Cerita dari Rama tidak lantas membuat Lyra tidak lagi mengecek keadaan Jaguar, kalau itu yang dikhawatirkan.
Tidak ada yang perlu ditakutkan bukan? Toh Jaguar dulunya tidak terbukti apa-apa atas kematian Mina.
Lyra tetap pergi kesana, tapi kali ini dengan kesadaran bahwa ia tidak bisa datang sendiri. Sekali waktu ia datang bersama Rafa, atau kadang minta ditemani Bibi saat menengok Jaguar di atas.
Sembari memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa mengembalikan peran itu kepada Gladis. Karena ini bukan tentang kasus kematian Mina, melainkan peringatan secara tersirat dari Rama soal kemungkinan perasaan Jaguar pada Lyra. Indikasinya karena panggilan Aga itu rupanya dianggap istimewa, dan juga bagaimana Rama menangkap tatapan yang berbeda setiap Jaguar melihat Lyra.
Kenapa kalo yang ngalamin sendiri bisa ngga nyadar? Dan malah orang lain yang nyadar?
Jadi malu ngga sih?
Akhirnya, setelah beberapa hari menelaah cerita Rama, akhirnya Lyra memutuskan untuk berhenti mengecek kondisi Jaguar.
Dan tentu saja, Lyra harus bicara dengan perempuan yang jadi istri dari Jaguar Hutchison itu. Kemudian menghubungi juga Mira Hutchison.
Maka disinilah Lyra, mendorong pintu kaca Anjani Florist sampai terdengar bunyi lonceng, membuat kesibukan disana terjeda sesaat.
"Anjani Florist, ada yang bisa dibantu? Loh? Lyra!" Gladis yang sedang merangkai untuk bunga papan menoleh, terkejut sekaligus antusias dengan kedatangan Lyra siang itu. "Ngga lagi kerja, Ra?"
"Hari ini libur, mbak."
"Kebetulan banget. Udah makan belum?"
"Belum."
"Habis ini lunch bareng ya? Bentar lagi yang ini selesai kok."
Lyra mengangguk. Kebetulan banget, bisa sekalian lunch bareng biar ngga kaku-kaku amat nanti.
Gadis itu menunggu di salah satu kursi kayu, menatap kesibukan di toko bunga yang bentuk bangunannya memanjang ke belakang.
Gladis Anjani masih mengenakan apron hitamnya, membuat rangkaian bunga pada papan duka entah siapa.
Setengah jam kemudian kerjaan Gladis sudah selesai, ia segera menggandeng Lyra menuju kafe di seberang jalan yang ramai menjelang makan siang. Mereka duduk di lantai atas dekat jendela sembari memandang jalan raya di luar.
"Ra, maaf banget tadi masih ada kerjaan."
"Ngga apa-apa, mbak. Sayanya juga yang datang terlalu awal."
"Semua tamu bebas datang selagi tokonya buka, Ra. Apalagi kamu."
Lyra tersenyum sopan. Gadis yang mengenakan jumpsuit warna mustard bermotif bunga itu berdehem sebentar. "Mbak Gladis gimana kabarnya? Kita lama ngga ketemu."
"Baik, Ra. Terakhir ketemu waktu kamu nginep di rumah kan? Sayang banget kita ngga jadi sarapan."
Lyra mengangguk. "Tapi sekarang kita makan siang bareng, mbak."
"Heum. Oiya, Ra. Ini tumben banget kamu datang ke toko? Jaguar ngga bikin repot kan?"
"Eh? Ngga kok, mbak. Tapi emang ada yang mau saya sampaikan ke Mbak Gladis, sebelum ke Tante Mira."
Sejenak percakapan terinterupsi oleh karyawan kafe yang datang mengantar minuman mereka, setelahnya tatapan Gladis kembali terarah pada Lyra, "Ada apa, Ra?"
"Soal,, Mas Jaguar." Duh, Ra. Harusnya dari dulu aja manggilnya tetep Jaguar, ngga usah ngikutin biar manggil Aga. Kan jadi tambah repot gara-gara beda panggilan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper
General Fiction"Where are you?" "I'm here. Turn around and you'll found me."