Lamaran

1.2K 194 8
                                    

"Yah! Lalisa! Cepatlah!"

Rosé meneriaki Lisa yang berjalan lemas beberapa meter di belakang nya. Jenderal iblis itu kesulitan mengangkat bekal dan perlengkapan mereka sendirian.

"Setidaknya bantulah aku Yang Mulia! Ini berat sekali!"

"Heh! Bukankah kau sendiri yang mengatakan kalau kau sangat kuat? Pertahankan lah perkataan mu!"

Lisa hanya bisa mendengus kesal mendengar ucapan sang Ratu. Jika saja mereka masih di dalam wilayah kerajaan iblis, maka Lisa bisa mengeluarkan kekuatannya yang super. Tapi saat ini mereka sudah memasuki wilayah manusia, dia tidak boleh mengeluarkan kekuatan dengan sembarangan.

"Ah! Itu gerbang kotanya!"

Rosé berlari dengan penuh semangat menuju kota itu, ekor nya bergoyang-goyang ke kiri dan kanan.

"Hey! Ekor mu! Sembunyikan ekor mu!" Teriak Lisa, berlari mengikuti Rosé.

Dengan melangkah masuk ke dalam kota Domus Aurea, Rosé dan Lisa menyempurnakan penyamaran mereka menjadi dua orang gadis yang terlihat lugu. Rosé bahkan berpura-pura membantu Lisa yang kesulitan.

"Wuah... Ini pertama kalinya aku masuk ke kota ini," ucap Lisa, menelaah keadaan di sekitarnya.

"Aura kota ini benar-benar mirip dengan surga," ucap Rosé.

"Iya. Aku bahkan merasa kulit ku terbakar secara perlahan,"

Pada dasarnya tempat tinggal iblis dan Malaikat terpisah karena berbagai macam hal. Alasan utama tentu karena dua elemen ini tidak bisa bersatu, jika bersatu maka akan ada kehancuran besar di kedua belah pihak. Alasan yang lainnya adalah karena iblis tidak tahan dengan energi suci yang dimiliki oleh Malaikat. Energi suci itu akan selalu berusaha untuk memurnikan diri para iblis, dan tentunya iblis akan merasa sangat tersiksa.

"Entah kenapa tapi tiba-tiba aku sangat membenci kota ini," dengus Rosé dengan kesal.

"Ya, memang seharusnya kita membenci kota ini. Lihat! Kedamaian yang terpancar dari wajah orang-orang ini membuatku mual,"

"Apa yang dilakukan Soojin, Soyeon dan Minnie? Kenapa mereka membiarkan kota ini merasa damai?"

"Aku akan memerintahkan mereka untuk mengunjungi kota ini saat kita pulang nanti,"

"Tidak perlu. Kita berdua cukup untuk menggangu kota ini kan? Aku ini ratu dari Kerajaan Iaerox, memangnya siapa iblis yang lebih hebat dariku?"

"Yayaya, Yang Mulia,"

Mereka pun melangkah lebih dalam menuju kota. Hinaan dan cibiran mengiringi langkah dua iblis besar itu. Apalagi saat mereka melihat patung Malaikat Agung Gabriel yang berdiri di atas kuil, jika tidak dihentikan mungkin Rosé sudah naik ke atap kuil dan menghancurkan patung itu dengan tinjunya.

"Tahan amarah mu. Dia itu sangat dihormati di sini, kau mau kita diusir hah?" Ucap Lisa sambil mencubit pinggang Rosé.

"Aku tidak tahan melihat senyum menjijikkan itu!"

Di tengah pertikaian mereka berdua, seorang gadis memperhatikan dari pintu kuil. Dia tersenyum geli saat melihat dua manusia jadi-jadian itu bertengkar seperti anak-anak. Dengan langkah yang anggun dan menawan, gadis itu melangkah mendekati Lisa dan Rosé.

"Apakah kalian berdua dari kota sebelah?" Ucap gadis itu, memotong perkelahian Lisa dan Rosé.

Dua iblis besar dari Kerajaan Iaerox terdiam. Mereka memandang gadis itu dengan mulut menganga seolah-olah melihat setan.

"A-ah maaf. Apa aku mengganggu kalian?"

"U-uh tidak, tapi... Sebentar,"

Lisa menarik Rosé yang diam membisu pergi beberapa langkah dari sang gadis.

"Kenapa ada Malaikat di sini?" Bisik Lisa.

"..."

"Heh! Park Chae-"

Lisa segera membekap mulutnya. Dia tidak seharusnya memanggil Rosé dengan nama itu, nama yang sangat sang Ratu itu benci. 

"Dia cantik sekali Lisa..." Gumam Rosé, tenggelam dalam pikiran.

"Iya aku tau, tapi-"

Belum selesai Lisa berbicara, Rosé langsung pergi dan menghampiri gadis itu lagi. Dia mengambil kedua tangan si gadis dan menggenggam nya dengan erat. Rosé tidak peduli dengan sensasi terbakar di sekujur telapak tangannya.

"Menikahlah denganku!"

Si gadis terkejut mendengar lamaran yang datang secara tiba-tiba itu, dan lagi dari mulut seseorang yang bahkan tidak dia kenal.

"Bagaimana mungkin kamu ingin menikahi ku, saat namaku pun tidak kamu ketahui?" Tanya gadis itu lalu tertawa kecil.

"A-ah uh... B-benar juga..." Rosé mulai gelagapan.

"Apa yang kau lakukan Rosé?!!! Dimana harga dirimu?!! Bisa-bisanya kau bertindak memalukan dihadapan seorang Malaikat?!!!" Lisa mengirimkan telepati kepada Rosé.

"K-kalau begitu, boleh ku tau siapa nama mu?" Tanya Rosé, belum melepaskan tangan si gadis.

"Jisoo, aku Kim Jisoo. Kamu?"

"Aku Ros-"

"Jangan bodoh! Kau ingin memperkenalkan dirimu sebagai seorang Ratu iblis? Di dunia Malaikat maupun manusia, namamu sudah dikenal!"

"Ah! Hmmm...." Rosé mulai bingung dan kehabisan akal.

"Namaku Park Chaeyoung," senyum lebar memburat dari bibir Rosé.

Jennie's side

Malaikat yang bercahaya ini sedang duduk bermeditasi di dekat pohon suci. Benang-benang halus yang bercahaya menari-nari disekitarnya. Benang itu adalah manifestasi dari energi suci yang Jennie miliki, semakin banyak benang itu terlihat maka semakin besar energi yang ada didalam hati Jennie.

Sayup-sayup terdengar suara Yuqi yang sedang bernyanyi sambil memainkan harpa dari surga bagian Turris Davídica, wilayah yang paling dekat dengan perbatasan antara surga dan dunia manusia. Jennie tersenyum tipis, merasa hatinya hangat dan terhibur saat mendengar suara Yuqi.

Namun, kedamaian yang Jennie rasakan harus terganggu saat dia merasakan energi jahat dan besar muncul di sekitar pohon suci. Jennie membuka matanya dan bangkit berdiri, menghampiri pohon sumber kehidupan bagi para Malaikat itu.

"Apa yang terjadi? Kenapa ada energi jahat di sini?"

Jennie menyentuh permukaan batang pohon itu, berusaha mencari dimana sumber energi asing yang menyesakkan itu berada.

"Ah!"

"Aku harus menyampaikan ini pada Malaikat Agung secepatnya,"

"Tidak perlu, aku di sini,"

Jennie menoleh ke arah sumber suara, suara yang lembut dan penuh kasih itu datang dari belakangnya.

"Malaikat Agung," ucap Jennie, membungkuk dan memberi salam.

"Energi asing yang kamu rasakan itu, berasal dari kota kecil Domus Aurea kan?"

"Ya. Kota yang anda lindungi sepenuhnya selama ini,"

"Sebenarnya, ada alasan kenapa aku melindungi kota itu dengan tanganku sendiri,"

Jennie terdiam, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Gabriel dengan seksama.

"Kota itu ditakdirkan menjadi wadah pemurnian dari salah satu iblis besar,"

"Kesucian dan kemurnian dari kota itu harus dijaga hingga waktu nya tiba,"

"Dan aku rasa, permulaan dari pemurnian sang iblis itu sudah dimulai hari ini,"

Jennie mengerutkan dahi. Saat ini hanya ada satu iblis besar yang berkeliaran dengan bebas, yaitu Rosé, Ratu dari Kerajaan iblis Iaerox.

"Iblis besar itu... Apakah yang anda maksud adalah Ratu Rosé?" Tanya Jennie.

"Ya. Rosé atau Park Chaeyoung,"

"Mantan sahabat dan rival abadi ku,"

______________________________________

Gasss trosss Chaeng! Jangan kasi kendor!!

Jangan lupa vote ya beb :)

IBLIS BUCIN || ChaeSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang