Penjara Surga Lapisan Terdalam
Rose sang Ratu Iblis diam termenung, terduduk lemas di dalam sebuah sel gelap yang dingin. Satu-satunya sumber cahaya hanyalah berasal dari sebuah lampu kecil yang berada di pintu masuk di ujung lorong sana.
Pergelangan tangan Rose terikat di belakang sedangkan kakinya dirantai ke lantai, memastikan bahwa dia tidak dapat bergerak dengan leluasa dan sesuka hatinya. Padahal saat ini dia sangat ingin merebahkan tubuhnya, mengistirahatkan semua otot yang sedaritadi terasa seperti ditusuk-tusuk jarum karena energi tubuhnya berlawanan dengan energi surga. Tidak dapat dibayangkan betapa menderitanya Rose saat ini namun dia tidak berdaya untuk melakukan perlawanan apapun.
Lamunan Rose terganggu saat tiba-tiba terdengar suara pintu masuk penjara dibuka. Suara mendecit dari pintu batu yang didorong itu terasa sangat memekakan telinga. Lalu terdengarlah suara langkah kaki mendekat ke arah sel tempat Rose berada, dan tak lama kemudian sosok yang datang itu pun berhenti tepat di depan selnya. Rose tidak menghiraukan kehadiran sosok itu dan tetap menundukkan kepalanya ke tanah.
Lalu setelahnya sosok itu membuka kunci jeruji yang membatasi dirinya dan Rose, melangkah masuk ke dalam dan mendekati sosok iblis yang tidak berdaya itu.
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, teman?" ucap sosok itu dengan nada penuh perhatian.
"Berhentilah menanyakan hal yang tidak penting. Jika kau datang ke sini hanya untuk mengolok-olok ku, selamat kau telah berhasil dan silahkan pergi," ucap Rose, masih tidak mau memandang sosok itu.
"Aku ke sini bukan untuk mengolok-olokmu, kau tau itu. Aku datang karena mendengar bahwa kau telah ditangkap dan dimasukkan ke sini, aku mengkhawatirkanmu," ucap sosok itu lagi.
"Mengkhawatirkan ku? Hah! Jangan bercanda! Sejak kapan kalian para Malaikat peduli terhadap kami para iblis-"
"Kau bukanlah seorang iblis, berhenti mengatakan hal itu," sergah sosok itu, tak membiarkan Rose menyelesaikan perkataan nya.
"Kau hanya sedang tersesat dan lupa jalan pulang,"
Rose hanya bisa menghela napas kasar. Dia tidak mau memperpanjang perdebatan mereka. Dia tidak punya tenaga untuk itu.
"Apakah kau tau bahwa para Malaikat menginginkan hukuman mati untukmu?" tanya sosok itu, lalu duduk di samping Rose dan mengelap bulir-bulir keringat yang mengalir di wajah pucat sang Iblis dengan sehelai kain sutra.
Rose masih bergeming.
"Dan aku yakin kau tau bahwa aku memiliki kuasa untuk meringankan ataupun menolak tuntutan itu, kan?"
"Lalu apa maumu? Apakah kau menginginkan ku untuk berlutut di hadapan mu dan meminta belas kasihan?" ucap Rose.
"Jangan mimpi, Raphael! Aku tidak akan pernah merendahkan diriku di hadapan mu," sergahnya lagi, kali ini dia menatap mata lawan bicaranya itu dengan tajam dan penuh amarah.
"Hahahaha... tenanglah, teman. Aku tidak akan meminta mu untuk melakukan hal itu. Jangan menatapku seperti itu,"
"Aku hanya berpikir, apakah kita bisa kembali seperti dulu lagi. Dulu sekali, sebelum kau menjadi seperti sekarang ini,"
Malaikat Raphael balik menatap mata Rose dengan tajam, senyuman tipis tersungging di bibirnya.
"Ah! Aku lupa! Aku lupa kalau kau tidak ingat hal apapun sebelum kejadian itu ya?" ucap Raphael, sambil menunjukkan wajah kasihan namun entah kenapa terasa seperti sedang mengolok-olok.
"Apa maksudmu?" tanya Rose yang meskipun sedang kebingungan tetap berusaha mempertahankan wajah datarnya.
"Apakah kau ingat apa yang terjadi sebelum kau murka dan berubah menjadi iblis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IBLIS BUCIN || ChaeSoo
RomansaKisah seorang Ratu Iblis yang jatuh cinta pada seorang gadis biasa. Namun sepertinya gadis itu akan menjadi alasan dari kehancuran kerajaan sang Ratu. Apakah sang ratu akan melepaskan cintanya demi keselamatan rakyat miliknya? Atau justru kisah ini...