue!"
Rasanya telinga akan tuli tiba-tiba terus mendengar suara cerewet Arin, pakaiannya telah bersih. Bodohnya Arin tidak mengembalikan lagi ke dalam mesin cuci, Alea tinggal menjemur.
"Makasih ya lo udah bantuin gue, hem ... gue baru ingat lo pengen tendang gue dari panti ini, kan? Boleh kok sebelum itu gue jahit mulut lemes lo dulu," kata Alea ketus sembari tersenyum miring. "Alea tidak pernah sendirian, not alone. Musuh Alea Rayuna Listar adalah hidup sendiri. Doain aja semoga itu gak pernah terjadi."
JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN KOMENNYA. MAKASIH❤ SEMOGA SUKA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat [END]
Teen FictionNamanya Alea Rayuna Listar Dunia seolah membenci Perannya dianggap sebagai antagonis Hidup menderita ditertawakan Perlahan namun pasti jati diri Alea mulai tersibak! Ada dua pilihan "Hancur atau Bertahan?" "Gue Kakak lo!" Gadis berambut berantakan i...