Bukan aku

538 89 6
                                    

Dan disinilah mereka, seorang ratu iblis dan empat ekor Jenderal nya, berjalan menyusuri jalan kota Domus Aurea. Setelah Lisa berhasil meyakinkan, lebih tepatnya memaksa, Rosé untuk memperjuangkan cinta nya kepada Jisoo, mereka memutuskan untuk menemani sang ratu iblis itu untuk kembali ke dunia manusia.

Sebenarnya setelah mendengar laporan dari Minnie tentang Jisoo yang sedang berjuang untuk mencapai kesucian sempurna, perasaan Rosé terhadap Jisoo langsung goyah. Cukup di kehidupan yang lalu saja Rosé menjadi alasan atas penderitaan Jisoo, dia tidak ingin memberi penderitaan apapun lagi untuk kekasih hatinya. Mana mungkin Rosé tega mengacaukan masa depan Jisoo yang terdengar sangat cerah itu 'kan?

Tapi tunggu...
Apakah terlahir menjadi Malaikat bisa dikatakan sebagai masa depan yang cerah?

Rosé tau betul bagaimana kehidupan sebagai Malaikat berputar. Dari awal dia terlahir sebagai seorang Malaikat 'kan? Bahkan hingga saat inipun dia masih merupakan manifestasi dari cahaya Tuhan 'kan? Meskipun sudah jatuh ke dunia bawah dan menjadi iblis, kenyataan bahwa dia berasal dari cahaya Tuhan tetap tidak dapat ditolak.

Kehidupan Malaikat, jika dipikir-pikir sebenarnya sangat membosankan. Dari fajar menyingsing hingga tenggelam, yang Malaikat lakukan hanyalah memuliakan Tuhan. Jika baru terlahir dan masih dianggap muda, maka dia hanya perlu menghabiskan waktu dengan berdoa atau bernyanyi, berusaha sekuat mungkin untuk memperbesar kobaran kasih dalam hati mereka. 

Jika sudah dianggap mampu, maka akan diberikan tugas-tugas kecil untuk dipertanggung jawabkan. Misalnya menggerakkan suara hati seorang manusia untuk bertobat, mendampingi Malaikat penjaga pohon suci atau berpatroli di sekitar perpustakaan surga.

Jika iman dan kasih dalam diri seorang Malaikat sudah mampu bersinar hingga tampak oleh mata, maka tanggung jawab mereka juga diperbesar. Dalam hal ini dia akan mulai ditugaskan untuk menjemput jiwa-jiwa yang waktunya untuk hidup di dunia telah habis atau mengatur distribusi energi yang dialirkan ke dunia manusia. Di tahap ini jugalah Malaikat itu bisa memilih ke arah mana pengabdiannya akan berlanjut. Apakah dia akan masuk keanggotaan tentara surga, menjadi Malaikat penyembuh, Malaikat duta yang menjadi perantara hubungan manusia dengan Tuhan atau Malaikat pengajar.

Di tingkat selanjutnya, Malaikat itu  akan memiliki wilayah nya sendiri. Tapi untuk mencapai level ini sangatlah sulit dan tanggungjawab yang diemban juga menjadi sangat besar.  Tugas yang diberikan berkaitan langsung dengan kelangsungan hidup manusia dan surga. Contohnya Malaikat penjaga pohon suci. Jika dia lalai dalam menjalankan tugasnya maka kehidupan para Malaikat akan terancam karena energi kehidupan mereka berasal dari sana. Contoh lain adalah Malaikat Salus Infirmorum yang tugasnya menyembuhkan dan memastikan bahwa semua Malaikat berada dalam kondisi baik dan mampu menjalankan tugas. Coba bayangkan jika dia gagal mempertanggung jawabkan tugasnya itu.

Level tertinggi yang bisa dicapai oleh seorang Malaikat adalah posisi sebagai Malaikat Agung. Tidak perlu dipertanyakan lagi seberapa besar kekuasaan yang dimiliki para Malaikat Agung. Mereka memiliki kuasa untuk mencabut nyawa seseorang, memiliki kuasa untuk menyatakan perang dengan pihak iblis maupun manusia, bahkan mereka jugalah yang bertanggungjawab untuk memiliki senjata-senjata suci Tuhan. Seluruh aspek utama yang ada di surga berada dalam genggaman mereka.

Saat ini ada 7 Malaikat Agung yang memegang kendali surga, dan tiga diantaranya adalah mantan sahabat Rosé. Ah! Jangan lupakan fakta bahwa Rosé pernah menjadi kandidat kuat untuk menjadi Malaikat Agung.

"Hey! Kita sudah tiba,"

Lisa menyenggol lengan Rosé yang terlihat tenggelam dalam pikiran nya. Saat ini mereka sudah tiba di depan kuil kota, dimana seluruh masyarakat tengah berkumpul untuk melaksanakan doa pagi.

"Shhh... Kulitku terasa seperti dibakar," desis Soyeon sambil menggaruk lengannya.

"Iman orang-orang ini benar-benar membuatku jijik. Kenapa kota ini bisa luput dari perhatian ku?" Tanya Soojin dengan dahi yang berkerut.

"Kota ini dilindungi langsung oleh Malaikat Agung Gabriel. Mungkin dia menyembunyikan kota ini dari kita?" Ucap Minnie.

"Hentikan ocehan kalian. Aku membawa kalian ikut ke sini untuk menjalankan tugas khusus bukan untuk bertamasya!" Sergah Lisa dengan kesal.

"Aiyooo... Tidak ada satupun dari kami yang ingin bertamasya ke tempat penyiksaan ini, Jenderal," Soojin menggelengkan kepalanya.

"Benar! Semakin lama di sini entah kenapa aku tiba-tiba ingin berdoa dan bertobat,"

Lisa segera menjitak kepala Soyeon yang terlalu suka bicara sembarangan. Tidak membutuhkan waktu lama hingga akhirnya terjadi baku hantam diantara mereka.

Rosé hanya memutar bola matanya dengan kesal saat melihat tingkah laku orang-orang terdekatnya itu. Tidak heran kenapa manusia menganggap iblis sebagai makhluk bodoh dan dungu, pikirnya.

Sang ratu kemudian melangkah mendekati kumpulan masyarakat yang terlihat sangat khidmat mendengar siraman rohani dari pemimpin yang berdiri di depan sana. Sayup-sayup dia mulai mendengar ucapan-ucapan yang terlontar keluar dari mulut manusia itu, dan dia tau pasti bahwa hatinya mengenal suara itu.

"Permisi," bisik Rosé saat melewati beberapa orang dari jalannya menuju barisan terdepan.

Rosé merasa lega karena orang-orang itu sangat berbaik hati padanya. Mereka langsung bergeser dan memberi jalan kepada Rosé, tanpa rasa keberatan sedikit pun. Rosé melemparkan senyum termanisnya pada mereka, sesekali mengucapkan terimakasih dengan tulus.

Namun percayalah! Orang-orang itu sebenarnya bergeser karena didorong oleh lengan Rosé yang kuat. Tapi mari sembunyikan fakta ini dari Rosé, jangan buat dia berkecil hati dan merasa bersalah.

Setibanya di barisan terdepan, dia langsung menemukan Jisoo sedang berkotbah dengan sangat antusias. Rosé tidak bisa menyembunyikan senyumannya, senyuman yang muncul karena rasa bangga pada gadis mungil itu.

"Kasihilah Tuhan karena Dia adalah sumber kekuatan!"

"Hidup mu akan menjadi aman, bila berada dalam lindungan Nya!"

"Dia benar-benar cocok melakukan ini," batin Rosé.

"Arahkan hati mu kepada Tuhan,"

Deg

Mata mereka berdua bertemu. Cahaya yang dipancarkan mata Jisoo semakin menyala setelah dia menemukan Rosé ada diantara orang-orang yang sedang mendengarnya. Perasaan nya bergejolak hebat, cinta dalam hati nya berhamburan bagai ombak ditengah lautan ganas

"Maka kau akan merasakan keindahan Nya yang luar biasa..."

Jisoo mengakhiri khotbah nya dengan seutas senyum hangat yang ditujukan untuk seorang di sana, hanya untuknya, hanya untuk seorang Park Chaeyoung.

Perlahan-lahan masyarakat yang berkumpul beranjak dari tempat mereka menuju tempat kerja hari ini. Tapi Rosé masih terpaku pada posisinya begitu juga dengan Jisoo.

Mereka saling bertatapan, bahkan mengedipkan mata untuk sesaat pun terasa enggan, takut jika dalam sepersekian detik itu seorang diantara mereka akan pergi.

Namun perlahan Rosé mulai melangkah mendekat menuju Jisoo, menuju dunianya yang terlihat bercahaya namun rapuh.

"Aku menunggu mu," ucap Jisoo dengan suara yang sangat lembut hingga rasanya mustahil untuk di dengar.

Rosé mendengar nya, mungkin itulah alasan dari senyumnya yang merekah bagai kelopak bunga pertama di musim semi yang hangat.

"Aku tau..."

"Kau tau..."

"Bahwa aku akan datang,"

"Tidak ada ada tempat lain di seluruh semesta ini, kemana langkahku akan melangkah, kecuali kembali ke sisi mu,"

____________________________________

Maafin author karena cerita ini ngga bakal selucu yang kalian pikir :"

Jangan lupa vote ya beb :)

IBLIS BUCIN || ChaeSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang