"Kamu kok ngga bilang Mama, Jaguar?! Ini Mama aja tau dari bude kamu. Keterlaluan kamu ya!"
Jaguar meringis saat telinganya sedikit berdenging karena suara Mamanya nyaring sekali mengomel. Bukannya menjawab salam Jaguar. "Kan biar Mama ngga khawatir disana."
"Ya tapi sekarang Mama khawatirnya lebih-lebih. Pasti istri kamu yang ngide kan? Dia kok kebiasaan sih kalo kamu sakit ngga ada ngabarin siapa-siapa? Mama ini Mama kamu loh. Mana anak Mama sempet koma lagi."
"Maaf ya, Ma. Ngga maksud apa, tapi takut Mama panik karena kan Mama lagi fokus terapi."
"Kamu pikir bakal beda dengan Mama tau kemarin atau sekarang? Kamu mah, bandel! Istri kamu juga! Mana dia?"
"Lagi di bawah, Ma."
"Ngapain?"
"Biasa, ngerangkai."
Terdengar hela napas kesal dari seberang sana. Ini Jaguar sama sekali tidak tau kalau Gladis bahkan tidak mengabari Mamanya perihal kecelakaan itu. "Besok Mama flight kesana. Doain biar bisa dapet tiket. Mana weekend lagi. Sekalian juga Bude kamu mau gelar selamatan karena kafenya Rafa lancar sampai sekarang."
"Iya, Mama. Hati-hati ya. Jaguar tunggu disini."
"Terus rumah kamu gimana? Kan tingkat tuh. Sedangkan kamu masih butuh kursi roda ini."
Mengingat pertanyaan Mama, Jaguar langsung terkekeh. "Jaguar sebenernya ngga expect bakal ada insiden ini. Tapi 2 bulan lalu Jaguar pasang lift aja di rumah biar Gladis enak naik-turunnya kalo ada keperluan ngerangkai. Eh kepake juga sama Jaguar."
Mama berdecak. "Kamu jangan manjain istri kamu kayak gitu dong."
"Ngga apa-apa, Ma. Duitnya juga ada kok."
"Nak, Mama tanya. Kamu yakin mau bertahan sama Gladis?"
"Maksud Mama?"
"Dia kan tipe wanita karir yang mandiri. Mama masih inget banget loh dulu dia pernah bilang kalo ngga mau punya anak. Mau fokus ke bisnisnya dulu. Mama lihat juga kayaknya Gladis malah makin fokus ke bisnisnya?"
"Gladis bilang gitu juga kelepasan, Ma. Ngga maksud gitu, tapi Mama keburu marah aja, jadi ngga sempet denger penjelasannya."
"Tapi,, dia udah 5 kali keguguran dalam 2 tahun. Menurut kamu itu wajar?"
"Ma, masalah keguguran ini emang bukan kehendak siapapun, percaya deh. Udah dulu ya, Ma. Masalah ini ngga usah dibahas lagi."
"Mama cuma khawatir."
"Ngga, ngga ada yang perlu Mama khawatirkan. Jaguar tutup teleponnya ya."
"Hmm, see you soon, son."
"Dah, Ma."
Jaguar menutup teleponnya lantas menatap ke arah jendela kamar yang menampakkan kolam renang di halaman samping rumah. Ucapan Mama masih terngiang, tapi Jaguar tidak mau mengingat saat itu lagi. Sudah selesai. Sekarang lebih baik merajut lembaran baru.
Itu telepon kemarin.
Dan hari ini, Mama akhirnya mendapat tiket penerbangan pagi dan sudah ada di rumah Jaguar. Tadinya agak terheran juga waktu tau kalau pengajiannya malah digelar di rumah Jaguar. Padahal kan tidak perlu sampai pindah tempat segala hanya karena Gladis bilang tidak bisa datang.
Acara pengajian yang dihadiri keluarga besar dan tetangga dekat itu baru akan dimulai ketika terdengar salam dari arah pintu.
Raka, sepupunya, berdiri disana bersama seorang gadis yang cantik sekali dengan pembawaannya kalem dan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper
General Fiction"Where are you?" "I'm here. Turn around and you'll found me."