Terperangkap

426 86 10
                                    

"Chaeng?"

Suara yang lembut itu tak hanya memberinya kembali kesadarannya yang hilang tapi juga menyentak seluruh inderanya yang merapuh.

"Apa yang kamu lakukan di situ? Apakah kamu lelah?"

"Sebentar," bisik Jisoo kepada seorang gadis kecil yang berada di barisan terdepan, bersiap mengambil bungkusan dari Jisoo.

Gadis kecil itu mengangguk, membiarkan Jisoo meletakkan kembali bungkusan dalam tangannya lalu melangkah mendekati Rosé.

"Bersabarlah sedikit lagi hm? Aku akan menyelesaikan ini dengan cepat, lalu kita akan pulang,"

"Aku akan memasakkan makanan terenak padamu. Aku akan memijat punggung mu dengan minyak terbaik di kota ini, menyanyikan sebuah lagu untuk mengantar mu tidur,"

"Apakah tawaran ini cukup menarik untuk mu, Chaeng?"

Rosé hanya diam. Mendapat jawaban yang tidak sesuai dengan harapan hatinya itu membuat dahi Jisoo mengernyit. Dia menatap sepasang mata Rosé yang jernih, berusaha mengerti apa pesan yang  dua kristal itu berusaha sampaikan padanya.

Merasa tawarannya tidak menarik minat Rosé, Jisoo memikirkan hal lain yang bisa dia lakukan.

"Aku akan tidur di sisimu sepanjang malam. Tangan ku akan berada dalam genggaman mu dan ragaku dalam dekapan mu,"

"Chaeng..."

Jisoo menangkup wajah Rosé dalam tangannya yang hangat, tidak menyadari bahwa tindakannya itu melukai sang iblis. Rosé menggertakkan gigi, dia tau bahwa sentuhan Jisoo menyakiti nya namun tidak pernah sesakit ini sebelumya. Apakah rasa lelah telah membuatnya menjadi lemah?

"Chaeng? Katakan sesuatu padaku..."

"Aku mohon..."

Jisoo mengelus pipi Rosé dengan ibu jarinya. Dia tidak menyukai keadaan ini. Dia tidak suka jika Rosé diam seperti ini. Dia ingin memeluk Rosé namun tidak ada keberanian dalam hatinya, tidak saat Rosé memandangnya dengan mata setajam ini.

"Chaeng..."

Perbatasan surga dan Domus Aurea

Jennie berdiri tegak di depan barisan bala tentara surga. Sebuah busur yang merupakan salah satu dari sepuluh senjata surga berada dalam genggamannya.

Busur itu terbuat dari kayu pohon suci dan tali busurnya adalah energi Malaikat yang dipilin hingga berbentuk seperti benang tebal yang kokoh. Jennie hanya perlu menarik tali busurnya maka anak panah yang berbentuk seperti kilat yang menyambar-nyambar akan muncul secara otomatis. Anak panah itu merupakan manifestasi dari energi yang dimiliki Jennie, sang pemilik.

"Malaikat Jennie..." Ucap sang penjaga garis perbatasan, memberi aba-aba bahwa mereka sudah siap.

"Bukankah pedang surga masih berada dalam genggaman Rosé?" Tanya Jennie kepada dirinya sendiri.

"Seingat ku Malaikat Agung Gabriel pernah berkata bahwa pedang surga tidak ingin kembali dan memilih pergi mengikuti Malaikat Chaeyoung,"

"Lagipula pedang itu memang dilapisi energi Malaikat Chaeyoung, jadi wajar saja jika hal seperti itu terjadi 'kan?"

"Tapi apa yang akan terjadi jika anak panah ku beradu dengan pedang itu?"

"Saat penyerangan iblis ke surga dulu, para Malaikat Agung tidak menggunakan satupun dari senjata surga untuk melawan. Mereka khawatir jika dua senjata surga saling beradu akan menghasilkan kehancuran besar,"

"Ah tapi aku menggunakan satu anak panah untuk melumpuhkan Jenderal besar mereka. Siapa namanya? Lira? Lita? Yanto?"

"Malaikat Jennie, kami sudah siap," ucap si penjaga perbatasan sekali lagi.

IBLIS BUCIN || ChaeSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang