4 - Just Want You

497 94 6
                                    

Kedatangan Lyra yang membawa kotak besar dari KFC disambut pasukan Calluca dengan riang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedatangan Lyra yang membawa kotak besar dari KFC disambut pasukan Calluca dengan riang. Sedari pagi mereka fokus dengan grand opening sampai tidak sempat makan siang saking sibuknya.

Usai yang lain bergiliran makan, sekarang Rafa  ke dapur untuk makan sekalian protes. "Mbak, masa kita ada kafe sendiri tapi makan dari luar? Apa kata dunia, mbak?"

"Kalian mana sempet masak buat sendiri. Kan udah mbak kresekin item, Fa. Ngga kelihatan juga kok. Kalem."

Rafa masih mau protes, tapi Lyra tidak salah. Apalagi ia sedang lapar-laparnya dan langsung melahap burger yang ada, sesekali memasukkan kentang goreng.

"Pelan-pelan, Fa. Batuk nanti."

"Harus cepet, mbak. Kasihan yang lain. Eh iya, Mas Raka mana?"

"Masih ngurus pesenan yang di loteng. Bentar lagi turun."

"Suruh makan yang banyak, mbak. Mas Raka belum sarapan tadi. Cuma nyomot sandwichku dikit."

"Duh?" Lyra jadi kesal sama Raka yang tadi pagi bilang sudah sarapan waktu ditawari untuk turun dulu sarapan. Masalahnya, Raka sering telat makan dan berujung punya maag. Kalau telat, suka pusing. Pernah sampai jatuh karena limbung. Untungnya tidak sampai pingsan. Tapi kan tidak lucu kalau hari ini Raka pingsan betulan gara-gara telat makan di saat dia sedang mengurus makanan orang lain.

"Eh, Mbak Lyra mau kemana?"

"Nyusul mas-mu ini, kok bandel banget, orang cuma makan aja loh."

Rafa terkekeh. "Omelin, mbak. Jewer aja telinganya."

Belum  juga melangkah ke arah loteng, Lyra sudah berpapasan dengan Raka yang membawa daftar pesanan di depan pintu dapur.

Lyra menyedekapkan tangan. "Makan, Raka."

"Iya, sebentar ya. Nganter pesenan dulu ke dapur."

"Sekarang."

"Suapi?"

Lyra menghela napas mendapati Raka tersenyum cerah, jenis senyum yang sering membuat Lyra luluh kalau sudah mau mengomel. Heran, kenapa Lyra lemah begini? Gadis itu kemudian menyerahkan daftar pesanan ke Ben yang juga mau ke dapur antar pesanan di lantai bawah.

Raka sudah duduk di sebelah Rafa, menunggu Lyra sebentar, lantas membuka mulutnya sambil menahan senyum saat Lyra menyodorkan burger.

Rafa mengernyit. "Dih? Mbak, Mas Raka kenapa ngga dijewer aja? Kan bandel."

"Nurut gini kok." Raka meledek wajah cemberut adiknya, lalu mengusak wajah Rafa sambil nyengir. "Jomblo diem aja deh, ngga usah bawel."

"Mbak! Ya ampun ini manusia tolong dikerangkeng dulu biar tangannya ngga nyasar sana-sini. Dikira mukaku tanah apa? Asal nyusruk aja!"

Lyra tertawa geli. Dari dulu pertama kali Raka mengenalkannya pada Rafa, mereka berdua memang kerapkali ribut. Terutama karena Raka suka mengusili adik bungsunya yang konon waktu kecil doyan ngompol. Kalau sudah begitu, Rafa biasanya mengadu ke Lyra biar Raka dijewer. Maklum saja, Rafa anak bungsu dari 4 bersaudara. Umurnya juga baru 19. Jadi sifat manjanya tidak bisa lepas begitu saja. Apalagi kalau ada Lyra. Suka ngadu kebablasan.

WhisperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang