09 - One Sided Sparks

10.5K 1.5K 87
                                    


ᴾʰᵒᵗᵒ ᵇʸ ⱽᵃˡᵉʳⁱⁱᵃ ᴹⁱˡˡᵉʳ ᶠʳᵒᵐ ᴾᵉˣᵉˡˢ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᴾʰᵒᵗᵒ ᵇʸ ⱽᵃˡᵉʳⁱⁱᵃ ᴹⁱˡˡᵉʳ ᶠʳᵒᵐ ᴾᵉˣᵉˡˢ

__________

the ninth part

©pearsnpearls, october 2020

__________

"Ses, maksi apa lo?" tanya Naren saat Sesa berjalan cepat ke arah biliknya.

"Soto, udah titip Pak Karyo tadi," jawab Sesa. "Tapi gue mau turun dulu ketemu cewek lu, Bang."

"Hah? Cewek gua?" Naren heran. Bisa-bisanya Sesa memproklamirkan sesuatu yang bahkan dirinya saja tidak tahu menahu. Sejak kapan coba Naren punya pacar?

"Ayo ikut, We!" Sesa menyenggol Cakwe yang letak bangkunya tidak jauh dari Naren.Tapi berhubung sedari tadi dia sibuk mengetik dan menyumbat telinganya dengan headset, Cakwe tidak mendengar percakapan absurd antara Naren dan Sesa barusan.

"Ikut ke hati lo? Tapi buat info aja nih, kalo elo udah bersemayam di hati gue nih ngendon nggak pindah-pindah." Nah kan, bener. Apapun perkataan awalnya, pokoknya ujung-ujungnya menyatakan cinta.

Sesa reflek menendang tulang kering Cakwe, membuat laki-laki itu meringis kesakitan tapi tetap saja senyam-senyum.

"Mau liat ceweknya bang Naren, nggak?" Sesa mengulangi pertanyaannya.

"Eh tunggu! Lo nih dari tadi cewak-cewek gue, gue aja nggak tau gue punya cewek!" Naren masih menyanggah.

"Ikut lah! Mau liat!" Cakwe langsung berdiri di belakang Sesa.

"Kak Sabi, Bang! Gue mau ambil pesenan bento cake gue di Kak Sabi. Ini orangnya udah di bawah. Lo nggak mau ikut nengok sekalian?" jelas Sesa.

Sang pastry chef hotel ternama ini memang punya bisnis sampingan kalau sedang giliran libur.

Minggu lalu, Sabi minta tolong Naren untuk menyebarkan brosur usaha kecil-kecilannya itu ke teman-teman kantornya.

"Oh ... Sabi mah bukan cewek gua, Ses!" bantah Naren. Tapi Sesa dan Cakwe sepertinya tidak mendengarkannya. Dua orang itu justru langsung berjalan menuju lift tanpa memperdulikan Naren.

"Eh, dengerin gue ga?" Naren sampai menyahut frustasi, menyusul keduanya.

Di depan lift pun ternyata sudah ada Janu dan Naya yang menunggu. Jam makan siang seperti sekarang memang lalu lintas naik turun lift kantor sedang padat-padatnya. Sedari tadi entah sudah berapa kali 6 bilik lift yang letaknya saling berjejer itu membuka dan menutup, menurunkan dan mengangkut para pekerja yang kelaparan.

Naren, Sesa, Cakwe, Janu, dan Naya sampai harus berdiri berdempetan agar tidak menghalangi orang-orang yang lalu lalang. Mereka sampai tidak sadar kalau Chris barusan keluar dari salah satu lift dan tidak sengaja mendengar percakapan soal "Ceweknya Naren" yang menghebohkan itu.

NOT A BAD THING ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang