31 - Choices

8.6K 1.2K 36
                                    

ᴾʰᵒᵗᵒ ᵇʸ ⱽᵃˡᵉʳⁱⁱᵃ ᴹⁱˡˡᵉʳ ᶠʳᵒᵐ ᴾᵉˣᵉˡˢ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᴾʰᵒᵗᵒ ᵇʸ ⱽᵃˡᵉʳⁱⁱᵃ ᴹⁱˡˡᵉʳ ᶠʳᵒᵐ ᴾᵉˣᵉˡˢ

__________

the thirty first part

©pearsnpearls, February 2021

__________

"Mas, gue ngerasa ada yang aneh deh sama Ibu pas kita jenguk waktu itu."

Sabi merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah rumahnya yang sedang sepi. Hanya ada Eja sore itu. Menjadi pekerja di bidang kuliner membuatnya tidak jarang harus masuk di akhir pekan, seperti sekarang. Namun ia bersyukur spesialisasinya adalah di bidang pastry. Setidaknya meski jam kerjanya dimulai jauh lebih pagi, ia bisa pulang ke rumah lebih cepat dari teman-temannya yang lain.

"Kenapa lu tiba-tiba random keinget Ibu?"

"Nggak tau. Kayaknya gara-gara gue baru pulang kerja terus lewat kantor lamanya Naren," Sabi lalu terdiam sejenak, "Ibu tuh kayak berusaha banget biar gue sama Naren nggak sih?"

"Iya, gue juga nyadar. Mana waktu itu ada si Chris. Sumpah itu gue rasanya tiba-tiba pengen pantun biar nyairin suasana. Keliatan mukanya Naren udah kaga enak banget."

"Menurut lo, gue harus gimana, Mas?"

"Menurut lu, lu maunya gimana?"

Sabi berdecak kesal mendengar jawaban Eja yang tidak membantu.

"Lah ini mah yang bisa jawab lu doang, Sab! Gua nih yang penting lu tetep mikir pake akal sehat, jangan ngikutin hawa napsu doang."

"Kok hawa nafsu?"

"Ya kali aja dengan sekarang Ibu jodoh-jodohin lu sama Naren terus lu jadi pengen pembuktian kalo akhirnya lu bisa dapetin yang lu mau telah sekian lama, padahal situasinya sekarang lu udah nggak mau-mau banget."

"Tapi kan yang jodohin Ibu doang, Mas. Mama nggak pernah jodohin gue sama Naren."

"Ya Mama juga nggak bakal nolak punya mantu kaya Naren, Dek. Orang udah kenal dari kecil, udah deket sama keluarga juga. Tapi kan masalahnya di sini Naren udah punya si Chris. Lu juga lagi deket sama si Tyo. Dengan lu nanya mesti gimana, berarti lu masih ada pikiran buat nanggepin jodoh-jodohannya si Ibu."

Sabita tidak tahu pasti apa yang membuat Ibu masih bersikap seperti itu. Padahal di atas kertas, Chrissia adalah sosok perempuan yang hampir sempurna. Dia yakin kalau Chris adalah pacar Eja, mamanya pasti akan dengan senang hati menerimanya menjadi calon mantu.

Seingatnya, waktu dulu ia pertama kali bertemu Chris di rumah Naren, Ibu masih sangat ramah menyambut pasangan anaknya itu. Namun entah kenapa sekarang semua itu berubah seratus delapan puluh derajat.

Jujur saja, apa yang Eja bilang barusan ada benarnya. Mengetahui bahwa Ibu mendukungnya seratus persen untuk bersama Naren, membuatnya senang. Orang tuanya sendiri pun dijamin akan langsung merestui kalau sampai bisa besanan dengan keluarga Naren. Lagipula, biar bagaimanapun pria itu pernah menjadi tambatan hatinya.

NOT A BAD THING ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang