Panggilan

932 152 12
                                    

Malam harinya, di kota Domus Aurea yang damai dan tenang. Saat semua manusia yang tinggal di sana sudah terlelap dalam tidur, saat semua hewan ternak berbaring pulas dalam kandang mereka yang hangat. Seorang iblis sedang berbaring di atas sebuah tempat tidur kayu, disampingnya seorang manusia juga berbaring dengan napas yang teratur.

Iblis itu menatap pekat ke arah langit-langit kamar. Salah satu tangannya dijadikan sebagai bantal untuk Jisoo sedangkan yang satunya lagi sibuk meremas seprai untuk menahan rasa pedih akibat bersentuhan dengan manusia disampingnya.

Tapi bukan rasa sakit di sekujur tubuhnya itu yang membuat Rosé masih terjaga, melainkan perasaan bingung dan aneh yang merasuki pikiran nya sejak bertemu dengan Jisoo tadi pagi. Bagaimana Jisoo berhasil memikat hatinya tanpa melakukan apapun, bagaimana dia menjadi begitu patuh di hadapan Jisoo, bagaimana Jisoo sangat mengkhawatirkan dia karena pingsan, bagaimana Jisoo bisa menyerap energi iblis miliknya dan memurnikan kekuatannya yang hebat. Pada intinya, Rosé sedang memikirkan Jisoo.

Ini bukanlah pertama kalinya seorang Rosé merasakan cinta yang teramat besar bersemayam dalam hatinya. Dia sudah pernah merasakan cinta, tapi sepertinya konteks cinta yang dulu dia pernah rasakan dan cinta yang sekarang dia miliki untuk Jisoo adalah sama sekali berbeda.

Rosé membalikkan tubuhnya ke samping, menghadap Jisoo yang terlihat sangat damai tidur di atas lengannya.

"Manis sekali..." Gumam Rosé, merapikan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Jisoo.

Mata dan hati Rosé terkunci dalam pandangan menuju Jisoo, ada perasaan menggelitik di dalam perutnya. Rosé menurunkan pandangannya untuk melihat bibir Jisoo yang berwarna merah muda, bibir itu terlihat sangat menggoda untuk sang Ratu.

"S-sial..."

Sebagai seorang iblis, memiliki nafsu yang besar adalah sebuah hal yang biasa. Bahkan semakin besar nafsu yang dimiliki maka semakin kuat pula seorang iblis dipandang. Dan saat ini, nafsu mulai mengalir dan memenuhi seluruh bagian tubuh Rosé.

Rosé menelan ludahnya, nafsu birahi sudah mulai memporak-porandakan akal sehatnya. Memangnya siapa yang tahan menahan nafsu saat Jisoo tidur di samping mereka? Seorang gadis yang sangat menawan dan terlihat sempurna itu, bukankah terlihat seperti mangsa yang sangat lezat? Apalagi dia sedang tertidur dan tidak berdaya seperti ini.

"Ayolah Rosé! Cium dia! Jadikan dia milikmu!"

"Bukankah kau menginginkan nya?"

"Lihat bibirnya itu! Pasti sangat terasa lezat! Cobalah!"

"Dia tidak akan sanggup melawan mu, lakukan saja!"

Pikiran-pikiran kotor mulai memenuhi otak Rosé. Dia kuat, tentu Jisoo tidak akan mampu melawannya. Dia bisa melakukan apapun terhadap manusia lemah ini, kan?

"Sentuh dia! Biarkan dia merasa keenakan karena sentuhan mu!"

"Buka bajunya dan-"

Plak!

Rosé menampar pipinya sendiri, berusaha mengambil alih akal sehatnya kembali.

"Aku mencintai nya. Aku mencintai Jisoo,"

"Aku tidak akan melakukan apapun tanpa izinnya,"

Rosé menggumam, memerintahkan dirinya sendiri untuk tidak bertindak sembarangan.

"Aku akan menjadikan dia sebagai milikku,"

"Tapi hanya jika dia menginginkan nya,"

Rosé membelai lembut pipi Jisoo lalu menarik lengannya dari bawah kepala Jisoo secara perlahan. Ratu dari Kerajaan Iaerox itu memutuskan untuk pergi ke luar untuk menghirup udara segar sebentar.

IBLIS BUCIN || ChaeSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang