32 - When We Were Young

861 108 37
                                    

"Apa nih, mas?"

"Buka aja."

Rama segera membuka kotak kecil yang diberikan Raka, mendapati ada jam tangan dari Fossil yang kapan hari diincarnya karena jam tangan yang sekarang sudah retak kacanya. "Mas Raka tau aja, aku ngga pernah ngomong ke siapa-siapa kalo lagi ngincer yang ini."

"Selera kita kan ngga beda jauh, Ram. Iya kalau Rafa, dibeliinnya harus jam tangan ceplek yang ada Hulk-nya."

"Loh kok aku yang kena sih, mas?!" Rafa berseru protes, tidak terima. Malah mengundang gelak tawa dari teman-teman Rama dan pasukan Calluca.

Kafe kebetulan sudah close, setelah ramai-ramai merayakan ulang tahun Rama.

Usai jam tangan, Rama kemudian mendapati selembar tiket konsernya Adhitia Sofyan yang akan digelar besok malam. "Mas, kirain udah ngga ada tiket. Soalnya minggu lalu mau beli tapi udah pada sold."

"Kita belinya bulan lalu. Tanya Rafa."

"Oooh, jelas, bos."

Rama menatap selembar tiket itu dengan ragu. "Tiketnya cuma 1 doang nih?"

"Ya ngga lah, kita semua udah pada megang satu tiket. Mas Rama aja yang baru dapet," seloroh Rafa, meledek kakaknya itu.

Rama lantas menatap 3 temannya yang ikut nyengir menyebalkan. "Tengik kalian! Sok-sokan banget ikut kesel ngga dapet tiket!"

"Rencananya Mas Raka, Ram. Kita sih nurut aja, asal dapet traktiran tiket. Makasih, Mas."

"Yoi."

"Ram, ini juga buat kamu." Lyra lantas menyodorkan kotak hadiah yang terakhir untuk Rama. Hadiah darinya yang diterima pemuda itu dengan antusias.

"Langsung unboxing ya, mbak."

"Boleh."

Hadiah dari Lyra yang paling membuat Rama antusias membuka hadiahnya malam itu. Diikuti dengan Rafa yang melongok penasaran karena kotak hadiah Lyra paling rapi, paling cantik, paling estetik. Dan paling wangi. Rafa sempat mengendus sebentar, ada aroma misk yang elegan sekali.

Rama lantas ber-wow ria saat ia mendapati kotak Gundam seri Centaur Wing Zero. "Mbak kok tau seri ini lagi aku cari?!" tanyanya excited.

Lyra tersenyum. "Lemari kaca kamu isinya yang seri tanpa sayap semua, Ram."

Rafa yang berdiri di sebelah Rama berdecak, menatap Lyra protes. "Mbak, aku juga mau hadiah yang spesial!"

"Beli nasi goreng mawut sana, yang spesial pakai telur," timpal Raka, tangan kirinya merengkuh Lyra sementara tangan kanannya di saku, berdiri santai, membuat Rafa merengut lucu.

"Orang lagi ngomong sama Mbak Lyra, nyaut aja sih, mas!"

"Sst,, udah." Lyra melerai sambil menahan tawa, menatap Rafa. "Nanti mbak cari yang spesial buat Rafa ya. Sespesial pepes ikan buatan Rafa."

Pemuda tanggung itu langsung mengangguk, menepuk dadanya dengan jumawa seolah baru saja menyelamatkan dunia. "Nanti aku buatin pepes yang lebih spesial lagi, mbak."

"Boleh banget, Fa,,"

Menyaksikan Lyra dan Rafa, Rama ikut terkekeh. Ia kemudian meraih kotak yang lebih kecil di dalam kotak kadonya, semakin penasaran Lyra memberinya hadiah apa lagi.

Dan ketika Rama membukanya, adalah sebuah dasi hitam ramping dengan motif garis silver yang menambah kesan maskulin. Dilengkapi pin berwarna perak berbentuk anak panah. Rama mengerjap menatap Lyra. "Mbak, ini-"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WhisperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang