RAJA BUCIN & RATU LUMPIA

1.9K 248 3
                                    

Bertopang dagu Tirta mengamati Alea yang duduk di seberangnya. Jika dari dulu menjinakkan gadis garang tersebut dengan lumpia, Tirta tidak harus bersikap keras, tapi setelah dipikir-pikir Alea juga yang keras kepala. Apa susahnya menurut, membalas perasaan Tirta. Banyak yang kagum maka dimata Alea, dia makhluk hidup yang seolah wajib dijauhi.

"Ngapain liatin gue kaya gitu?! Itu mata mau gue tusuk!"

Kumat lagi. Tirta menggeleng, sebelah tangan Tirta lalu menepis kepalan yang tertuju di wajahnya.

"Makan, sayang. Kasian anak kita. Jangan galak-galak nanti kamu keguguran," sahutnya. Alea mengeram kesal, oke. Tahan! Rasanya sejak dulu Tirta jera sekali pun tak pernah, Alea cukup tenang khusus malam ini. Lagipula jarak panti asuhan cukup jauh, bisa kerinting kakinya memilih kabur.

Alea menunduk anggap batu, memakan kembali lumpia dua box sekaligus di meja. Lelaki yang bernama Bagas itu tadi mengatakan jika hari ini lelaki itu ulang tahun dan sengaja memberikan padanya. Alea tentu curiga, namun berkat namanya Jeno meyakinkan, Alea menerima.

"Itu ... isiannya keju." Tirta tertawa meledek, air muka Alea yang berubah kusut. "Box di kiri lumpia kekinian, itu aja gak tau. Khas itali, terus di dalam ada mayonesnya hem agak lumer."

Alea tercengang dengan Tirta merebut, kemudian Alea tidak salah lihat kan? Bekas gigitannya Tirta makan, jujur dilidah Alea sangat aneh.

"Kebanyakan makan-makanan miskin. Kayaknya sayang aku tiap hari harus kirimin makanan para sultan biar kamu terlatih." Tepat disela kunyahan Tirta raut wajah Alea seperti semula. Kurang ajar itu mulut, wajar Alea selama ini pakai urat kelakuan Tirta bikin orang mau mencekiknya.

"Bacot!"

Tirta bersikap tuli.

"Yang isian keju biasanya cuma dua, sisanya palingan itu cokelat keju, nasi goreng, say---"

"Berisik, diam. Kalau nggak gue pergi." Alea menyela, kali ini suaranya tidak sarat emosi. Alea frustasi, risih menjadi pusat perhatian. Malam ini suasana hatinya juga berantakan.

Tirta akhirnya diam bersamaan Alea menghela napas lega. Cukup setengah jam Alea menghabiskan lima belas lumpia. Lumpia makanan kesukaan dari segala banyak makanan. Masuk ke mulutnya isian biasa di jual gerobak dorong bihun, kentang, dan potongan ayam berbentuk dadu.

"Eh, Bu bos ternyata banyak makan!" Diam satu tumbuh seribu, tepukan dibahu Alea yang sedang minum tersedak. "Maaf. Gue kira ngapain." Dika cengar-cengir, gerakan cepat berlari sementara Jeno tergelak kemudian duduk tenang di samping Tirta yang segera bangkit. Dika kurang ajarnya menyentuh gadisnya.

"Lebih cantik visual nyata daripada di foto," kata Jeno membalas manik kelabu tersebut, sudut bibirnya terangkat tipis. "Gue kagum. Bisa bikin Tirta tunduk, coba deh lo lembut walau dikit nggak papa kok. Tirta bilang dia benar-cinta cinta mati sama lo."

Alea berdecak kesal nada suara Jeno dramatis, kenapa semua anggota Geng XLORES selalu mengatakan hal sama. Apa kekejaman Tirta ada obatnya, mereka bilang Alea sendiri.  Sangat aneh, yang pasti tipe Alea bukan seperti Tirta. Dia telah memiliki perasaan ke orang lain dan jauh lebih baik, meskipun hanya mencintai sepihak.

"Sayangnya gue udah punya pacar." Sebelah alis Alea naik mendapati raut wajah Jeno yang kaget. "Bercanda, tapi Tirta masuk list cowok paling gak gue suka. Kalau bisa pengen gue jauhin, bikin emosi!"

Jeno tersenyum miris. Sahabat kecilnya itu jika ingin sesuatu harus di dapatkan, bagaimana pun caranya. Banyak sisi buruk di mata orang lain termasuk Alea. Andai, Alea mengerti tapi Alea jelas memberikan pandangan buruk itu sudah melekat. Cukup waktu yang menjawab semuanya. Bisa saja Alea tidak menyadari pondasi yang terbangun kuat mulai roboh walau kemungkinan kecil terjadi.

****

"Muka kamu keliatan kurang tidur." Senja yang baru datang meneliti lekat Alea. Pagi-pagi buta keduanya berjanjian untuk datang lebih awal, Alea terpaksa meminjam ponsel Bunda mengingat benda berharga satu-satunya itu rusak mengirim pesan ke Senja.

"Gue tidur cuma dua jam."

"Serius?"

"Iya."

"Kamu bilang atap panti dah diganti yang baru. Bocor lagi ya? Kenapa gak tidur di rumah aku aja."

Alea menempelkan pipinya ke meja, dingin. Sesi tidur sebelum bel masuk buyar karena kecerewetan Senja, Alea jadi menyesal. Seharusnya dia sendiri ke sekolah.

"Gimana gue tidur, manusia jadi-jadian. Mulutnya frontal katanya gue tidur banyak kesempatan tujuan Tirta perkosa gue. Cari masalah emang itu bekicot!" Alea menyahut emosi, senyuman menyebalkan Tirta berkata kalem sambil duduk di jendela. Niat Alea ingin membunuh Tirta makin berkobar.

Senja menutup mulutnya sebentar. "Kam--- kamu takut, aku ngerasa aneh setelah kamu pingsan karena demam seminggu lalu banyak perubahan. Ah, maksudnya pas kamu udah dibentak Kak Virgo." Berikutnya Senja menunduk, kenapa dia salah bicara. Alea memberikan ultimatum tidak boleh menyebut apalagi membahas seniornya tersebut. Alea bilang dia sensitif mendengar nama itu.

"Gue nggak pernah takut sama Tirta! Itu waspada, gue tetap perempuan. Bunda tau ada laki-laki di panti bahaya." Alea tidak yakin dengan ucapannya tapi tak peduli. Sepertinya sore ini Alea perlu memalangi jendela.

Sekarangi Alea menyusun strategi agar tak bertemu Tirta hari ini, bersembunyi di kelas. Tirta mengetahui bahkan dulu pernah sengaja mengunci, siasat berduaan. Mengingat itu Alea bergidik ngeri, beruntung berhasil kabur. Memberikan tendangan kuat diselangkangan Tirta hingga cowok itu menjerit kesakitan.

Heartbeat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang