22 - Salah Angkat Telepon

345 82 24
                                    

Rese ngga baca story-ku?

🤣🤣🤣

Daaannnn,, aku udah mikirin cerita baru lagi masa
Otak aku kenapa suka halu sih
😭

⏳⏳⏳

Seperti yang Lyra bilang saat meminta Raka menunggu di bawah, lelaki itu benar-benar melakukannya, meski wajahnya masih tampak sengit saat ia akhirnya melihat Lyra keluar dari lift dengan wajah,, sembab.

Ini Lyra nangis depan Mas Jaguar gitu?!!

Tapi gengsi Raka menahannya untuk menegur Lyra, dan hanya bertanya singkat, "Udah?"

Lyra mengangguk, pamit sebentar pada Bibi yang ada di belakang, lantas mengikuti Raka menuju motornya sembari merutuki dirinya sendiri.

Sering banget bikin Lyra nangis, heran deh.

Raka menyerahkan helm Lyra, membiarkan gadis itu memakainya sendiri padahal biasanya Raka yang rajin memasangkan -sekalian biar bisa mengetuk helmnya karena gemas.

"Mau makan dulu?" tawar Raka sembari mengeluarkan motornya dari garasi, sementara Lyra mengikuti dari belakang, memandang punggung lebar Raka yang dibalut jaket jeans kesayangan lelaki itu sejak jaman kuliah.

Jaket itu hadiah dari Lyra waktu Raka berhasil menggarap proyek pertamanya.

"Ra?" Raka memanggil, saat Lyra tidak kunjung menyahut, membuat gadis itu mengerjap.

"Aku ngga mau makan."

"Terus mau apa?"

"Jalan-jalan, tapi sama kamu," sahut Lyra pelan.

Raka Adhitama menoleh dari balik bahunya, mendapati Lyra menatap lelaki itu dengan wajah sembab dan binarnya yang redup. Membuat Lyra tampak rentan dan polos. Raka kemudian menghela napas pendek, mengangguk. "Ayo naik."

Sebenarnya Raka tau Lyra sudah mengantuk setelah pulang kerja dan masih harus mengecek kondisi Jaguar, ditambah keributan tadi yang sempat membuat gadis itu kehilangan kendali dirinya.

Begitu Lyra duduk di boncengan belakang, sepasang lengan gadis itu melingkari pinggang Raka lembut. Dan setelahnya, Raka bisa merasakan Lyra menyandarkan kepalanya di punggung Raka. Pelukannya di pinggang Raka semakin erat saat motor itu melaju meninggalkan kawasan Tidar.

Sementara di lantai 3 rumahnya, Jaguar menatap Lyra dan Raka yang menjauh dengan napas berat.

Susah emang. Yang disini udah ada istri, yang disana udah ada cowoknya.

Setelah tadi Lyra menangis selama beberapa waktu, Jaguar hanya bisa diam menunggu, menerka apakah Lyra akan curhat soal apa yang menyesakinya karena Jaguar secara tidak langsung sudah menawarkan bahunya sebagai tempat menangis.

Tapi Lyra, sesedih-sedihnya gadis itu, sepertinya masih sadar untuk menolak rengkuhan Jaguar dengan gestur yang tegas untuk ukuran orang yang sedang terpukul.

Dan meski wajahnya masih sembab, Lyra kembali bersikap formal seperti sebelum-sebelumnya, hanya mengurus luka Jaguar dan membebat dadanya.

"Makasih untuk sarannya tadi, mas." Hanya itu pada akhirnya yang diucapkan Lyra.

Ponsel Jaguar lantas berdering, panggilan dari Marcell.

"Pak Jaguar?"

"Kenapa, Cell?" Jaguar mengernyit saat terdengar nada cemas di seberang sana.

WhisperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang