28 - Terbiasa

394 87 38
                                    

Jaguar Hutchison ada di kamarnya, terdiam menatap bola pendulum yang bergerak berirama di meja kerjanya.

Usai keributannya dengan Gladis yang membuat Bibi sampai takut, Jaguar mengusap air matanya dengan helaan napas pelan. Lelaki itu bermaksud menenangkan diri biar ketika Lyra datang untuk mengecek keadaannya, Jaguar sudah kembali stabil.

Tapi sepertinya Lyra sudah terlanjur mendengar keributan itu saat Gladis menampar seseorang disana, disusul teriakan Raka yang membuat Jaguar urung ke depan.

Lelaki itu kemudian berpesan pada Bibi bahwa ia sedang tidak bisa ditemui siapapun hari ini. Ia ingin sendiri dulu, menata hatinya yang kecewa luar biasa pada Gladis.

Pendulum di meja lantas berhenti, dan Jaguar kehilangan minatnya untuk memainkan benda itu.

Masih dengan sisa kesadaran di antara perasaan kosongnya, Jaguar berusaha melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Membersihkan diri, sarapan, kerja, kerja, dan kerja.

Sekarang, tidak ada lagi di rumah ini yang akan mengganggu pikirannya. Tidak perlu lagi menunggu Gladis pulang hanya untuk mendapati wanita itu bersikap acuh dengan menghindarinya.

Awalnya Jaguar berpikir seperti itu, merasa baik-baik saja karena sekarang ia bisa sepenuhnya fokus pada kantor.

Toh ia juga sudah terbiasa melakukan banyak hal sendirian. Termasuk ketika makan siang, sebelum kembali ke ruang kerjanya sekedar untuk membaca buku, sampai jam makan malam tiba.

Sekarang, hanya Jaguar sendiri yang menempati kasur berukuran besar itu. Tidak peduli sebesar apa rasa kecewanya pada Gladis, tetap ada perasaan hampa saat menyadari bahwa tidak ada lagi istri yang ditunggunya. Atau sekedar menemaninya tidur melewati malam dingin di Malang.

Tapi keesokan harinya, juga keesokan harinya lagi saat Jaguar kembali mengulang rutinitas yang sama, lelaki itu mulai menyadari bahwa sepertinya masalah baru sudah datang menghampiri.

Siang itu, hari kelima setelah Jaguar menjatuhkan talaknya untuk Gladis. Di ruang kerjanya yang lengang dengan tirai melambai ditiup angin dari jendela yang terbuka, Jaguar menyadari bahwa kali ini sudut hatinya yang menginginkan Lyra semakin menguasai.

Saat gadis itu sedang membersihkan kakinya dengan waslap air hangat. Tampak telaten dan keibuan. Kemudian saat Lyra mendongak untuk berbicara pada Jaguar, menatap lelaki itu dengan manik jernihnya, keinginan itu menjadi semakin sulit dikendalikan.

Jaguar ingin meraih Lyra untuk ia peluk.

Jaguar ingin meraih Lyra barang sebentar saja, agar ia bisa memiliki tempat untuk bersandar, menyembunyikan sejenak lelahnya.

Tapi tidak ada yang dilakukan Jaguar selain hanya menatap wajah Lyra dari jarak semeter, merekam dalam benaknya saat gadis itu menjelaskan sesuatu entah apa.

"Mas?"

",,,"

"Mas Aga?"

",,,"

"Mas, jangan ngelamun,, bahaya,,"

Jaguar mengerjap dengan kesadaran yang sudah kembali, lantas bertanya random, "Ra, menurut kamu saya harus cepet sembuh?"

Karena kalau saya sembuh, kamu ngga akan datang lagi kan?

Jaguar tersenyum kecut oleh pertanyaannya sendiri. Lihatlah, sekarang dia jadi terlihat sangat pathetic karena dengan cepat, perasaannya sudah sepenuhnya berlabuh pada Lyra. Memiliki keinginan kuat untuk memiliki Lyra, saat gadis itu tidak lain adalah kekasih dari adik sepupunya sendiri.

Membuat Lyra tampak seperti pelariannya.

Gladis seperti tidak ada jejak lagi di sudut hatinya. Atau sebenarnya perasaan itu sudah lama kosong seiring semakin sedikit intensitasnya berinteraksi dengan Gladis?

WhisperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang