Samuel panik beralih duduk di lantai meletakkan Alea ke pangkuannya, darah keluar dari hidung semakin mengalir deras.
"Lea, bangun. Lea!" Samuel menepuki pelan pipi Alea, jika memilih opsi membawa Alea ke UKS itu berarti dia mengkhianati janji bahwa tidak ada yang boleh tau keduanya saling mengenal dan pasti Alea akan naik pitam atas semuanya terbongkar.
Bibir itu pucat, dapat Samuel rasakan telapak tangan Alea sangat dingin. "Gue mohon bangun, katanya lo strong! Lo sakit apa? Please, bangun."
Tidak ada pilihan lain Samuel harus menolong Alea, kakinya menegak sembari meletakkan sebelah tangan Alea melingkar di lehernya, Samuel menggendong Alea menuju pintu. Penjaga perpustakaan entah ke mana, saat muridnya memerlukan bantuan.
"Ga--gak usah." Suara parau itu membuat perhatian Samuel teralihkan baru hendak memegang knop pintu, sedikit lega mendapati kelopak mata itu terbuka.
"Lo sebenarnya kenapa?" tanya Samuel lirih sembari berbalik, berjalan ke sofa panjang satu-satunya tempat empuk di ruangan ini. Kemudian merebahkan Alea pelan.
"Dasar cerewet! Sama gue aja lo cerewet. Duh, sakit banget pala gue!" Ucapan Alea respon delikan Samuel, memang ya sahabat kecilnya ini sudah dikhawatirkan malah dia dapat semprotan.
Alea duduk bersandar memijit pelipisnya gentar melihat warna merah itu menitik ke roknya. Alea juga tidak tau kenapa, kepalanya hanya sakit berakhir mimisan.
"Bentar. Gue cari tisu dulu."
Tak lama Samuel datang sembari memegang sekotak tisu, memberikan pada Alea yang langsung membersihkan atas bibirnya dan menyumpalkan pelan, cara menghentikan mimisan seperti itu tapi jangan terlalu lama.
"BANGSAT LO SELINGKUH DARI GUE!" Keduanya tersentak, Samuel menoleh cepat. Gagal menahan Alea yang ditarik kasar oleh Tirta.
Tirta mengeram gusar, bermaksud mengkagetkan gadisnya justru tersuguhkan oleh tindakan paling dibenci Tirta.
"Kita gak pernah pacaran dan itu gak akan pernah terjadi!" desis Alea mencoba melepaskan cengkeraman Tirta. Tirta sangat kasar Alea bahkan nyaris hilang akal menghadapi Tirta selama setahun ini.
Tirta melempar tatapan tajam ke Samuel. "Lo pengkhianat, udah pernah gue bilang jangan terpesona sama si curut. Dia jelek jadi cuma punya gue," ucapnya.
Rasanya Alea ingin sekali menendang Tirta. Drama apa ini tolong jangan sampai perpustakaan mendadak berubah jadi pasar kaget.
"Gue sakit terus dia nolongin gue. Namanya siapa? Makasih ya temen tuyul udah nolongin gue," ketus Alea berbohong.
Samuel mendengus kuat. "Gak usah cemburu, Ta. Salah paham lo ... katanya berpencar itu gue udah nemu."
Cowok jangkung berparas tampan tersebut bergeming sementara Alea mengerjapkan matanya, sekali lagi tidak mungkin hanya karena bola basket tubuhnya lemas itu pun tak mengenainya sedikit pun.
"Apa kamu baik-baik saja?" Kedatangan beberapa orang mengalihkan ketiganya bersamaan pertanyaan itu. Sebelah alis Samuel naik, Tirta menatap lurus mengenali pria berpakaian formal itu yang di belakangnya dua bodygrouad mengikuti.
"Pak Elang," gumam Samuel heran. Samuel berdiri di sisi Tirta, tersenyum ramah setelahnya pada pemilik yayasan Ritha Highschool itu.
Tirta tadinya emosi kini ikut memasang senyuman manis. "Pak Elang ngapain di sini?" tanya Tirta mewakili Samuel. Aneh saja, ahli waris Pradana yang hartanya terkenal tidak habis tujuh turunan itu ada di perpustakaan.
"Saya ingin bertemu Alea untuk membahas ekstrakulikuler bela diri dalam perwakilannya di Jerman," tutur Elang.
Alea yang sibuk memijit pelipisnya memilih cuek kini kembali menoleh, menatap datar. Soal itu, Alea tau. Tapi dia sudah menolak keras, buang-buang tenaga entah berapa kali dia katakan hanya bertanding di dalam negeri.
"Mohon maaf saya menolaknya." Alea menunduk, beruntung mimisannya berhenti keadaannya saja yang berantakan.
Samuel melotot, Alea yang sadar gerakan Tirta si raja iblis itu menyikut keras siku Tirta. Jarang sekali melihat Tirta bersikap sopan.
Seberapa kuat Alea tetap menengakkan badan, disekelilingnya terasa berputar. Tindakan Alea yang tiba-tiba berjongkok membuat orang-orang di dekatnya kaget apalagi Samuel berusaha menutupi kepanikannya dan tidak mendekat.
"Kita ke rumah sakit!" kata Tirta tegas. Alea berdecih lalu menepis tangan Tirta yang berada dibahunya. "Bisa gak sih lo gak usah sok kuat, gue peduli sama lo! Jangan sampai gue kasar!" lanjutnya tak tahan.
Alea keras kepala tidak ingin dikasihani yang mengenalnya pun tau, hanya Tirta mampu mengalahkan.
"Kalau kamu sakit kamu boleh menolaknya, Alea Rayuna Listar." Baik Tirta dan Alea tertegun terlebih pemilik yayasan RHS itu kini menuduk sembari tersenyum. Alea menahan napas tangan itu mengusap rambut panjangnya.
Pertama kalinya Alea sedekat ini, dari dulu selalu melihat jarak jauh di depan kelas atau bangkunya setiap bulan memeriksa RHS.
Kenapa ada sesuatu aneh dihatinya? Seolah dekat dan manik gelap itu tidak asing, perasaan menjanggal terasa kuat.
"Terima kasih sudah mengerti kondisi saya, Pak Elang." jawab Alea parau.
***
Tinggalkan jejaknya berupa vote dan komen. Makasih❤
Jangan sider ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat [END]
Teen FictionNamanya Alea Rayuna Listar Dunia seolah membenci Perannya dianggap sebagai antagonis Hidup menderita ditertawakan Perlahan namun pasti jati diri Alea mulai tersibak! Ada dua pilihan "Hancur atau Bertahan?" "Gue Kakak lo!" Gadis berambut berantakan i...