27 - Family First

8.7K 1.2K 39
                                    


ᴾʰᵒᵗᵒ ᵇʸ ⱽᵃˡᵉʳⁱⁱᵃ ᴹⁱˡˡᵉʳ ᶠʳᵒᵐ ᴾᵉˣᵉˡˢ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᴾʰᵒᵗᵒ ᵇʸ ⱽᵃˡᵉʳⁱⁱᵃ ᴹⁱˡˡᵉʳ ᶠʳᵒᵐ ᴾᵉˣᵉˡˢ

__________

the twenty seventh part

©pearsnpearls, January 2021

__________


"Do you really have to go?" Chris memajukan bibirnya kecewa melihat Naren sudah kembali mengenakan semua pakaiannya.

"I really don't want to, but I have to ...," balas pria itu dengan nada yang tak kalah kecewa. Kalau bisa, tentu saja ia tidak akan menolak untuk bermalam di sana. Namun hari ini sepertinya bukan waktu yang tepat.

Terdengar menggelikan memang, pria yang usianya hampir kepala tiga masih ragu-ragu untuk menginap di rumah pasangannya sendiri, apalagi setelah pergumulan yang barusan mereka lewati. Tetapi Naren sedang tidak ingin ditanya macam-macam oleh ibunya yang belum juga luluh oleh perempuan pilihannya.

Ia lantas berjalan pelan, menghampiri Chris yang terduduk di pinggir kasur dengan jubah mandinya yang diikat asal-asalan. Dikecupnya sekilas ujung kepala perempuan itu sebagai tanda perpisahan, dan Naren langsung menyesal melakukannya.

Gadis itu belum mengizinkannya untuk pergi. Pelukan posesif dan tatap mata bulat menggemaskan membuat kaki Naren semakin berat melangkah ke luar.

Aroma amber, coco, vanilla, dan sandalwood yang memenuhi kamar Chris karena Santal 26 Classic Candle yang sering dibakarnya, sudah menempel di sekujur pakaian Naren, bercampur dengan lembutnya wangi parfum yang hampir pudar.

Chris menghirup wangi itu lama-lama, enggan melepaskan kaitan lengannya di pinggang pria yang kini lesung pipinya terbentuk dalam karena senyuman lebar.

"Jangan gini dong, nanti aku nyetir pulangnya nggak konsen," celetuk pria itu seraya memainkan cepol rambut yang terikat sedikit berantakan di atas kepala Chris.

"Ugh, fine ... yaudah sana."

Setelah semua yang terjadi, keluar dari kamar Chris rasanya benar-benar kembali ke dunia nyata. Dirinya kembali menjadi Narendra yang bukan siapa-siapa. Narendra, si pria nekat yang waktu itu tanpa pikir panjang menyatakan cinta pada perempuan yang dia sendiri tahu, sebenarnya jauh dari jangkauannya.

Bagi banyak orang, mungkin langkah itu terlihat salah. Tetapi saat ini, Naren terlalu bahagia untuk menyesal. Hatinya terlalu penuh untuk dibuat bimbang.

"Naren," Chris tiba-tiba memanggilnya lagi sesaat sebelum tangannya berhasil meraih gagang pintu depan.

"Iya, aku besok ke sini la"

"No, no, not that—" Chris memotong cepat kalimat lawan bicaranya, "—here!" Kini ia justru menunjukkan layar ponselnya yang menampakkan pesan singkat yang barusan masuk dari asisten pribadinya.

NOT A BAD THING ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang