ANTAGONIS KE ANTAGONIS

1.9K 263 9
                                    

Alea memutar bakmi di mangkok dengan garpu kemudian memasukkannya ke mulut. Uangnya ada di dalam tas, traktiran dari Virgo atau tepatnya pemaksaan yang Alea lakukan. Dia akan mengikuti semua perintah Virgo khusus satu jam asal mengisi perutnya terlebih dahulu.

Bibir Virgo tertarik ke atas, mengamati lekat adik kelas di sampingnya kini yang makan, pipi itu mengembung sempurna, Virgo berusaha mengendalikan diri. Bergeser menjauh, berdehem samar.

"Perempuan makan harus anggun."

"Bodoing ameat."

Virgo berdecak kesabarannya sangat di uji dan Alea menurut, yaitu memasukkan mie itu pelan-pelan seakan takut mienya kesakitan.

"Lo tinggal di mana?"

Alea yang ditanya mendadak mengerutkan kening sebagai respon mengedikkan bahunya. Tidak ada kewajiban dia menjawab, untuk apa alasannya? Hampir semua warga RHS tau dia tinggal di panti asuhan, mustahil adik pemilik sekolah swasta ini tidak mengetahuinya.

"Sifat lo memang menyebalkan, bikin semua orang darah tinggi. Gue harap secepatnya berubah karena itu bisa aja makin banyak yang benci sama lo."

"Gue bahagia banyak yang benci, kesenangan gue mereka benci tapi gak mampu membalas. Mereka udah yakin pasti kalah berurusan dengan seorang Alea."

"Di samping gue sekarang lo dalam keadaan sakit!"

Alea dibuat kebingungan tapi dia pandai menyembunyikannya, bibir pucat itu terbuka lebar tertawa keras seraya menepuk bahu Virgo.

"Dasar aneh."

Virgo menghela napas, baru hendak menjawab dering ponsel berbunyi nyaring di balik saku celana coklat kotak-kotaknya.

"Mau ke mana?"

"Jangan ke mana-mana. Gue angkat telpon dulu, lo tunggu di sini. Awas kalau kabur!" Setelah mengatakannya Virgo buru-buru berjalan keluar kantin sembari menempelkan hape ke telinganya.

Hampir sepuluh menit tak ada tanda-tanda kemunculan Virgo, Alea mengusap keringat dingin yang menetes di keningnya. Sakit demam itu benar-benar menyusahkan, kakinya di bawah meja gemetar. Perutnya kenyang namun kepalanya tetap pening.

"Aneh. Kenapa gue nurut sama Virgo?" gumamnya pada dirinya sendiri. Pandangan Alea mengitari kafetaria RHS yang sepi karena sedang KBM.

Hari ini Alea berhasil kabur dari Tirta tetapi tidak dengan keadatangan tiga orang gadis memasuki kantin, Alea gerakan seribu kilat merosotkan badannya, bersembunyi di kolong meja.

Sepertinya ketiga orang tukang bully itu bolos, bukannya mencontoh yang baik justru membawa ke jurang sesat.

Gak papa lo jadi pengecut gini, sekarang sakit Alea. Jaga kesehatan lebih utama. Alea membatin, tanpa sadar mengigit pipi dalamnya. Rambut panjang Alea sampai menutupi wajah, hidung mancungnya ikut memerah. Di sini banyak debu, hidungnya mendadak sensitif.

Dan Alea bersin.

Bahunya menegang.

Alea mengambil ancang-ancang untuk melawan telinganya menangkap derap langkah kaki. Alea keluar, mejanya di geser paksa nyaris saja kepalanya terbentur.

"Ngapain lo di sini para lonte?" katanya pedas sembari bersedekap. Alea tersenyum sinis menatap satu persatu Rasya, Kara, dan Mila yang termundur. Mereka tidak tau kali ya di dalam hati Alea terus merafal doa berharap Virgo datang, dia keadaannya tidak baik-baik saja. Sekali lihat mereka pun pasti menyadari.

Untuk pertama kalinya Alea takut.

"Tadi di koridor Tirta nyariin lo, adik kelas tersayang!" Selesai kagetnya Kara bergerak maju, di koridor tanpa beban Tirta dan anteknya berjalan cepat, ketua geng Xlores memilih berputar, katanya ingin ke toilet. Itu yang mereka bertiga dengar saat  melintasi di depannya.

