21 - My World, My Universe

9.2K 1.4K 62
                                    


ᴾʰᵒᵗᵒ ᵇʸ ⱽᵃˡᵉʳⁱⁱᵃ ᴹⁱˡˡᵉʳ ᶠʳᵒᵐ ᴾᵉˣᵉˡˢ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᴾʰᵒᵗᵒ ᵇʸ ⱽᵃˡᵉʳⁱⁱᵃ ᴹⁱˡˡᵉʳ ᶠʳᵒᵐ ᴾᵉˣᵉˡˢ

__________

the twenty first part

©pearsnpearls, december 2020

__________

Naren merasakan otot-otot sekujur tubuhnya mengendur, dengan detak jantung yang kian lama kian melambat, membuatnya merasakan ketenangan yang tak diduga. Suara gemericik dari air terjun buatan yang terletak di sudut ruangan semi terbuka ini membuatnya seolah tidak sedang berada di tengah kota Jakarta yang identik dengan debu dan terik matahari. Hembusan udara sejuk dari pendingin ruangan yang berpadu dengan semilir angin yang barusan diam-diam masuk ke dalam membuat laki-laki itu reflek menarik napasnya dalam-dalam.

Kalau suasana ini berpadu dengan alunan lagu sunda, sudah pasti saat ini ada gurame terbang dan karedok yang sedang tersaji di depannya. Tapi sayangnya sekarang Naren tidak sedang berada di warung sunda yang beberapa waktu belakangan ini sedang diidam-idamkannya.

Sekarang Naren sedang menemani Chrissia terapi di tempat dokter Widy. Berbeda dari praktik dokter kebanyakan, suasana kantor ini begitu segar dan menenangkan. Aromanya pun tidak serta merta lekat dengan bau steril dari alkohol.

Jadi alih-alih masakan khas bumi pasundan, di depan mata Naren saat ini sedang berjejer kalimat-kalimat menusuk hati dari buku Kim Ji-Young: Born 1982 karangan Cho Nam Ju yang akhir-akhir ini jadi bacaan utamanya.

Ruang tunggu itu sepi. Hanya ada Naren dan dua orang pegawai dokter Widy yang sedang berjaga. Kalau bukan karena pikirannya fokus ke buku, dijamin sekarang pria itu sudah tertidur nyenyak dengan mulut sedikit menganga saking nyamannya.

Pada halaman ke-empat puluh dari buku tentang kisah pilu perempuan korban patriarki itu, pintu ruangan praktik yang letaknya hanya beberapa langkah dari ruang tunggu, terbuka.

Tampak dokter Widy ikut mengantarkan Chris sampai ke luar ruangan dan mendapati Naren terduduk sabar menunggu kekasihnya. Lewat pandang yang tak sengaja saling bertemu, dokter Widy tersenyum singkat, meyakinkan laki-laki di hadapannya bahwa Chrissia baik-baik saja.

Soal kondisi mental Chris, Naren awalnya merasa gamang. Dia tidak tahu sama sekali kalau sosok perempuan yang dari luar terlihat baik-baik saja dan tak ada alasan untuk tak bahagia, ternyata menyimpan beban masa lalu yang begitu menyesakkan hati.

Di malam saat trauma Chris muncul ke permukaan, yang bisa ia lakukan hanyalah berusaha menenangkan, memberikan rasa aman hingga perempuan itu bisa terlelap. Keesokan paginya, Chris sudah terlihat biasa saja, jadi Naren pun enggan kembali membuka memori menyesakkan itu.

Selama ini, tak banyak yang tahu soal riwayat Chris yang masih keluar masuk ruang terapi. Dia sangat berhati-hati dan cenderung menutupi sisi lain dirinya itu. Salah satu alasannya adalah dia malas jika harus menerima tatap iba 𑁋yang diluar dugaan𑁋sejak kejadian malam itu, tak pernah satu kali pun keluar dari netra seorang Narendra.

NOT A BAD THING ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang