Genderang Perang

465 87 12
                                    

Kota Domus Aurea

Acara masak memasak mereka selesai tepat lima menit sebelum tengah hari. Menggunakan tipuan yang para iblis itu eksekusi dengan sangat rapi, bungkusan-bungkusan berisi hasil masakan mereka tiba di halaman depan kuil dalam sekejap.

Terimakasih kepada ide Lisa yang menyuruh Rosé untuk memeluk Jisoo selama 3 jenderal yang lain berteleportasi ke sana. Meskipun agak bingung, Jisoo lebih memperdulikan jantungnya yang berdetak dengan sangat kencang daripada hal ganjil itu.

"Kalau begitu, mari kita segera ke sana. Sepertinya masyarakat sudah berkumpul," ucap Rosé.

"Ya, ayo!" Seru Jisoo.

"Sebaiknya kami pergi dulu, Yang Mulia. Kami akan memantau kalian dari kejauhan saja," ucap Lisa.

"Kenapa? Aku ingin ikut membagi makanan kepada mereka!" Tolak Soyeon.

"Yah! Bodoh! Bagaimana kalau ada yang menyadari bahwa kita ini iblis? Itu akan menjadi bencana!"

"Bukankah penyamaran kita sangat sempurna, Jenderal?" Tanya Soojin.

"Ya, tapi..."

"Sudahlah. Kita ikuti saja apa kata Jenderal utama. Lagipula berbaur dengan manusia sebanyak itu sangatlah menjengkelkan," ucap Minnie menengahi.

"Jisoo, maaf tapi rasanya kami tidak bisa ikut bersama kalian. Ada urusan keluarga heheh..." Ucap Lisa.

"Oh benarkah? Sayang sekali...
Bagaimana kalau kalian makan dulu sebelum pergi? Aku menyisakan daging dan sup di dapur,"

"Ah... Ingin nya juga begitu tapi-"

"Jenderal... Tidak baik menolak tawaran orang lain," ucap Soojin.

"Ya! Dan lagi aku lapar, Jenderal! Sudah 3 hari tidak makan," keluh Soyeon.

"Pergilah mengemis di tepi jalan! Jangan menyusahkan manusia!"

"Tapi Jenderal-"

"Selama kau masih memiliki dua tangan dan dua kaki, jangan bergantung pada orang lain. Makanlah dari hasil usaha mu, minumlah dari hasil jerih payah mu,"

"Amin,"

"Aku tidak sedang berkhotbah, Minnie!"

"Terimakasih atas kebaikan hati mu. Tapi kami benar-benar harus pergi sekarang," ucap Minnie.

"Baiklah, aku mengerti. Tapi kapanpun kalian membutuhkan tempat berteduh, datanglah kemari. Pintu kuil dan rumahku akan selalu terbuka untuk kalian," jawab Jisoo dengan senyum manisnya.

Dengan begitu para jenderal besar kerajaan iblis Iaerox beranjak pergi. Tidak jauh, mereka tetap berada dalam jarak aman untuk berjaga apabila ada sesuatu yang mengganggu sang ratu. Rosé dan Jisoo pun mulai berjalan menuju kuil, saling berdampingan dan terkadang saling mencuri pandang satu sama lain.

"Jisoo! Kamu sangat menawan hari ini,"

"Jisoo, apa kamu ada waktu malam ini? Bagaimana kalau kita pergi ke hutan timur dan melihat kunang-kunang?"

"Jisoo!..."

"Jisoo!..."

"Jisoo!..."

Sapaan-sapaan hangat dari para pemuda desa itu berhasil membuat aura Rosé yang mengerikan mencuat keluar. Bagai nyala api yang tidak kasat mata, aura itu menyambar-nyambar keluar. Jika saja dia tidak sedang menjaga imej di hadapan Jisoo, maka kepala mereka pasti sudah jatuh ke tanah.

IBLIS BUCIN || ChaeSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang