"Mama kasih tau aku kalau Lyra balik lagi,, sesuai permintaan kamu," ungkap Gladis pagi itu, membuka percakapannya dengan Jaguar yang sedang sarapan di kasur mereka.
Jaguar mengiyakan dengan anggukan singkat.
"Kamu kok ngga kasih tau aku?"
"Bukannya lucu kalau kamu malah ngga tau Lyra balik?"
Gladis tersentak di tempatnya, menatap deretan pakaiannya dengan pandangan terkejut. "Tadinya aku pikir Lyra cewek baik-baik."
"Yes, she is."
"Tapi dia bikin kamu berubah."
"Kamu yang berubah, bukan aku. Dan seenggaknya Lyra bukan orang yang mau dipegang sembarang cowok biarpun Raka ngga ada di dekatnya."
"Maksud kamu apa? Mau nyinggung aku sama Vino lagi?! Je, ini masih pagi!"
"Justru karena masih pagi, Dis. Kita harusnya ngomong. Karena kamu kayaknya mulai lupa jalan pulang ya?" sindir Jaguar terang-terangan. Ia juga menyudahi sarapannya dan menaruh piring kotornya di meja nakas.
Gladis meraih blazer putihnya dari lemari dengan kasar, lalu berbalik menatap Jaguar dengan jengah. "Apa yang mau diomongin?"
"Dengan segala kesibukan di toko yang selalu jadi prioritas utama kamu, belum lagi jalan bareng Vino keluar kota, sementara aku dengan kondisi kayak gini juga butuh kamu di rumah, kamu masih nganggep aku suami kamu bukan sih?!"
Pembahasan yang ingin Gladis hindari. Ketika Jaguar mulai menuntutnya atas statusnya sebagai seorang istri, sementara Gladis masih ingin berkarir. "Jadi kamu butuh aku cuma buat ngurus kamu yang lagi kayak gini?" tanyanya berusaha membalik arah percakapan.
"Cuma?" Jaguar menatap istrinya tidak percaya. Ia sebenarnya juga mengalami kesulitan dengan kondisinya sendiri pasca kecelakaan. Dan sebagaimana suami pada umumnya, Jaguar juga butuh dukungan dari istrinya menghadapi situasi yang tidak mudah ini. "Ngga ada sopannya ya kamu sama suami! Kayaknya dari awal emang aku salah ngasih treat!"
"Iya, sekalian aja pernikahan kita disalahin. Nyesel kan kamu nikahin aku? Nyesel udah nolak perjodohan dari orang tua kamu?!" Gladis menatap Jaguar dengan sinis. "Atau kamu nyesel ngga ketemu Lyra lebih awal?"
"Ngga usah bawa-bawa Lyra! Kamu bahkan udah lama jalan sama Vino sebelum ada Lyra!"
"Lyra aja terus yang dibela. Kamu ngga takut masalah kamu dulu keulang? Ngga takut kalau nanti Lyra jadi korban selanjutnya dan mati?"
"GLADIS!! JAGA UCAPAN KAMU!!"
Gladis, dengan penampilan luarnya yang ramah dan menyenangkan itu kini tertawa sarkas melihat wajah marah Jaguar. "Setakut itu kamu kalau Lyra kenapa-napa?"
Jaguar menggertakkan rahang menahan marah. Persetan dengan kaki dan rusuknya yang masih patah. Andai kondisinya baik-baik saja, Jaguar tidak akan ragu menyudutkan Gladis karena mulutnya itu. Melihat wajah Gladis yang menatapnya sengit, Jaguar menghela napas kasar, berusaha mendapatkan kembali ketenangannya meski egonya terluka habis-habisan karena kelakuan Gladis belakangan ini -mengabaikan Jaguar yang kondisinya sedang memprihatinkan, terang-terangan selingkuh dengan Vino, selalu melawan ucapan Jaguar dan tidak urung membentaknya. Itu bahkan sudah berlangsung sejak lebih setahun lalu, sejak kali terakhir Gladis keguguran yang katanya karena disengaja.
Kalau dipikir lagi, Jaguar punya semua alasan untuk menjatuhkan talak 3 pada Gladis saat ini juga. Jaguar masih berpikir kalau semua masalah pernikahannya dengan Gladis masih bisa dibicarakan baik-baik meski tampaknya mustahil.
"Mau kamu apa, Gladis?" tanya Jaguar pada akhirnya.
",,,"
"Kamu udah nyerah sama pernikahan ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper
General Fiction"Where are you?" "I'm here. Turn around and you'll found me."