26 - Sebuah Hadiah

305 79 20
                                    

Selama 4 tahun Raka kerja sebagai salah satu arsitek di Studio 127, Lyra pernah beberapa kali berkunjung kesana, sekedar say hi karena diajak Raka atau sekedar membawakan bekal untuk lelaki itu.

Hari ini, Lyra berkunjung kesana lagi setelah beberapa minggu tidak kesana. Dan ada beberapa hal yang berubah dari interiornya, termasuk kubikel Raka yang sekarang berada di sebelah jendela.

"Hai, Ra. Lama ngga kesini." Marko menyapa ramah dari salah satu meja di deretan meja gambar yang dikelilingi rak tinggi berisi buku, map folder, gulungan kertas gambar, kotak-kotak berisi bahan maket, dan display lego atau Gundam di kanan kirinya. Dilengkapi jendela besar di ujung sana.

Lyra tersenyum, balas menyapa. "Hai, Ko."

"Dari rumah sakit?"

"Ngga, tadi dari Calluca. Ke rumah sakitnya siang nanti. Lagi sibuk ya?"

"Ngga banget, cuma lagi nambahin detail buat finishing. Mau liat?" tawar Marko.

"Boleh. Aku kesana dulu ya, Ka."

"Heum."

Meninggalkan area kubikel yang dilengkapi perangkat elektronik dan bilik kaca di ujung untuk ruang meeting, Lyra melintasi area tengah tempat pintu masuk tadi yang berhadapan dengan meja kaca besar untuk display maket menuju tempat Marko di area gambar.

Penataan tempat di Studio 127 seperti menawarkan sensasi 2 dimensi kenyamanan.

Area kubikel dan area gambar, yang dihubungkan dengan foyer untuk display maket, diserasikan dengan desain interior bergaya Scandinavian yang terang dan nyaman.

"Lagi buat desain apa, Ko?"

"Rumah hunian."

Lyra mengamati gambar rumit itu, lantas menghitungnya luas areanya. "Besar banget berarti rumahnya."

"Ho'oh. Lumayan. Budgetnya juga berani. Jadi ya gas aja lah."

"Area Malang bukan?"

"Oh, bukan. Yang ini desain buat pengusaha mebel, orang Mojokerto. Jadi nanti bakal ada tim yang kesana buat ngawasin pembangunan."

"Kalau kamu ngga ikut ke Mojokerto juga? Kan ini desain kamu."

Marko terkekeh ringan, melepas kacamatanya dengan tangan kanan kemudian mengusap matanya yang lelah selagi tangan kirinya di pinggang. "Coba liat maket ini, Ra," tunjuk Marko pada sebuah maket yang masih setengah jadi berupa bangunan dengan bentuk kerangka lingkaran di dekat meja gambarnya.

Lyra sedikit menunduk mengamati maket itu, tampak familiar. Kemudian Lyra ingat kalau Raka sempat menggugah foto maket itu di insta story. " Ini kayaknya proyek tim yang digarap Rak juga bukan?"

"Yes," angguk Marko. "Aku, Raka, sama yang lain harus ke Jakarta buat ngurus proyek ini. Proyek besar soalnya. Makanya ngga bisa ikut ke Mojokerto."

"Emang ini apa?"

"Ada pengusaha dari Jakarta yang mau bikin perpustakaan sekaligus museum lukisan. Pengen bangunannya model avant garde gini," jelas Marko. "Terus di lantai atas bakal dijadiin studio pemotretan sama kantor. Terus rooftop-nya mau dibikin taman sama area barbeque. Ajib ngga tuh?"

Lyra mengangguk takjub mengamati maket yang sudah terlihat megah itu. "Good luck ya, Ko. Mudah-mudahan lancar disana."

"Thank you. Oiya, mau minum apa? Es? Kopi?" tawar Marko. Lelaki itu sudah melangkah ke kulkas mini di sudut area gambar.

WhisperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang