Kota Domus Aurea
Para penduduk kota berkumpul dengan cemas di sekitar rumah kepala kuil mereka. Beberapa ibu terlihat menangis, sedangkan beberapa pemuda terlihat lesu dengan wajah kusut.
Kesedihan terpancar dari sekumpulan manusia itu. Kekhawatiran menyebar, membuat udara tempat itu terasa berat untuk dihirup.
"Bagaimana keadaannya, tuan?"
Tanya mereka saat melihat sosok pria tua jangkung berjanggut putih keluar dari rumah sederhana itu.
"Dia tertidur," jawab pria itu sambil memegang janggutnya yang terjuntai ke bawah.
"Aku sudah memeriksanya dengan seksama tapi aku tidak menemukan luka apapun. Luka dalam pun tidak ada,"
"Kondisi Jisoo sangat sehat tapi aku tidak tau alasan kenapa dia belum bangun hingga sekarang,"
Pria itu memijit pelipisnya, terlihat telapak tangannya yang keriput ternoda oleh berbagai jenis ramuan.
"Kalau begitu apa yang sebaiknya kita lakukan? Apakah ada sejenis obat yang harus dicari?" Tanya seorang pemuda.
"Sudah kukatakan kepadamu bahwa dia sangat sehat. Obat seperti apa yang harus kuberikan padanya? Menurut mu?"
Penduduk terdiam, menunduk kebingungan. Pria itu, sang tabib, adalah yang terbaik di seluruh dunia manusia. Jika dia tidak tau apa yang membuat Jisoo terbaring selama dua Minggu terakhir, lalu siapa yang tau?
Satu-satunya hal yang penduduk kota ketahui hanyalah bagaimana mereka terbangun di depan gerbang kuil di satu sore yang cerah dan menemukan Jisoo berbaring jauh dari mereka. Segala cara sudah mereka lakukan untuk membangunkan gadis itu, puluhan tabib sudah mereka panggil untuk memeriksanya namun dua Minggu telah berlalu begitu saja.
Mereka bahkan tidak mengingat alasan mereka berbaring di sana. Apa yang terjadi sebelumnya bagaikan ingatan yang gelap dan buram.
"Panggil kepala kuil agar kembali ke sini. Mungkin yang terjadi pada Jisoo hanya bisa dilihat dari mata iman," ucap si tabib lalu melangkah pergi.
Mengikuti kepergian sang tabib, penduduk kota sepakat untuk mengirim beberapa orang pemuda ke kota sebelah dan menyampaikan kepada kepala kuil tentang keadaan Jisoo.
###
Membutuhkan waktu 3 hari hingga kepala kuil tiba di kota Domus Aurea dengan wajah panik. Para penduduk kota menyambut nya dengan air mata dan keluhan akan kekhawatiran yang sudah mereka rasakan akhir-akhir ini.
Kepala kuil memasuki kamar putri nya, lengkap dengan jubah berwarna ungu yang dia kenakan saat pergi dulu. Dia langsung duduk di samping Jisoo yang berbaring diam, lalu meraih tangan gadis itu.
"Jisoo..."
Suara lirih pria itu cukup menggambarkan perasaannya saat ini.
"Anakku... Apa yang sebenarnya terjadi padamu?"
"Tuhan...
Putri ku adalah milik Mu, begitu pula dengan jiwa dan hidupnya...Terjadilah kehendak Mu padanya tapi aku mohon jangan biarkan dia menderita dalam diam dan kesendirian
Biarkan aku berbagi rasa sakitnya, berikan padaku penderitaan nya,"
Kepala kuil memejamkan matanya erat, tangannya dikatup bersama tangan kiri Jisoo. Begitu khusyuk dia berdoa hingga tidak menyadari ada benang-benang bercahaya muncul di udara dan menari-nari disekitar mereka. Benang-benang itu membelai Jisoo lalu berbaur ke dalam tubuhnya.
Selayaknya mendapat energi baru Jisoo perlahan mulai membuka matanya, mengerjap beberapa kali saat cahaya matahari menyentuh kedua orbs nya yang jernih.
KAMU SEDANG MEMBACA
IBLIS BUCIN || ChaeSoo
RomanceKisah seorang Ratu Iblis yang jatuh cinta pada seorang gadis biasa. Namun sepertinya gadis itu akan menjadi alasan dari kehancuran kerajaan sang Ratu. Apakah sang ratu akan melepaskan cintanya demi keselamatan rakyat miliknya? Atau justru kisah ini...