Larangan

840 123 5
                                    

Jisoo's side

Jisoo duduk di sebuah bangku taman yang terletak di tengah kota Domus Aurea bersama dengan seorang gadis yang sedang sibuk memandangi langit malam.

"Kenapa Kakak ada di sini? Maksudku, saat tengah malam seperti ini?" Tanya Jisoo.

"Sebuah mimpi menggiring langkah ku ke sini, Jisoo. Angin malam menemani langkah ku yang kaku dan gemetaran, membawaku ke tempat ini,"

"Hm? Bukankah Kakak tinggal di lereng bukit? Jarak dari sana kemari cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki kan?"

"Saat kau berpijak di bekas telapak kaki Tuhan, maka berpindah tempat dari ujung dunia yang satu ke ujung dunia yang lainnya bukanlah hal yang sulit,"

Jisoo tersenyum, dia mengangguk mengerti tentang apa yang dimaksudkan oleh gadis yang lebih tua darinya itu.

"Dan aku ada di sini khusus untuk mu, untuk mengingat kan mu akan satu hal, Jisoo,"

"Apa itu Kak?"

"Sejak kecil kau diajarkan untuk memuliakan Tuhan dengan segenap jiwamu, segenap akal budi mu, dan dengan semua hal yang ada padamu. Benarkan?"

Jisoo mengangguk.

"Pemahaman seperti itu, tumbuh dan berbuah di dalam diri mu. Akarnya mencengkram relung hatimu, dahannya memenuhi setiap sel dalam tubuh mu,"

"Kau mengasihi Tuhan dengan tulus, menyerahkan dirimu seutuhnya kepada Tuhan. Benarkan?"

"Ya Kakak,"

"Jisoo akan melaksanakan semua perintah yang Tuhan berikan, menaati semua larangan yang Tuhan ucapkan,"

"Tentu Kak,"

"Kalau begitu..."

Gadis itu menghadap ke arah Jisoo, memandang mata kecoklatan Jisoo dalam-dalam.

"Jisoo tidak boleh menodai dirinya dengan keinginan akan sesuatu maupun seseorang,"

"Selain oleh Kasih yang diberikan oleh Tuhan, maka tidak ada hal lain yang boleh mengisi hati seorang Kim Jisoo,"

"Kehidupan mu yang sudah kau persembahan kepada Tuhan, tidak boleh di serahkan kedalam tangan orang lain,"

"Bisakah seorang pelayan mengabdi kepada dua Tuan?"

Jisoo diam. Dia berpikir sejenak. Adalah hal yang sulit jika mengabdi kepada dua Tuan. Dia pasti mengasihi yang seorang lebih dari yang lain, taat pada yang seorang dan lalai terhadap yang lain.

"Tidak Kak," Jisoo menggelengkan kepalanya.

"Kalau begitu pilihlah satu Tuan saja. Jangan menginginkan keduanya untuk kau genggam,"

"Aku tidak mengerti apa yang Kakak maksudkan. Apakah Tuhan merasa kurang puas akan persembahan ku selama ini? Kenapa Kakak berkata seolah-olah aku sedang membagi kasih ku kepada Tuhan?"

"Kau belum mengerti apa yang aku maksud. Kau belum menyadari perubahan dalam dirimu,"

"Perubahan apa Kak? Aku masih lah Jisoo yang Kakak kenal, aku tidak berubah sama sekali,"

"Perubahan yang ku maksud tidak tampak oleh mata, Jisoo. Kau hanya bisa merasakannya dengan hati mu,"

Dahi Jisoo mengkerut. Sebenarnya apa maksud dari semua ini? Kedatangan nya ke kota ini saat tengah malam juga sangat aneh kan? Jika dia datang jauh-jauh ke sini, maka perkataannya ini sangatlah penting.

"Baiklah, sudah saatnya aku kembali," ucap gadis itu lalu bangkit berdiri, merapikan jubahnya yang lusuh.

"Dia memang penyelamatan mu, tapi itu bukan berarti dia memiliki hak untuk merampas mu dari Tuhan," ucap gadis itu lirih.

IBLIS BUCIN || ChaeSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang