"Kau harus melepaskan gadis itu, Yang Mulia,"
Rosé menggertakkan gigi nya, tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya yang menegang. Dunia di sekitarnya terasa berputar dan berguncang, membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke kursi singgasananya.
"Tapi kenapa Yang Mulia harus melakukan itu Minnie? Memangnya apa masalahnya?" Tanya Lisa dingin, matanya mendelik tajam menatap Minnie yang masih berlutut hormat di depan Rosé.
"Jenderal, kesucian gadis itu sudah sempurna. Dia hanya perlu menyelesaikan kehidupan nya yang ini, lalu dia akan terlahir menjadi Malaikat," Minnie tidak berani menatap Lisa.
"Lalu apa hubungannya itu dengan kita? Sejak kapan kau peduli dengan kehidupan seorang manusia?"
"Maaf, Jenderal. Tap-"
"Ketahui posisi mu, Minnie!"
Seluruh prajurit yang berjaga langsung menjatuhkan diri mereka ke lantai, berlutut dengan kepala tertunduk dalam. Kemarahan sang Jenderal itu memicu mereka semua untuk meminta ampun, meskipun tidak melakukan kesalahan apapun.
"Kita ini iblis, bertindaklah seperti iblis! Apa yang mengacaukan pikiran mu?! Kenapa tiba-tiba kau bersikap seolah-olah kau bukan bagian dari kami?!"
"Kenapa kau begitu membela manusia sialan itu?! Apa yang telah dia perbuat pada mu?"
"Justru akan baik adanya jika kita bisa menjegal gadis itu hingga dia tenggelam dalam dosa,"
"Coba bayangkan betapa kecewanya para Malaikat brengsek itu!"
"Pikirkan bagaimana sedihnya Tuhan saat rencana yang sudah Dia rancang dengan baik, justru gagal karena cinta!"
"Cinta yang selama ini mereka elu-elukan. Cinta yang selama ini membuat mereka terlihat suci dan benar!"
"Gadis itu mencintai Yang Mulia, begitu pula sebaliknya. Lalu apa yang bisa mereka lakukan?"
"Memisahkan cinta mereka? Bukankah itu termasuk dosa besar?"
Suara Lisa menggema di ruangan yang luas itu. Prajurit-prajurit yang masih berlutut, ikut-ikutan menganggukkan kepala mereka dengan setuju. Apa yang dikatakan Lisa sangat benar, tidak ada satupun kalimat yang memiliki noda kesalahan.
"Maaf menyela ucapan Jenderal. Aku meminta izin untuk berbicara," ucap Soyeon yang sedari tadi hanya diam dan mengamati.
Lisa menghela napas panjang lalu mengangguk, mengisyaratkan kepada Soyeon untuk menyampaikan isi pikirannya.
"Ada satu hal yang tidak bisa ku mengerti dari semua pembicaraan kita ini,"
"Memang benar bahwa di kehidupan terdahulu, beribu-ribu tahun yang lalu, Yang Mulia Rosé sempat menaruh hati pada Jisoo,"
"Tapi bukankah pada akhirnya cinta yang Yang Mulia miliki terhadap gadis itu, tidak lebih besar dari cintanya kepada Tuhan?"
"Jika Yang Mulia lebih mencintai gadis itu, bukankah seharusnya tidak ada keraguan dalam dirinya untuk menyelamatkan Jisoo?"
"Dan lagi, jika kelahiran itu memang cacat karena ada cinta yang menempel dalam jiwa Jisoo. Bagaimana mungkin kesuciannya sudah sempurna saat kita semua tau bahwa Jisoo mencintai Yang Mulia saat ini?"
"Itulah sebabnya aku meminta Yang Mulia untuk melepaskan Jisoo, Soyeon," ucap Minnie.
"Cinta antara Yang Mulia dan Jisoo akan menodai kesucian Jisoo dan jika demikian maka gadis itu tidak akan bisa terlahir menjadi Malaikat,"
"Apa masalahnya jika dia tidak bisa terlahir menjadi Malaikat?" Tanya Soyeon.
Minnie terdiam. Sesungguhnya dia tidak mengetahui apa yang akan terjadi jika Jisoo tidak bisa terlahir menjadi Malaikat di kehidupan selanjutnya. Pengetahuan yang dia miliki belum bisa menjangkau itu.
"Memangnya apa peduli kita tentang apa yang terjadi padanya nanti? Yang terpenting adalah saat ini Yang Mulia menginginkan gadis itu, maka jadilah demikian!"
Soojin, Jenderal yang tadi kehilangan kesadarannya dan tertangkap oleh dua Malaikat Tuhan, membuka suara.
