03 - Izakaya Eza

13.3K 1.6K 145
                                    


ᴾʰᵒᵗᵒ ᵇʸ ⱽᵃˡᵉʳⁱⁱᵃ ᴹⁱˡˡᵉʳ ᶠʳᵒᵐ ᴾᵉˣᵉˡˢ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᴾʰᵒᵗᵒ ᵇʸ ⱽᵃˡᵉʳⁱⁱᵃ ᴹⁱˡˡᵉʳ ᶠʳᵒᵐ ᴾᵉˣᵉˡˢ

__________

the third part

©pearsnpearls, october 2020

__________



"Depan, Sab!" sahut Naren di telpon.

Ia baru saja memberhentikan mobil di depan lobby sebuah hotel bintang lima yang letaknya tak jauh dari kantornya. Dari dalam, terlihat seorang perempuan langsung berjalan buru-buru ke luar setelah melihat ada SUV abu-abu yang berhenti. 

"Napa di main entrance sih? Males banget mesti buru-buru," kata Sabi sedikit ngos-ngosan.

"Lah malah bagus gue jemput di sini kali, jadi nggak repot lo mesti keluar dulu," Naren tertawa sambil menoyor kepala perempuan di sebelahnya itu, "Dodol!"

"Main tangan gue laporin polisi ya!" Sabi mengusap-ngusap kepalanya, terlihat sedikit salah tingkah. Ekspresinya berusaha terlihat marah, tapi detak jantung dan perasaannya berkata lain.

Gadis itu mau tak mau harus menghadap ke jendela untuk menyembunyikan senyum yang susah payah ditahan.


KRIIIINGGGGG!!!!


Tiba-tiba ponsel Sabi menyala. Ada yang menelponnya.  "Halo?" Ia terdiam sebentar.

"Hah? Masa sih? Sumpah tadi kayaknya udah ngecek ga ada yang ketinggalan."  Sabi langsung buru-buru menepuk pundak Naren dan memberi isyarat untuk berputar balik.

"Iya iya oke aku kesana sekarang. Makasih banget yah, Yo ...." nada bicara perempuan itu langsung berubah.

"Sab buset itu ringtone ganti kenapa sih? Kenceng banget kaya bel sekolahan!"

"Ya biar gue denger kalo ada telpon! Udah ah protes mulu lo. Buruan itu depan puter balik." 

"Napa sih emang?"

"Dompet gue ketinggalan, kartu akses juga."

"Ye ceroboh!"

"Ngaca dong, Ren!" Sabi merengutkan kedua bibirnya, berusaha pura-pura marah. Sayang, hal ini sia-sia karena Narendra justru semakin semangat untuk meledeknya.

"Ngaca dong, Ren!" Pria itu membeo ucapan Sabi dengan suara beratnya yang dibuat-buat supaya tinggi. Tawa puas Naren memenuhi mobil beraroma pinus yang sudah dua tahun belakangan sering jadi angkutan antar jemput untuk Sabita.

Karena  belum berkendara terlampau jauh, tak butuh waktu lama untuk keduanya kembali ke depan hotel tempat Sabi bekerja. Di pinggir jalan terlihat ada seorang laki-laki menunggu di sana.

NOT A BAD THING ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang