05 - Nightmare

11.5K 1.5K 103
                                    


ᴾʰᵒᵗᵒ ᵇʸ ⱽᵃˡᵉʳⁱⁱᵃ ᴹⁱˡˡᵉʳ ᶠʳᵒᵐ ᴾᵉˣᵉˡˢ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᴾʰᵒᵗᵒ ᵇʸ ⱽᵃˡᵉʳⁱⁱᵃ ᴹⁱˡˡᵉʳ ᶠʳᵒᵐ ᴾᵉˣᵉˡˢ

__________

the fifth part

©pearsnpearls, october 2020

__________



Tempat ini terlalu terik dan bising. Ratusan orang bergerak saling senggol, penuh sesak di sela debu yang berterbangan. Mereka semua terlihat marah, tak peduli bahwa keringat di tubuh sudah saling sentuh, membuat Chris yang berdiri ditengah, terpental-pental ke segala arah.

I hate it here! gumam Chris pelan.

"Jadi kamu mau kabur terus-terusan?" suara yang sangat familiar tiba-tiba terdengar. Chris menengok. Papanya yang diselimuti kain hitam, berdiri membelakanginya, dengan tangan terikat.

"Pa?" Chris berusaha berjalan mendekatinya, tapi tiba-tiba ada tangan besar yang menarik papanya ke dalam kegelapan. "Pa! Papa!"

"It's okay, Chrissy," kini berganti suara seorang perempuan mampir di telinganya.

"Jennie?" Iya, itu Jennie. Terlihat sahabat masa kecilnya itu berdiri tak seberapa jauh dari tempatnya sekarang. Jennie yang selalu bisa mengerti dirinya, Jennie yang selalu ada di saat dia sedih, senang, bosan, bahkan marah, akhirnya kembali. Lega rasanya.

"Good bye, Chrissy." Jennie tiba-tiba melambaikan tangannya.

"What? No! Please don't go! Jen!" Chris menggapai-gapai tanpa arti, sebab lautan manusia yang memisahkan mereka, tak bisa dia belah.

"Jennie!" Gadis itu masih terus berusaha mengejar sahabatnya hingga ke lorong gelap yang tak terlihat ujungnya.

Berlari dan terus berlari, langkah Chris terhenti saat sorot lampu sangat terang tiba-tiba menyala, disertai bunyi klakson truk yang memekakkan telinga.



BRAK!!!



Chris langsung membuka mata. Keringat sedikit mengalir di pelipisnya dan sekarang napasnya terdengar memburu. Dia langsung melirik jam tangannya. Pukul 8.30 pagi.

Hanya tertidur 30 menit di kursi kantor rupanya masih bisa membuatnya memimpikan hal itu lagi. Mimpi yang tiga tahun terakhir ini sudah tidak pernah mampir.

Ah, mungkin karena lagi capek aja, batin Chris.

Semalam dia dan Naren memang lembur sampai jam 1 pagi di kantor. Sesampainya di condo, Chris pun masih lanjut membaca contoh proposal, data, sampai deck presentasi proyek-proyek Janitra Land terdahulu.

Ia masih asing dengan banyak hal tentang bangunan-bangunan ini. Chris sadar kalau ia bisa masuk kantor tanpa usaha, tapi ia tidak mau kalau melenggang seenak hati tanpa mengerti apa-apa. Dia masih punya malu.

NOT A BAD THING ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang