KECEMBURUAN SAMUEL

1K 148 1
                                    

Tirta tersenyum congkak, sebelah tangan melambai ringan ke para murid berhenti di sisi koridor yang memandangi antara penasaran dan kagum. Untuk kesekian kali bagi mereka Raden Tirta Buana mampu melunakkan Alea walaupun gadis itu bereskpresi datar mau saja di gandeng Tirta.

Tidak tahu bahwa di ujung lobi ketiga gadis serempak berdecak kesal termasuk di tengahnya Rasya yang menghentakkan kaki dengan sepuluh jemari terkepal kuat.

"Sialan, gue kalah!" Rasya tanpa sadar memukul bahu Mila dan Mila meringis, cepat-cepat menjauh yang ada dia jadi samsak tinju.

"Eh, tapi cocok lo." Erin di sebelah kiri berceletuk walaupun di detik ketiga segera meminta maaf mendapatkan tatapan laser.

"Gue enggak bisa diam gue harus ke sana," gumamnya lalu Rasya berjalan mendekat ke mana tujuan kedua orang itu ke pinggir lapangan. Rahang Rasya mengeras, tempat setelah dekat tangannya terjulur menyentak kuat tangan Alea.

Alea kaget namun menyadari siapa pelakunya ekspresi wajah Alea seperti semula bahkan kali ini Alea lebih memilih diam, biar Tirta yang ambil bagian.

"KAMU KENAPA SAMA PEREMPUAN DUNGU INI?!" teriak Rasya tepat di hadapan Tirta sambil melirik bengis Alea.

Tirta yang tidak menduga semuanya, mengerjap agak lingkung. Perlu beberapa saat menyadari situasi, Alea di samping tersenyum samar justru Tirta lah layak dibilang dungu. Ketua Geng apaan kalau tingkahnya saja masih mirip bocah.

Rasya memeluk Tirta. "Kamu udah janji sama aku, kita sahabatan dari kelas satu SMP. bertahun-tahun cuma gara-gara satu perempuan kamu lupa aku, itu sakit banget, Tirta! Please, kamu sayangkan sama aku, ayo kita pacaran atau lebih baik tunangan," ucapnya.

Tirta mendelik kemudian mendorong paksa Rasya, matanya menghunus tajam dengan seringaian lebar. "Ya, gue akui emang sayang banget sama lo bahkan gue punya niat kita pacaran tapi semuanya hancur karena kesalahan lo sendiri, gue harus berpikir kesekian kali dan lo bukan perempuan yang bisa bikin gue bahagia!" jawab Tirta penuh arti.

Alea mendengarnya sedikit tertegun begitupula yang lain atas pengakuan Tirta apalagi Alea melihat perubahan air muka Rasya yang menegang. Kesalahan? Kesalahan apa maksudnya? Hingga Tirta semarah itu, bisa jadi setahun lalu sebelum dia menolong kedua orang itu dari para begal.

Lamunan Alea jadi pecah karena sikunya tiba-tiba di dorong, Alea menoleh ke belakang, tanpa peduli lagi Tirta dan Rasya.

Erin.

Satu nama apalagi kalau orangnya muncul Alea tidak bisa menjaga emosi. Gadis berponi rata inilah penyebab masa SMP-nya seperti neraka.

"Lo cantik," gumam Erin.

Alea tertawa pelan, rambut panjangnya refleks Alea kibaskan tak tahu saja tindakan itu sampai mereka yang menonton tercengang.

Bagaimana tidak, Alea Rayuna Listar itu cantik. Tubuhnya semampai, ideal untuk ukuran perempuan, bulu matanya lentik di tambah bibir itu yang biasanya pucat kini berwarna cerah.

Hari ini seolah lampu sorot hanya untuk Alea dan desas-desus selama semingguan mengatakan Alea adalah adik kandung pemilik yayasan, di hari kelima menyakini karena Nesta mengiyakan pada saat itu.

"Gue udah bilang jangan pernah muncul di depan gue karena jelas gue akan balas dendam lo sendiri yang mendekat." Alea bersedekap, semakin terpancing Erin yang justru tersenyum tenang.

"Em--"

"Baru namanya Lea milik Samuel sehat begini." Samuel muncul mendadak bersaman suara Erin yang tertahan dengan santai merangkul Alea  berdiri merapat padanya.

Alea terdiam.

"Gue cemburu, Lea. Liat lo sama Tirta, katanya putus kenapa sekarang balikan lagi." Samuel berbisik lalu menatap lurus Erin. "Menurut lo, Erin. Alea cocoknya sama gue, kan? Bukan sama Tirta." tanyanya.

Sedangkan Tirta menangkap suara itu mendelik, berusaha melepaskan pelukan Rasya kembali. Tidak kuat Tirta mendorong kasar Rasya hingga terjatuh ke lantai berhasil mengalihkan perhatian Alea.

"Kamu kenapa di situ, sini!" Tirta mengeram gusar sejak kapan Alea sudah menjauh dari jangkuannya padahal tadi Alea berdiri di sampingnya.

"Gak bisa! Alea sama gue."

"Lo siapanya, bego! Jangan sampai gue habis kesabaran."

"Alea itu selalu tersiksa nempel sama lo."

"Bacot."

Nama yang terus disebut mendengus kuat. Apa ini namanya dia jadi bahan rebutan, lengan Alea sudah di peluk Sameul. Perangai Sameul yang dingin dan banyak diam akan hancur detik ini juga bagaimana tingkah menyebalkan pemuda itu.

"Ehem." Deheman itu membuat ketiganya jadi menoleh mendapati sang senior yang berjalan mendekat kemudian menarik Alea. "Alea cuma buat kakaknya bukan dua bekicot kaya kalian!" lanjut Virgo.



****



Baik Senja dan Alea bertos ria, Alea tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Catatan yang dia ketinggalan pelajaran akhirnya selesai dan telah berada di meja, mata pelajaran guru masing-masing.

"Kamu gak punya hutang lagi," kata Senja berbinar.

Alea terkekeh geli. "Kalo nggak ada lo gue juga gak tau harus ngapain. Hm, makasih."

Senja mengangguk semangat. "Jadi emang bener kamu itu Nessa?" tanyanya. Senja tau suasana hati Alea sangat baik jadi respon Alea pasti akan sesuai yang Senja harapkan.

"Bisa dibilang begitu, udah gue bilang kan pas di kamar waktu itu lagipula kalo bukan mustahil gue menginjak kan kaki di rumah mereka yang pengamanannya lumayan ketat."

Senja berjalan lebih dulu lalu menghalangi jalan Alea, senyuman Senja semakin lebar. "Gimana kalo kita foto, katanya kamu punya hape baru. Ya, kan? Sekali ini aja aku mau post foto kamu, Lea. Di instagram," ujarnya mengebu.

Alea menurut patuh anggap saja sebagai imbalan Senja bersedia membantunya, di gedung para guru dan staf tata usaha tersebut Alea dan Senja berpose. Senja yang mengacungkan ponsel dengan Alea di sebelah mengangkat jemari telunjuk dan tengah, sementara Senja mencubit pipi bulatnya lengkap bibir yang sengaja di majukan.

Karena bahagia itu senderhana.

Alea rasa cukup bersama Senja dunianya berwarna. Begitupula sebaliknya. Di balik tawa terkadang luka sengaja disembunyikan.



*****

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA❤ MAKASIH

Heartbeat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang