"Mau nonton ngga?"
"Dimana?"
"Matos gimana? Rame-rame sama pasukan Calluca," jawab Raka, memperlihatkan layar ponselnya yang sedang ramai di group chat Calluca.
Lyra mengernyit. "Tumben ngajak nonton ramean, Ka."
"Ngga semua, soalnya ada yang besok libur makanya ngajak nonton. Yang shift besok sih ngga ikut."
"Emang mau nonton apa, Ka?"
"Pada minta horor nih. Yang lagi now playing ada Asih 2."
Lyra langsung melirik jam tangannya parno. "Malem-malem gini masa horor, Ka? Serem tau."
"Jangan takut dong. Kan ada abang," usil Raka, menjawil dagu Lyra dan mencubitnya gemas. Ngga pipi, ngga dagu, ngga hidung, pada bisa dicubit.
",,,"
"Mau aja ya? Kalau takut peluk abang aja."
"Tuh kan, kamu modus ya."
"Ngga kok, ya Gusti. Curiga amat." Raka mengelus dadanya sendiri. "Ya mau ya? Bulan depan aku udah berangkat ke Jakarta loh."
"Apa hubungannya, Ka?"
"Nanti kalau kamu takut ngga ada yang bisa dipeluk, Ra."
"Kan aku ngga nonton film horor."
"Tapi setan asli ngga usah nunggu film horor buat muncul betulan. Hiiii,,"
"Raka, jangan nakutin gitu."
"Makanya, nonton horor yuk. Bareng yang lain. Rafa juga ngajak Jeje sama Heksa, mumpung kuliahnya lagi kosong."
Sekarang, Lyra jadi ragu bukan soal takut horor lagi. Tapi,, "Kalau ada Jeje sama Heksa, bioskopnya apa ngga gaduh Ka? Nanti gerombolan kita diliatin."
"Kan biar kamu ngga takut juga," kekeh Raka. "Gimana? 8 lawan 1 loh."
"Ya udah,," sahut Lyra ragu. "Tapi aku jangan dikagetin ya, Ka."
Tidak mengucap apapun, Raka hanya tertawa ringan.
Otaknya sudah membayangkan bagaimana dulu ia berhasil mengagetkan Lyra sampai membuat gadis itu menangis gara-gara Raka menampakkan diri seperti pocong di depan kamar kosnya, persis tengah malam karena Raka ingin memberi kejutan ulang tahun Lyra yang ke-21.
Mobil Camry hitam punya Mama yang malam ini dibawa Raka untuk menjemput Lyra memasuki pelataran Matos, menuju tempat parkirnya dengan suasana tidak seramai di jalan tadi karena suara hujan.
Selagi Raka mencari slot parkir, Lyra mengedarkan pandangannya ke penjuru lokasi parkir yang sepi orang tapi padat mobil. Tatapannya kemudian terpaku pada satu sudut, berusaha memandang dalam remang cahaya parkiran soal apa yang menarik perhatiannya.
Begitu Raka sudah menemukan slot parkir, Lyra segera menggandeng Raka dengan langkah mengendap menuju sudut yang tadi mereka lewati.
"Ra, kamu mau ngapain ngajakin aku ngendap-ngendap gini?" tanya Raka berbisik, melihat Lyra di depannya yang mengintip dari balik mobil.
Jantung gadis itu melengos, rasanya hampir jatuh ke perut melihat ke depan sana.
"What the fuck!!" Raka ikut terkesiap di sebelah Lyra, bergumam dengan bisikan saking terkejutnya sekedar untuk bersuara.
"Stt! Raka mulutnya," tegur Lyra pelan.
Raka mengerjap beberapa kali, menatap tajam ke depan dengan mata memicing. "Itu Mbak Gladis ciuman sama siapa? Anjir!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper
Ficción General"Where are you?" "I'm here. Turn around and you'll found me."