Penyesalan

189 21 5
                                    

Sallus Infirmorum

Rose berbaring di atas sebuah awan yang melayang di Sallus Infirmorum, wilayah kekuasaan Miyeon itu. Napasnya teratur, wajahnya yang semula lelah saat ini terlihat sangat rileks dan tenang. Sesekali dahinya mengerinyit, mungkin energi surga masih juga dengan keras kepala berusaha untuk memurnikan dirinya. 

Miyeon memandangi wajah sang Ratu Iblis, dia mengulurkan tangannya untuk merapikan beberapa helai rambut yang berkeliaran di wajah Rose namun dia segera mengurungkan niat itu, tidak ingin mengganggu tidur lelapnya.

"Aku seharusnya menolak permintaan mereka,"

Miyeon tersentak kaget saat mendengar suara yang tidak asing datang dari belakang. Dia menoleh dan mendapatkan Jennie sudah berdiri di sana dan ikut memandang Rose dengan wajah penuh rasa bersalah.

"Aku memang tidak menyukai keberadaan iblis namun aku merasa bahwa menangkap mereka tanpa alasan yang kuat bukanlah suatu hal yang baik,"

"Tapi anda tetap melakukannya, Malaikat Jennie," cemooh Miyeon dengan sopan, mengingat bahwa posisi Jennie berada satu tingkat di atasnya.

Miyeon lalu mempersilahkan Jennie untuk duduk di sebelahnya, menawarkan minuman untuk Malaikat itu yang kemudian ditolak dengan sebuah gelengan kecil.

"Tidak perlu repot-repot, aku tidak akan berlama-lama di sini," ucap Jennie lalu duduk di dekat Miyeon.

Miyeon mengangguk paham, sedikit menggeser tubuhnya agar Jennie bisa duduk dengan lebih nyaman.

"Aku juga merasa sangat bersalah kepada keempat Jenderal Iblis itu," ucap Jennie setelah beberapa saat diam.

"Iblis-iblis bodoh itu hanya ikut ke sana atas perintah sang Ratu, mereka bahkan ikut memasak untuk membantu Jisoo. Benar-benar bodoh bukan?" ucap Jennie sambil tersenyum geli, mengingat bagaimana Lisa dan kawan-kawan hampir saja membakar hangus daging yang akan dibagikan kepada masyarakat kota.

"Aku cukup menikmati saat melihat para iblis itu berada di Domus Aurea, mereka berusaha sekeras mungkin untuk tidak melukai para manusia yang ada di sana," lanjut Jennie.

"Mereka tidak terlihat seperti iblis sama sekali,"

"Lalu kenapa anda setuju untuk melakukan penangkapan itu? Bukankah anda bisa saja menolaknya? Anda punya kuasa untuk itu," ucap Miyeon.

"Kau tau Miyeon? Saat menjadi pemimpin dan dipercayakan untuk mengambil keputusan, suaramu akan tetap kalah dari suara tuntutan para anggotamu,"

"Begitu mereka menyatukan suara dan menyampaikan keinginan mereka kepadamu, itu bukanlah sebuah permintaan lagi melainkan sebuah perintah,"

"Desakan dari mereka akan mencengkeram lehermu, tidak membiarkan mu bernapas hingga kau mengangguk setuju," ucap Jennie lalu menghela napas panjang.

Keheningan menyelimuti mereka, Miyeon berusaha memahami perkataan Jennie barusan. Mungkin karena dia belum pernah berada di posisi setinggi itu, dia tidak bisa benar-benar menempatkan dirinya di posisi sang Malaikat kepercayaan Gabriel.

"Namun aku berterima kasih kepadamu yang bersedia pergi ke sana dan menyembuhkan mereka," 

Tubuh Miyeon membeku, darahnya berdesir hebat saat mendengar ucapan Jennie. Darimana Jennie mengetahui hal itu? Habislah dia! Beberapa saat lagi dia pasti akan dilemparkan ke dalam penjara terdalam dan mendapatkan hukuman berat. Bahkan dia mungkin akan kehilangan kehidupannya sebagai Malaikat dan dibuang begitu saja.

"Tidak perlu sekaget itu. Aku akan menutup mulutku rapat-rapat akan hal ini," ucap Jennie yang menyadari betapa paniknya Miyeon saat ini.

"Aku tidak tau apa yang mendorong mu untuk pergi ke kerajaan Iblis secara diam-diam, tapi aku bersyukur kau melakukannya. Setidaknya tindakan mu berhasil mengurangi sedikit rasa bersalahku," 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IBLIS BUCIN || ChaeSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang