"Ini gue mau di bawa ke mana?" Alea menahan gerak kursi roda yang di dorong Tirta, keadaannya tidak memprihatinkan sampai harus pakai alat bantu, namun Tirta tetap Tirta cowok paling keras kepala yang Alea kenal.
"Taman belakang rumah sakit, pasti lo bosen di kamar terus. Lagian Virgo juga iyain gue angkut lo keluar." Tirta menyahut ketus, berdiri di sisi Alea. Dengan muka datarnya lengan Tirta berada di leher sementara yang lain menyelinap di belakang lutut Alea.
Badan Alea menegang, hendak protes suaranya seakan tertelan. Ini bukan pertama kali Tirta menggendongnya, tapi kali ini dia benar-benar sadar dan tidak merasakan rasa sakit saat perutnya terluka.
"Lo gak lupa kan cara bernapas?" Alea mengerjap, embusan hangat tepat di daun telinga. Alea sedikit mendongak mendapati Tirta kembali tersenyum, senyuman khas ledekan yang selalu membuatnya naik pitam di detik ini kemarahannya melebur, pergi entah ke mana.
Alea berdehem duduk kaku di kursi putih taman cukup luas di pijaknya sekarang, pandangan Alea mengitari sekitar sebelah alisnya naik suasananya sepi, terkesan horor walaupun begitu dia tidak akan takut.
Jerit-jerit tertahan atau bisa jadi memegang tangan 'orang itu' duduk di samping. Membayangkannya saja Alea bergidik ngeri.
"Nah, ini baru Alea Rayuna Listar yang gue kenal." Tirta tertawa geli seraya menepuk-nepuk puncak kepala Alea bukannya lembut tepukan itu lebih mirip pukulan, Alea berdecak langsung menepis kasar tangan Tirta.
Tirta justru kesenangan tanpa ragu merangkul Alea sengaja menarik gadis pujannya merapat.
"Jangan tidur mendadak, mau minta istirahat sama cape lo harus izin dulu sama gue. Kalau gue bilang boleh baru lo tutup mata!" katanya tegas.
Alea diam.
"Kita balikan gimana? Gue maksa, gue juga yakin lo pasti berharap pengen kita pacaran lagi kan? Belum 24 jam udah keburu putus, gue tau lo bercanda kejadian di UKS karena lo lagi emosi."
Alea menoleh malas, Tirta memang banyak bicara.
"Diam berarti menerima."
Bukannya dia sudah berhutang budi pada Tirta, lupakan soal sifat Tirta yang menyebalkan masih ada sisi baik. Siapa yang tau jika di masa akan datang, hubungan ini memberikan keuntungan padanya.
"Yaudah."
Tirta tersentak diam-diam mengulum bibir, menahan senyuman. Beralih duduk bersila di hadapan Alea kemudian tangannya terangkat berada di bahu Alea.
"Yaudah untuk apa?"
"Kita balikan. Puas!" Alea berkata serak, kepalanya menunduk dengan kedua pipi tanpa bisa dia duga bersemu merah. "Jujur, hari ini gue belum suka sama lo. Jadi terserah lo mau berubah lebih baik, gue paling gak suka diatur dan tertekan karena bagi gue itu siksaan pasti lo ngerti maksud gue..." lanjutnya.
Alea tidak paham atas dirinya sendiri, apa ini karma? Mungkinkah, yang Alea harapkan semoga tidak benar. Dari dia hanya diam saat Tirta menunduk lalu mengecup lama keningnya hingga bibir itu turun mempertemukan bibir pucatnya.
Tanpa seorang pun yang mengetahui di tempat sama, pemuda tinggi berjaket abu-abu itu menatap lurus di sisi pilar rumah sakit, buket bunga yang tengah dia peluk sudah rusak parah.
"Kalau gitu terpaksa gue pakai cara aman, Tirta. Gak lo sadari, gue bakal lebih maju daripada lo," gumam Samuel tersenyum bengis.
***
"Katanya Oma pengen pulang ke Indonesia." Virgo sedang minum tersedak, perhatiannya lalu berpusat pada Nesta.
Nesta meringis buru-buru memberikan tisu, tidak menyangka respon kakaknya itu yang sampai memasang ekspresi kaget.
Virgo menghela napas. "Ya, kamu harus siap-siap. Melapangkan dada setiap ucapan pedas keluar dari mulut Oma apalagi kalau marah. Kamu tau sendiri Oma gimana, apalagi status kamu sekarang tapi buat gue dan Elang itu biasa aja," sahutnya panjang lebar.
Gadis bertubuh mungil itu mengangguk, dari dulu dirinya telah kebal. "Terus soal Alea yang tinggal di panti Kak Virgo gak ada niat nyuruh Alea pulang ke rumah. Oma udah tau lama, Oma itu pintar. Nanti Oma curiga soal cucu perempuannya menolak tinggal di rumahnya sendiri."
Kebingungan Virgo menjawab semua pertanyaan Nesta.
"Apa aku tanya dulu sama Kak Elang pasti Kak Elang bisa bantu. Alea kayaknya selalu nurut, selama ini tiap aku atau Kak Virgo di dekat dia sikapnya seolah waspada tapi Kak Elang beda."
Virgo memandangi tak yakin, Alea menerima keluarganya saja Virgo benar-benar bersyukur. Jelas sekali Alea paling tidak suka dipaksa.
"Kasih aku waktu tiga hari, Alea bakal nerima tinggal di rumah!" ucap Nesta.
****
PART PENDEK
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat [END]
Roman pour AdolescentsNamanya Alea Rayuna Listar Dunia seolah membenci Perannya dianggap sebagai antagonis Hidup menderita ditertawakan Perlahan namun pasti jati diri Alea mulai tersibak! Ada dua pilihan "Hancur atau Bertahan?" "Gue Kakak lo!" Gadis berambut berantakan i...