"Terlepas dari kita adalah iblis yang selalu dikaitkan dengan sisi jahat, kita juga memiliki perasaan pribadi 'kan?"
"Persetan dengan kesucian atau kesempurnaan yang sedari tadi kau bicarakan! Kita harus menjalankan waktu sekarang tanpa perlu terlalu mengkhawatirkan apa yang akan terjadi di masa depan,"
"Memangnya jika kau berbuat jahat saat ini, kau bisa menjamin bahwa seluruh kehidupan masa depan mu akan berlangsung dalam kejahatan juga?"
"Jika Jisoo tetap hidup dalam kesucian itu hingga dia mati, memangnya kau bisa menjamin bahwa dia akan bahagia hidup sebagai Malaikat di kehidupan selanjutnya?"
"Atau jika dia mempertahankan cintanya pada Yang Mulia, apakah kau benar-benar yakin bahwa dia akan hidup dengan menderita? Apakah dia akan dihukum dengan berat atau semacamnya?"
"Coba pikirkan hal ini. Bagaimana jika dia melepaskan cinta Yang Mulia lalu terlahir sebagai Malaikat tanpa cinta? Apakah Tuhan akan menerima wujud seperti itu? Bukankah seorang Malaikat sepatutnya memiliki cinta yang besar dalam hatinya?"
"Darimana kalian yakin bahwa Jisoo mencintai ku?"
Keempat Jenderal hebat itu membeku di tempat. Suara Rosé terdengar sangat berbeda dari biasanya. Kali ini suara yang selalu terdengar tegas dan lantang itu dipenuhi kesedihan dan kepedihan.
"Dari tadi kalian berasumsi bahwa Jisoo mencintai ku. Darimana kalian menarik kesimpulan itu?"
Lisa memandang Rosé dengan dahi berkerut. Kenapa sahabatnya itu menjadi... bodoh...?
"Orang gila mana yang mau menampung orang asing dalam rumahnya? Orang gila mana yang memeluk seorang yang baru dikenalnya? Segila apa dia hingga dia menyatakan kasihnya pada mu di hadapan altar Tuhan jika dia tidak mencintai mu?"
"Tolong gunakan otak mu untuk berpikir, Yang Mulia. Jangan biarkan perasaan mu berkuasa atas dirimu,"
Lisa memijit pelipisnya yang berdenyut. Masih segar dalam ingatannya bagaimana Rosé kembali ke istana beberapa waktu yang lalu. Dia masih ingat senyum lebar yang tersungging di pipi sahabatnya itu, suara senandung merdu yang dia lantunkan sambil berjalan santai ke dalam aula. Dia ingat bagaimana Rosé memeluknya dengan erat hingga hampir mati karena nya.
Cinta itu bodoh...
"Dia hidup dalam kasih Tuhan, Lisa. Dia mungkin melakukan itu kepada siapa saja yang dia temui,"
"Tidak, tidak. Tidak ada makhluk sebodoh itu di dalam dunia ini,"
"..."
"Oh ayolah! Kau harus memperjuangkan cinta mu!"
Lisa menaiki beberapa anak tangga yang membatasi nya dengan singgasana Rosé. Dia menghampiri sang ratu lalu menepuk bahunya lembut.
"Kami mendukung mu, Rosé. Ini bukan karena aku ingin mengacaukan rencana Tuhan atau kebahagiaan para Malaikat, tapi murni karena aku menginginkan kau bahagia,"
"Benar, Yang Mulia! Kami semua mendukung mu," ucap Soyeon dengan bersemangat.
"Ayo! Kita dapatkan gadis itu, Yang Mulia!" teriak para prajurit.
"Diamlah! Tanyakan pada Yang Mulia apa yang dia inginkan. Jangan desak dia untuk mengambil keputusan," ucap Soojin, memandang lurus ke arah Rosé.
"Yang Mulia, tolong pertimbangkan hal ini dengan baik," ucap Minnie, berharap jika Rosé mempertimbangkan sarannya.
"Cinta tidak selamanya harus dirajut dengan rapi dan indah, Yang Mulia. Ada cinta yang harus rela dilupakan agar jiwa tidak terjerat dan tercekik kehabisan napas,"
____________________________________
Aye! Aye!
Ada yang kangen sama aku nggak? :"Jangan lupa vote ya beb :)
KAMU SEDANG MEMBACA
IBLIS BUCIN || ChaeSoo
RomanceKisah seorang Ratu Iblis yang jatuh cinta pada seorang gadis biasa. Namun sepertinya gadis itu akan menjadi alasan dari kehancuran kerajaan sang Ratu. Apakah sang ratu akan melepaskan cintanya demi keselamatan rakyat miliknya? Atau justru kisah ini...