5 - Malang Sempit

441 92 18
                                    

Hari ini Jaguar akan pulang dari rumah sakit.

Dan Lyra ditugaskan untuk mengurus kepulangannya, selagi Gladis menyelesaikan segala urusan administrasi di lobi.

Lyra sudah melepas jarum infus di punggung tangan lelaki yang sedang duduk di tepi ranjang itu. Pakaian rumah sakitnya juga sudah ganti dengan piyama rumah yang longgar.

Kaki kanan Jaguar masih digips, sementara tulang rusuknya membuat dadanya perlu dibebat. Tangan kanannya sudah tidak terlalu ngilu lagi, dan luka-luka di kepalanya mulai membaik. Cedera kepalanya berangsur pulih.

Lelaki itu masih mengamati Lyra yang mengemas beberapa obat untuk Jaguar saat lelaki itu bersuara, "Jadi lusa aku akan kesini lagi untuk kontrol pernapasan?"

"Iya, pak."

Jaguar mendesah. Keadaannya serba terbatas. Jangankan berjalan, sekedar bersin atau batuk saja dadanya bisa nyeri luar biasa. Jadi ia harus kontrol pernapasan untuk membersihkan saluran pernapasannya dari lendir.

"Dan kontrol tulang rusukku?" Jaguar bertanya lagi dengan tatapan lebih lekat dan intens, saat ia melihat rona merah di pipi gadis itu.

"Benar, Pak Jaguar."

"Mengontrol tulang rusukku,," ulang Jaguar, lebih seperti bergumam pada dirinya sendiri lantas tersenyum miring, ",,sounds good hmm?"

Sejenak Lyra terdiam, tidak sepenuhnya paham maksud Jaguar, kemudian ia membantu lelaki itu untuk pindah ke kursi roda dan mengantarnya ke lobi.

"Lyra?"

"Iya, Pak Jaguar?"

"Lusa kamu jaga jam berapa?"

"Eh, sejak jam 3 sore, Pak Jaguar."

"Berarti di atas jam segitu saya bisa ketemu kamu lagi?"

"Kemungkinan, pak."

"Oiya satu lagi. Kamu ngga harus manggil saya Jaguar terus. Panggil saja yang lebih singkat,, Aga."

Lyra tidak menyahut, dan Jaguar membiarkannya. Sampai mereka tiba di lobi bertepatan dengan Gladis yang sudah selesai mengurus administrasi.

"Jaguar, ini Bram yang jemput kita. Soalnya hari ini aku ngga bawa mobil. Dia juga udah di depan. Ngga apa-apa kan?"

Jaguar mengangguk. "Ngga apa-apa."

Gladis lantas menatap Lyra, menjabat tangan gadis yang mengenakan seragam perawat itu dengan senyum. "Makasih banyak udah bantu saya, Suster Lyra. Juga suster yang lain."

"Itu sudah jadi kewajiban kami, bu." Lyra menyahut sopan seperti biasa, kemudian gadis itu ijin untuk segera kembali ke pos jaganya di bangsal umum. Meninggalkan Gladis yang sedang menelepon seseorang saat Jaguar mengikuti kepergian Lyra dengan tatapannya.

Rambut panjang Lyra yang diikat karet rambut itu, terayun seiring langkahnya berlalu. Sembari memasukkan kedua tangan ke saku kemeja kerjanya, sesekali gadis itu tersenyum ramah menyapa rekan kerjanya saat berpapasan. Lyra lantas berbelok, menghilang dari pandangan Jaguar bersama dengan Gladis yang baru selesai menelepon.

"Yuk, pulang."

⏳⏳⏳

Sudah bersama Raka sejak Lyra masih kuliah membuat gadis itu hapal hampir setiap penjuru kafe hits yang ada di Malang.

Alasannya apalagi kalau bukan karena Raka yang suka mencoba segala jenis minuman atau kudapan ringan sembari menghabiskan waktu dengan Lyra atau kumpul bersama teman-temannya, entah sekedar mabar atau diskusi soal kerjaan.

WhisperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang