"Lo serius?!" Virgo berseru sembari melompat dari ranjang, berlari ke arah balkon di mana Nesta berada. Walaupun suara Nesta pelan telinganya masih berfungsi baik.
Nesta termundur kaget tak bisa menahan senyuman, ternyata tidak sesulit dia bayangkan bahkan Nesta sudah ingin lebih dari tiga hari namun faktanya, besoknya Alea setuju.
"Iya. Alea setuju, sekarang kita cuma berpikir gimana penyambutan Alea."
"Nessa gak suka kaya begituan."
Gadis bertubuh mungil itu mendesah kecewa, manik matanya mengitari sekitar jalan perumahan yang sepi. Dia akan punya saudara sekaligus teman seumuran, rumah ini akan semakin berbeda putri selama ini mereka sembunyikan datang dan Nesta tidak lagi merasa bersalah mengambil hak Alea.
"Aku beneran berterima kasih sama kalian udah bantuin keluarga aku, walaupun Mama mengambil keuntungan aku tinggal di sini. Sampai sekarang Nesta bingung kenapa Mama menolak Nesta serumah sama Mama," gumamnya lirih. Jemari Nesta meremas pembatas balkon, dia berhutang budi banyak pada keluarga Pradana.
Virgo tersenyum samar sebelah tangannya menepuk lembut puncak kepala Nesta.
"Lo adik gue sampai kapanpun bakal kaya gitu. Yang jahat Mama lo, Nana. Bukan lo, jadi jaga kepercayaan keluarga gue. Tante Sella cuma butuh uang bagi Kak Elang itu gampang," balas Virgo.
Nesta tercengang. Sudah lama Virgo tidak memanggilnya Nana panggilan khusus kedua kakaknya.
Semenjak kebusungan keluarganya terbongkar, bagaimana para media mempertanyakannya di keluarga inti Pradana dan itulah awal Elang membongkar semuanya.
Sikap hangat Virgo menghilang, cara bicara Elang berubah kaku tetapi sebatas dia menolong kecil panggilan itu kembali datang dari bibir Virgo.
Nesta menubruk dada Virgo, air mata yang sedari tadi dia tahan di panti asuhan Alea karena perasaan bersalah yang menyiksa ini akhirnya tumpah, menangis terisak di kaos hitam Virgo.
Dia sakit.
Keluarganya tidak pernah membuka tangan atau sekedar menawarkan diri agar dia bisa melihat sang mama dan dua kakaknya. Sonya, tindakan Sonya sangat fatal sebatas alasan karena namanya.
Sonya berani melukai Alea.
Yang membuat Nesta kehilangan kata-kata saat Elang mengungkapkan kakaknya Sonya dinyatakan gila akibat depresi berat.
"Jangan nangis." Virgo tersenyum samar, beralih mengusap punggung Nesta. Tinggi adiknya ini sebatas dadanya, sesuai janji Virgo dia akan menjaga adik-adiknya termasuk Nesta Kalista Fadilah.
"A--aku sayang ... sayang banget sama, Kak Virgo." Nesta berbisik gagap, melingkarkan tangannya lebih erat. Percayalah ada perasaan lega dihatinya, beban ini sedikit berkurang. Nesta tau masih banyak yang nanti akan dia hadapi, memasang tameng untuk tetap kuat.
Cukup bertahun-tahun dia jadi tuan putri di rumah mewah ini.
Sementara di tempat lain, gadis bertubuh semapai itu yang tadinya memandangi wajah pemuda tengah duduk di jendela langsung termundur sadar orang itu menurunkan kaki, dan kini benar-benar berdiri di kamarnya.
"Mau ngapain lo?" Alea mendelik, kembali melipat pakaian lalu memasukkan ke lemari mini di samping tempat tidur.
"Emang nggak boleh berkunjung ke rumah pacarnya. Gue itu sehari aja gak liat muka lo rasanya hidup gue pahit," jawab Tirta jujur.
Alea memutar bola mata, bodoh kalau dia percaya begitu saja. Mana suara Tirta sengaja dibuat halus, di sisi lain Tirta tetap berbicara santai. Alea akan jijik kalau Tirta harus memakai aku, kamu.
"Gue sibuk."
"Yaudah, gue bantu."
"Gak usah!"
"Gue doain luka jahit lo kebuka terus lo bakal kaya malam itu rintih-rintih sakit ke gue."
Sialan.
Alea menghela napas khusus malam ini memiliki stok kesabaran banyak. Di ingatkan malam itu Alea sungguh malu bagaimana santainya Tirta membuka sisa kancing seragamnya dan tangan Tirta---Alea malu hingga ke tulang.
"Cie, pipinya merah."
"Diam!"
"Semakin pipi lo merah gue justru kesenangan padahal gue dah lupa jadi ingat lagi. Makasih ya, badan lo berisi juga."
Berikutnya rakit nyamuk menghantam wajah Tirta. Tirta meringis, Alea tersenyum penuh kemenangan. Selesai dengan pekerjaan memasukkan pakaiannya ke lemari Alea berbalik badan kembali ke meja belajar di sudut ruangan.
Masih banyak catatan yang harus dia tulis.
"Sebenarnya lo cinta gak sama gue, bilang suka kek, Sayang kek, I love you kek, I miss you kek. Biar romantis, gak cuma cowok yang mulai cewek juga punya kewajiban."
Alea mengeram gusar.
Tirta tetap penggangu sebelum keinginannya terpenuhi. Entah dosa apa Tante Cesa hingga mendapatkan anak modelan macam Tirta.
Alea nyaris menjerit lampu kamar yang mati, benar-benar gelap kecuali cahaya samar di luar kamarnya.
"Bego, ke--"
"Taraaa!"
Badan Alea bergeser paksa, Tirta sudah berdiri di sebelahnya dengan sebelah tangan memegang lilin sementara yang lain memegang pematik lalu mendekatkan ujung sumbu lilin putih itu.
"Lanjutin nulisnya, pakai lampu kuning kaya gini biar romantis awalnya gue pengen ajakin keluar tapi kayaknya lo sibuk."
Alea mengalah, menghargai tindakan Tirta. Bukan berarti berbagi tempat duduk, telunjuk Alea mengarah ke kursi yang Nesta duduki beberapa jam lalu.
"Tap--"
"Lebih baik lilinnya padamin."
"Iya, kursinya gue ambil."
Alea berdecak kesal. Anggap di kamarnya sendirian, tanpa sosok laki-laki yang mengaku pacarnya itu. Alea kembali fokos pada ponsel yang diberikan Elang tadi malam, membuka roomchat Senja, banyak hasil jepretan catatan rapi Senja.
Lilin itu diletakkan di tengah-tengah meja, Alea mencoba fokus pada buku tapi tetap saja gerakan-gerakan Tirta di samping terasa mengganggu.
"Lo udah makan?" tanyanya.
"Habis selesai catat gue bakal makan. Gak usah sok peduli."
"Sini gue suapin."
Alea menoleh kaget, tertegun begitu saja dari Tirta yang mengetuk dagunya. Refleks Alea membuka mulut menerima suapan nasi goreng di atasnya ada potongan sosis.
"Lo makin cantik kalo nurut, sesekali lembut gitu."
Untuk beberapa detik Alea lupa cara bernapas, di manik gelap itu memancar keluguan bercampur permintaan. Apa selama mengenal Tirta, Alea selalu bersikap keras. Sepertinya jawabannya iya.
Padahal Tirta ingin mendekat.
Alea tidak pernah menerima dan kasar maka Tirta kelamaan ikut kasar seakan frustasi menghadapinya.
****
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA❤ MAKASIH
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat [END]
Teen FictionNamanya Alea Rayuna Listar Dunia seolah membenci Perannya dianggap sebagai antagonis Hidup menderita ditertawakan Perlahan namun pasti jati diri Alea mulai tersibak! Ada dua pilihan "Hancur atau Bertahan?" "Gue Kakak lo!" Gadis berambut berantakan i...