"Lo sakit ya? Senja bilang tadi lo pingsan." Gadis yang tingginya sebatas bahu Alea dengan kacamata bulat itu memicing curiga. Alea balas memberikan tatapan tajam.

Senja kampret, polos dan bego gak beda jauh.


****

"Hajar sampai dia mati, kita pakai sarung tangan menghilangkan sidik jari. Buang mayatnya jauh-jauh ke hutan!"

Rasya tersenyum lebar, sibuk mengikat simpulan mati di tangan Alea lalu kakinya. Dia mendongak, yang dikatakan Kara benar juga. Langka sekali melihat si mulut pedas ini sekali senggol langsung jatuh.

Sementara Alea sibuk dengan pemikirannya, pasrah? Sial sekali, seharusnya dia tidak menuruti perkataan Virgo kemungkinan Virgo ikut ambil bagian apalagi status Kara adalah tunangan Virgo, semua orang tau. Di mana acara tersebut di rayakan sangat meriah di hotel bintang lima. Alea tidak diundang hanya Senja yang mendapatkannya.

"Lo semua pengecut, sialan! Dasar lonte!" ketus Alea berusaha melepaskan diri dan mengelak namun gagal. Tamparan keras berakhir di pipinya, ruang ganti itu di isi bunyi keras.

Mila menunduk, jemarinya mengusap pipi Alea yang mulai berubah warna. "Gue masih ingat waktu itu lo bilang gue mata empat, nerd. Sekarang bego yang sebenarnya bakal tunjukkin siapa yang bego di sini."

Rasya tertawa setelah mengetahui bahwa perempuan yang paling di bencinya sakit. Rasya senang luar biasa, menyuruh bodyguard sang papa membelikan yang dia perlu mengantarnya ke sekolah.

"Gue sejak SMP naksir Tirta. Tirta itu jiwa pemimpinnya kuat banget. Kita berdua udah saling berdekatan, gue tinggal nunggu Tirta ngajak pacaran." Rasya beralih berjongkok.

"Eh, nggak di duga. Kejadian satu tahun gue berhutang budi sama lo, nyelamatin gue dan Tirta dari para begal bersenjata. Di satu sisi itu justru bikin Tirta berpaling terus sukanya sama lo."

Alea mendengarkan, tak kaget memang begitu awal pertemuannya. Tepat seminggu kemudian Tirta mulai membuntuti Alea, bibirnya selalu keluar kata picisan dan gombalan.

Alea keras maka Tirta makin keras. Picican dan gombalan di bulan ketiga berubah umpatan kasar dan pemaksaan.

"Itu urusan lo sama si raja iblis itu, gue kagak ikut campur! Gue gak suka Tirta, gue benci dia. Kalau lo ngira benci jadi cinta. Bullshit! Ambil, sekalian ikat. Harusnya itu yang lo lakuin bukan malah ke gue!"

"GUE GAK SANGGUP LIAT TIRTA MANDANG GUE JIJIK!" Rasya berteriak gusar. Air matanya jatuh, andai Alea tidak datang menyelamatkan, biarkan mereka terluka asal dia bersama Tirta. Tirta setiap pagi menyapa dan mengatakannya bidadari cantik. Semenjak kenal Alea, beralih membuang muka saat Rasya menghampiri.

"LO ITU CUMA ANAK KOTOR, MURID DI SEKOLAH ELIT INI SEMUANYA JELAS. GIMANA BISA LO MASUK SEKOLAH INI, HAH?!"

Alea jatuh dari kursi, mencium lantai. Kembali tidak mampu mengelak ember yang berisi air kehitaman itu tumpah tepat di belakang punggungnya.

"Intinya lo harus mati. Kasian orang tua lo di surga pasti nungguin anaknya!" Benda yang di keluarkan Rasya di tas selempangnya membuat Mila dan Kara kaget.





*****

Jangan sider ya. Seneng banget dapat notif vote apalagi komen, gimana ceritanya?

Aku sangat berharap kalian suka❤ terima kasih banyak sudah meramaikan cerita ini.

Heartbeat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang