Raka terpaksa membiarkan Rafa juga ikut melahap nasi gore udangnya. Biar bagaimana pun, Rafa sudah loyal sekali mau menemaninya menginap di Calluca meski Raka tidak minta ditemani. Tapi Rafa yang inisiatif duluan dengan dalih, Mas Raka kayaknya lagi kacau. Harus ditemenin biar ngga tiba-tiba kesurupan.
Punya adek suka banget ngadi-ngadi, pikir Raka heras, sekaligus geli melihat cara makan Rafa yang rakus sekali.
"Nambah lagi, Fa?"
"Boleh, mbak." Rafa dengan senang hati menyodorkan piringnya, menerima nasi goreng lagi dari Lyra, membuat Raka mengernyit tidak terima.
"Aku baru makan dikit loh," protesnya.
"Kalau kurang aku masakin lagi nanti ya? Ini Raka harus makan banyak, kan masih pertumbuhan dia."
Yang dibela Lyra hanya nyengir bahagia.
"Mau aku suapin, Ka?"
"Jangan, mbak! Kalau punya Mas Raka kurang, aku aja yang nyuapin," seloroh Rafa langsung, tidak mau lagi melihat Raka menunjukkan kebucinannya, kemudian menatap kakaknya dengan mata dikedipkan genit sembari menahan senyum geli, "Buka mulutnya, mas. Aaa,,"
",,,"
"Mamam yang banyak ya masku sayang,,"
",,,"
"Ututu lucunya anak Mama Viona ini,, buka dulu mulutnyaa,, aaa,,"
",,,"
"Aaa,, pesawatnya mau mendarat,,"
Lyra sudah tertawa geli saat Rafa masih berusaha membuat Raka menerima suapannya, sementara ekspresi lelaki itu sudah datar melihat tingkah genit adiknya.
"Fa, diem deh."
"Mas, cium nih."
"Fa, hahaha,," Lyra menyusut matanya yang berair, tidak tahan melihat wajah genit Rafa dan wajah Raka yang sudah bersiap menelan adiknya bulat-bulat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⏳⏳⏳
Setelah drama komedi gara-gara kelakukan Rafa, Raka akhirnya bisa memiliki waktu berdua dengan Lyra di loteng selagi Rafa turun untuk stock up bersama yang lain.
Lelaki itu kembali melanjutkan sarapannya dengan damai, sembari mengamati Lyra yang sedang membereskan bekas tidur kakak beradik Adhitama itu.
Sudut bibir Raka mengukir senyum melihat Lyra tertawa lepas seperti tadi.
"Lyra?"
"Iya, Ka?" sahut Lyra tanpa menoleh, sedang melipat selimut yang tadi dipakai Rafa.
"Kita bakal sama-sama terus kan? Ngga bakal ada yang akan ninggalin satu sama lain kan?" Raka tau pertanyaannya terdengar sangat kekanakkan, tapi rasanya gamang karena fakta kalau Lyra punya hutang pada Papa terus mengusiknya sejak semalam.