GEMPAR

1.4K 191 1
                                    

Rasanya Alea ingin sekali kabur. Lebih baik tadi menurut saja perkataan Virgo lebih baik istirahat, Alea melirik punggung tangannya yang digenggam pemuda jangkung di depannya menuntun sepanjang lorong.

Alea berusaha menyakinkan diri bahwa ini semua hanya satu bulan.

"Ternyata bener kalo mereka pacaran yang Kak Tirta post di instagram tadi malam."

"Mereka cocok."

"Akhirnya tom dan jerry menghilang."

"Lebih mirip majikan sama hewan peliharaan."

"Paling nggak nyangka Kak Alea cewek tulen."

Pertahanan Alea hancur. Telinganya tidak salah dengar kan? Cewek tulen? Emang itu adik kelas matanya buta dan majikan sama hewan, Alea sudah menyentak tangan Tirta kemudian berbalik, melangkah lebar-lebar menuju gerombolan adik kelas yang berbisik-bisik berhasil membuat telinganya makin panas.

"Coba lo ulangi, bego!" Alea menarik rambut gelombang yang sempat Alea lirik name tagnya Mina.

Tidak menduga orang-orang di dekat Mina langsung memekik tertahan, termundur menjaga jarak.

"Tulen?" Alea tertawa. Manik kelabunya menghunus tajam. Sebelah kakinya ikut menghalangi perempuan yang mengatainya hewan. Yang ini saja telah heboh bagaimana dengan mereka kalau tau dia adalah bungsu Pradana walaupun sebenarnya Alea tidak terlalu berharap.

"Udah. Berhenti." Tirta berada di sebelah Alea melepaskan, ini bukan waktu yang tepat. Keduanya tidak boleh gagal mengajak Alea sarapan ke kantin hanya karena mulut penghuni neraka.

"Tapi lo enggak liat dia ngatain gue!"

"Nanti aja. Ini masih pagi, kita balas dia di luar sekolah." Tirta berbisik di sisi telinga Alea namun mampu di dengar Mina yang gemetar hebat.

Alea menurut membuat orang-orang yang melihat itu tercengang, dari dulu Alea baru mengiyakan saat Tirta melakukan pemaksaan, bahkan dengan kekerasan misalnya saling cubit.

Setengah jam lagi bel masuk berbunyi, Tirta tersenyum bahagia sembari menarik kursi, merentangkan tangan untuk kekasihnya duduk. Sedangkan Alea memandangi itu kesekian kali merinding.

"Kamu mau makan apa?"

"Hm, apa aja."

"Yaudah, bubur bakar gimana? Kata Senja kamu suka, tapi jarang aja beli soalnya Senja bilang kamu nggak ada uang."

Senja sialan. Alea mengumpat dalam hati. Bukannya tidak ada uang Alea lebih memilih makan gorengan daripada harus membeli bubur paling enak di RHS itu, harganya mampu beli lumpia tiga kotak.

Setelah kepergian Tirta, Alea membenturkan keningnya ke meja. Gila! Ini beneran gila. Baru hari pertama kepalanya dibuat pening, Alea juga merasakan napasnya terasa panas. Dia memang mode demam kini.

"Bilang ke gue kalo lo pacaran sama Tirta itu cuma bualan!" Suara dengan nada kesal itu memecahkan lamunan Alea.

Samuel duduk di sebelah Alea, rahangnya mengeras menatap lurus sahabat baiknya itu. Dia butuh penjelasan.

Alea menoleh malas. "Itu nggak bualan. Gue dan Tirta pacaran, resminya tadi malam." Bibir itu menyahut lirih, sebelah alis Sameul naik lebih menangkap nada kefrustasian di sana.

Samuel mendengus kuat. "Jangan bilang dia maksa lo lagi, atau Tirta ancam lo," sahutnya memicing curiga.

"Yang pasti gue dan Tirta pacaran, enggak mau bahas itu. Sekarang gue tanya kenapa lo bilang ke Tirta kita kenal udah lama."

"Bukannya begitu, buat apa sih ditutup-tutupin? Lo itu beneran banyak rahasia, cape gue. Yang gue liat lo setelahnya tepar."

"Gak nyambung!" Alea menyikut perut Samuel, menggeleng heran. Katanya Samuel itu dingin dan pendiam, mana ada yang kenyataannya cerewet.

"LO NGAPAIN DUDUK DI TEMPAT GUE?!" Lengkingan nyaring itu membuat Alea terperanjat kaget begitupula Samuel apalagi satu tinju melayang di pipi Samuel, badan Samuel berikutnya menghantam lantai.

Samuel mendelik, membalas tatapan Tirta tak kalah tajam. Oh, tentu Samuel tidak diam begitu saja. Dua mangkuk di nampan yang sebelumnya Tirta letakkan ke meja berakhir di wajah Tirta.

Orang-orang melihat itu menatap tak percaya. Samuel sebatas anggota inti melawan ketuanya terlebih Samuel berteman baik dengan Tirta, tapi yang terjadi kini bukan lah seperti mereka pikirkan.

***

"Gara-gara kalian nama gue makin jelek, sebenarnya udah biasa. Tapi gue dibilang pakai susuk sampai direbutin."

"Kasih tau aku siapa yang bilang kamu pakai susuk nanti aku injak mukanya!"

"Toh human perlu kaca!"

Alea berdecak kesal, andai Pak Budi penegak kedisiplinan itu terlambat kantin akan bertambah rusak. Alea membuang muka, memberikan handuk yang selesai di gulungnya dengan es batu itu pada Jeno.

"Lo yang urus dua bayi dugong. Ogah gue." Sulit rasanya pergi karena Tirta segera berlari cepat ke pintu, Alea melihatnya meringis. Wajah Tirta penuh lebam.

"Kamu harus obatin aku."

"Gue pacar lo bukan suster."

Tirta kembali tersenyum. Alea mengakuinya sebagai pacar, Tirta menoleh sebentar ke belakang menyeringai lebar pandangannya bertemu Samuel.

Dia menang dan Samuel kalah padahal Tirta yakin Samuel belum sempat maju selangkah.







Jangan lupa vote🌟 dan komen ya. Terima kasih untuk vote dipart sebelumnya❤
Next spoiler : dendam kesumat

Heartbeat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang