ᴾʰᵒᵗᵒ ᵇʸ ˢᵒˡᵒᵈ_ˢʰᵃ ᶠʳᵒᵐ ᴾᵉˣᵉˡˢ
__________
the twenty eighth part
©pearsnpearls, February 2021
__________
Janitra Land. Nama tersebut termasuk yang paling termahsyur untuk orang-orang yang berkecimpung di dunia properti dan konstruksi. Termasuk bagi seorang Narendra Hasan yang kala itu baru lulus dari jurusan teknik sipil di salah satu universitas negeri ternama di Yogyakarta.
Berbekal nilainya yang meskipun tidak cumlaude, tapi memenuhi persyaratan yang ada, ia pun mendaftar untuk bisa bergabung. Di hari wawancaranya, Naren gugup setengah mati. Padahal, layaknya anak yang baru sedetik masuk ke bursa pencari kerja, laki-laki berusia 22 tahun itu sudah berkali-kali berlatih𑁋bahkan kadang-kadang sambil berbicara sendiri di depan cermin.
Rambutnya yang pada mayoritas masa kuliah dibiarkan tumbuh hingga menutupi leher dan telinga, sudah ia pangkas rapi sejak menuju sidang dan wisuda. Ia membeli beberapa pasang kemeja dan celana baru agar memberi kesan baik di depan para penilai yang akan dihadapi.
Namun malang nasibnya, lontaran kata yang keluar dari mulutnya kala itu tak mengesankan. Naren ditolak masuk Janitra Land.
Kantor pertamanya adalah perusahaan konsultan teknik yang lokasinya jauh dari tengah-tengah kawasan bisnis Ibu Kota. Tidak terlalu besar memang, tapi justru di sini lah seorang Narendra belajar banyak. Sebab dengan sedikitnya jumlah karyawan, ia lebih leluasa belajar langsung dari atasannya yang untungnya tak pelit ilmu.
Selepas mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi, ia pun pamit. Sekembalinya dari negeri sang Ratu Elizabeth II, dengan gelar yang sudah bertambah di belakang nama, rasa penasaran masih mendera.
Janitra Land kian besar, dan Naren kembali mencoba. Bedanya, kali ini ia tak banyak harap. Usianya sudah semakin dewasa dan nasihat sang Ayah kini berhasil ia tanam dalam-dalam.
"Bang, yang namanya rejeki itu kagak bakal ketuker. Kalo elu baru beli barang harga 15 ribu, terus habis itu lewat toko yang jual barang yang sama tapi harganya 10 ribu, jangan marah. Itu tandanya, duit 5 ribu lu itu rejekinya yang punya toko pertama, bukan rejeki lu."
Ayahnya benar. Kalau sudah rezeki, memang tak bakal kemana. Sebab dengan ekspektasi minimal, dirinya justru bisa tampil maksimal.
Bisa masuk ke perusahaan impian, Narendra tak pernah sedikit pun menyia-nyiakannya. Tak heran, dalam waktu singkat namanya langsung menjadi salah satu andalan. Sering diikutkan pada rapat-rapat penting, ditunjuk menjadi perwakilan, hingga diberi tanggung jawab proyek-proyek besar.
Karirnya cemerlang.
Tak pernah satu kali pun terpikir dalam benaknya untuk mengambil tawaran yang sesekali mampir dari perusahaan saingan. Setidaknya hingga berita hubungannya dan Chrissia menyebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT A BAD THING ✔️
ChickLit▫️ THE WATTYS 2021 WINNER▫️ Chrissia dan Narendra. Dua orang ini besar di dunia yang berbeda. Bukan, salah satu dari mereka bukannya hantu. Hanya saja, Chrissia nama belakangnya Sadewo dan semua orang tahu kalau keluarga itu tidak akan sembarangan...