Penyerangan

513 82 4
                                    

"Terimalah uluran kasih dari Tuhan,"

Jisoo mulai membagi-bagikan bungkusan berisi masakan mereka kepada masyarakat yang sudah berbaris rapi di hadapannya. Rosé membantu Jisoo mengambil bungkusan dari wadah nya sambil sesekali menatap sinis orang-orang yang menyentuh tangan Jisoo terlalu lama.

"Jisoo, kamu benar-benar utusan yang di berikan surga kepada kami. Terimakasih karena sudah hadir di tengah-tengah kami, nak," ucap seorang ibu sambil mengelus kepala Jisoo dengan lembut.

"Aku lah yang seharusnya mengucapkan terimakasih kepada kalian, ibu. Kalian sangat baik sudah mau menampung gadis asing seperti aku,"

"Berkat dari Tuhan, tidak pernah terasa asing nak,"

Si ibu pun berlalu, dilanjutkan seorang lelaki tua yang seluruh rambutnya sudah memutih.

"Terimalah uluran kasih dari Tuhan, kakek,"

"Aku bisa merasakan bahwa para Malaikat tersenyum padaku, setiap kali aku melihat senyum mu Jisoo,"

"Kakek terlalu berlebihan. Aku tidak layak disandingkan dengan Malaikat yang sangat suci itu,"

"Tidak. Kamu sama suci nya dengan mereka nak. Aku bisa merasakan nya,"

Rosé mendengarkan setiap pujian yang diberikan kepada Jisoo, pujian-pujian itu terdengar sangat tulus dan... benar. Dia memandangi punggung Jisoo yang terlihat bercahaya itu. Apakah tindakan nya saat ini benar? Apakah dia benar-benar ingin mengacaukan takdir Jisoo? Orang yang jelas-jelas dia pedulikan?

Ragu!

Apakah masa depan Jisoo layak dikesampingkan demi cintanya?

Jika Jisoo mengetahui apa yang sudah disiapkan untuknya, apakah dia akan memilih Rosé?

"Jisoo, apakah kamu sudah memikirkan jawaban atas pertanyaan ku kemarin?"

Rosé tersadar dari lamunannya saat suara berat seorang lelaki menyentuh gendang telinga nya. Dia melihat punggung Jisoo sedikit menegang setelah mendengar pertanyaan lelaki itu.

"Kak, aku-"

"Tidak apa, aku bisa menunggu beberapa hari lagi. Kamu tidak perlu menjawab nya sekarang, aku tidak memaksa,"

Rosé mengerutkan dahinya. Berani sekali manusia bodoh ini memotong ucapan Jisoo.

"Aku yakin kakak sudah tau jawabannya," ucap Jisoo lalu menghela napas panjang.

"Di hati ku hanya ada Tuhan.
Cinta ku hanya akan dicurahkan untuk Tuhan,"

"Aku milik Tuhan..."

"... sepenuh nya,"

Deg!

Nyeri!
Dada Rosé terasa nyeri. Ada ribuan jarum yang menusuk-nusuk hatinya, ada jutaan anak panah yang menghujam jiwanya.

Dunia terasa berhenti berputar. Rosé seolah-olah terlempar ke luar angkasa, dimana tidak ada suara maupun cahaya, hanya ada kegelapan dan kehampaan yang bisa digapai sejauh apapun dia mengulurkan tangannya.

Tanpa dia sadari, dia mengambil beberapa langkah mundur dan menjauh dari Jisoo. Tidak begitu jauh hingga punggungnya menyentuh dinding kuil yang dingin namun justru membakar dirinya.

Surga bagian perbatasan

Ting! Ting! Ting!

Gemuruh suara lonceng penjaga memenuhi wilayah berawan putih itu. Semua Malaikat yang sedang berjaga segera beranjak dari tempat mereka menuju garis perbatasan yang membatasi dunia manusia dengan surga.

IBLIS BUCIN || ChaeSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang