Epilog

3.5K 247 52
                                    

Pria bermata teduh itu melemparkan dasi ke kasur, mulai memasuki musim dingin tidak dia pedulikan sekedar berbalut jaket atau mantel. Melepaskan semuanya, menyisakan singlet hitam dan celana selutut.

Kekhawatiran Virgo terkadang masih menghantuinya, dia tidak bisa tenang sebelum melihat sang adik baik-baik saja. Ini sudah enam tahun berlalu, selama itu pula mereka menutupinya.

Membiarkan kisah lama terbungkus menjadikan kisah baru yang terus berjalan walaupun terkadang banyak kerikil yang menghambat.

Pintu balkon terbuka, di sana duduk seorang perempuan sedang menyesap sesuatu yang Virgo yakini isinya di cangkir susu cokelat hangat, runitas Nessa setiap malam.

"Nanti kamu sakit." Virgo mendekat, tersenyum tipis. Menarik kursi di sebelah adiknya yang sedari tadi diam bahkan sekedar menoleh, menyapanya lebih dulu. Virgo tebak, ada hal yang dipikiran Nessa hingga membuat perempuan itu melamun.

Nessa balas tersenyum, sepasang manik kelabu tersebut menatap langit kota Milan. "I am fine, cuma sedikit berharap kalian mengizinkan adik tersayang ini untuk tinggal sendiri."

Virgo tertawa pelan jemarinya terjulur merapikan rambut pirang Nessa. "Kasih alasan yang bikin Kak Virgo harus menuruti kamu dan kamu yang bisa mengalahkan Kak Elang."

"Jujur ya, Kak Virgo. Aku sering merasa nggak tenang satu ruangan dengan Kak Elang misalnya satu meja makan, intinya yang menyangkut Kak Elang." Nessa menjawab serius. "Lagipula Nessa sudah mandiri."

Ekspresi Virgo berubah sesaat, terdengar helaan napas di bibir itu. Virgo meraih telapak tangan Nessa, enam tahun berlalu jika diamati lebih teliti bekas kejadian itu lukanya masih membekas, seperti banyak jahitan di jemari Nessa.

"Terus kamu mau apa?"

"Pulang ke Indonesia dan aku akan bekerja di sana."

Virgo terbatuk seolah tidak membiarkan Virgo menyela Nessa kembali meneruskan.

"Lagipula aku harus ke makam Samuel, orang yang telah menyelamatkanku ... walaupun Nessa melupakan siapa Sameul, sedekat apa dia dengan Nessa tapi aku tau Samuel orang baik dan berjasa dalam hidup Nessa Granya Pradana."

Kening Virgo berkerut dalam, seketika satu nama melintas pasti Senja lah yang menceritakan, namun Senja masih sadar diri.

"Pas Senja liburan ke sini dia bilang apa aja ke kamu?" tanya Virgo.

"Katanya kalau aku pulang tempat pertama yang di datangi bukan rumah bahkan tidak boleh meminta istirahat, aku harus ke makam Samuel lebih utama, sahabat seorang Alea atau Nessa."

Virgo bernapas lega, mengusap surai panjang itu. Virgo bukannya bersyukur Nessa lupa ingatan, tapi kejadian itu terlampau menyakitkan untuk diingat.

Virgo juga tau setiap Nessa berdekatkaan dengan Elang, duduk gelisah pasti saling berhubungan atas sikap egois Elang.

Dokter bilang Amnesia Lakunar yang dialami Nessa. Dimana sebagian memori mengalami kerusakan. Yang membuat Virgo nyaris pingsan adalah Nessa melupakannya dan Elang.

Bayangan memori yang terlupakan, Virgo yakini orang-orang telah memberikan luka batin.

Nessa mengingat Senja dan Nesta, tapi katanya hanya nama disebut Nessa, kebersamaan itu terlihat samar membekas.

"Kak!"

"Ya?"

Nessa berdecak. "Jangan melamun daritadi aku bicara panjang lebar, temani aku ketemu Kak Elang."

Virgo membuang muka Nessa tidak pernah menyadari bahwa kakak pertamanya sangat egois. Di saat Nessa perlu terapi agar ingatan itu kembali, Elang justru tidak memperbolehkan.


Heartbeat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang