Alea membasuh wajahnya di kran wastafel, kelopak matanya tak bisa menahan untuk tak terpejam. Kenapa akhir-akhir ini seolah lemah? jelas bukannya, orang-orang asing itu datang tanpa diminta. Hidupnya makin rumit jika diawasi. Sangat-sangat sadar.
ini bukan dongeng setiap malam yang pernah Bunda ceritakan saat dia kecil atau novel mendadak besoknya keturunan darah biru, Alea tertawa keras. Suara tawa Alea mengisi toilet besar RHS bercat putih gading tersebut.
"Gila. Gue mikirin apaan sih, anjir! Receh amat." Tangan Alea yang terkepal memegang erat ujung wastafel. "Sekarang tetap tujuan Alea Rayuna Listar balas dendam ke orang-orang yang udah nyakitin kamu."
Alea mendongak agak termundur kecil siapa berdiri di belakangnya sembari bersedekap, menyeringai lebar.
"Udah gue bilang lo nggak akan bisa sembunyi dari gue, Lea. Karena selamanya kita ditakdirkan bersama."
Terserah lo
Alea memutar bola matanya hanya Tirta yang notabennya siswa biasa ah ralat mungkin penguasa sampai memasuki toilet perempuan, ini tidak gampang keluar. Pasti di depan pintu geng berandalan tersebut berjaga.
"Mau apa?"
"Gue mau lo."
"Kenapa sih gue itu selalu naik pitam kalo bicara sama lo. Minggir, gue masih sabar."
Sebelah kaki panjang Tirta lalu dengan mudah membanting pintu.
"Ada yang mau gue bicarain, ini pemikiran gue. Situ keras kepala gue bakal lebih dari itu bukan sekedar ancaman, ingat kita berduaan di toilet. Gue punya kendali untuk telanjangin lo." Tirta berkata serius sembari mengikis jarak.
Rasanya Alea ingin sekali menjerit kenapa harus dia yang kalah. Tetap waspada badan Alea berbalik paksa, membentur pelan tembok.
"Sekarang, pelajaran ke lima gue ulangan sosiologi. Jangan cuma gara-gara orang sinting nilai gue nol," sahut Alea sarkas.
Tirta tersenyum lebar tidak banyak waktu membalasnya, kepalanya sedikit menunduk. Sangat bahagia sekali mampu membuat gadis cantik bertubuh semapai ini takut, setahun lalu hingga sekarang hanya Tirta membuat gadis di hadapannya ini seolah masuk cangkang.
"Apa lo adalah bungsu dari keluarga Pradana yang dinyatakan hilang 13 tahun lalu. Ah, lebih tepatnya kecelakaan tapi jasadnya polisi dan timsar gagal menemukan..."
Kaki Alea gemetar dan itu semua tidak luput dari pandangan Tirta, kecurigaannya cukup satu Elang Angkasa Pradana gampangnya ke perpustaakaan menawari Alea kembali perwakilan di Jerman, Tirta tidak akan bisa dibodohi pasti ada alasan lain dibaliknya.
"Apalagi Virgo senior si besar kepala itu katanya sering jijik deket-dekat sama orang rendahan, aneh kan mau aja deketin lo. Temen Virgo kalangan human atas," sambung Tirta.
Kedua kalinya Alea tertawa kemudian sebelah tangan kanannya berada di lengan Tirta, tersenyum tipis setelahnya. Gerakan sengaja mengusap lengan Tirta sampai bahu.
Tirta tertegun. Pancaran matanya berapi-api beralih melotot kecil.
"Kalau iya emang kenapa? Dan kalau enggak emang kenapa? Jujur ya gue justru memilih mati faktanya darah mengalir di tubuh gue keluarga orang-orang mengandalkan harta dan kekuasaan." Alea menyahut kalem.
"LO NGGAK BOLEH MATI!" Tirta berteriak seraya menepis tangan Alea, mendorong kembali punggung gadis itu namun kali ini lebih keras. "Tadi bercanda, pokoknya lo nggak akan mati! Sampai kapanpun." desisnya.
Alea memutar bola matanya. "Lo bukan Tuhan."
Tangan Tirta terkepal kuat berusaha mengendalikan emosi, karena tanpa sadar bisa saja dia menyakiti gadisnya ini. Cukup sekali, Tirta melihat Alea tumbang. Soal menangis belakangan, cukup sumpalin bawang merah Alea pasti sudah mengeluarkan air mata.
Menjelang siang itu Tirta memilih keluar toilet, wajahnya memerah. Sebelah alis Alea naik, tak lama setelah Tirta pergi banyak kepala bermunculan di depan pintu.
****
"Kenapa akhir-akhir ini lo banyak melamun, Nes?" tanyanya. Lami mendudukkan diri di sebelah Nesta. "Udah gue bilang jangan peduliin nyinyiran mereka."Nesta menghela napas sekuat apapun bersikap biasa nyatanya gagal. "Gue oke kok, gue beneran makasih. Cuma lo yang gak fake."
Lami menepuk bahu Nesta. "Katanya lo nggak diusir, tapi muka lo kaya banyak beban."
Gadis mungil tersebut terkekeh geli, menempelkan pipinya di meja beruntung berteman dengan Lami hanya Lami yang bersikap netral.
"Gimana ya gue beneran syok ternyata orang itu adik Kak Elang dan Kak Virgo yang sebenarnya bukan lagi ngaku-ngaku. Justru gue merasa bersalah mengambil haknya selama ini," jawab Nesta lirih.
Lami kaget.
"Ser--serius?"
"Iya, dari mulut Kak Virgo sendiri yang bilang kenyataan itu. Di sisi lain gue boleh kan ... egois." Manik mata Nesta berkaca-kaca, tersenyum miris. Dia takut, belum lagi berhadapan dengan keluarga kandungnya. Pasti mereka akan semakin meneror yang paling utama bagi mereka adalah uang.
"Siapa?"
"Kak Virgo bilang nggak boleh gue kasih tau ke orang lain. Maaf."
Lami menganguk paham. "Secara perlahan semuanya bakal terungkap, entah itu kesalahan atau kebenaran. Tergantung, tapi gue yakin lo bisa bersaudara baik sama dia."
Jangan lupa vote dan komen ya🌟 aku berusaha untuk update tiap hari☺
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat [END]
Teen FictionNamanya Alea Rayuna Listar Dunia seolah membenci Perannya dianggap sebagai antagonis Hidup menderita ditertawakan Perlahan namun pasti jati diri Alea mulai tersibak! Ada dua pilihan "Hancur atau Bertahan?" "Gue Kakak lo!" Gadis berambut berantakan i...