"Ini bukan AutoCad ya, mas?"
"Bukan. Itu aplikasi desain buatan teman saya. Lebih ke arah permainan sebenernya, bukan untuk desain profesional."Lyra menatap layar iPad Jaguar yang barusan diperlihatkan padanya. "Tapi fiturnya lengkap banget, mas. Bahkan ada rumus sederhana buat hitung presisi bahan bangunan."
"See? Udah saya duga kamu bakal cepet paham."
Lyra mendongak menatap Jaguar, mengerjap. "Maksudnya gimana, mas?"
"Temen saya ini lagi buat aplikasi desain berbasis permainan bebas iklan yang fiturnya diadaptasi dari aplikasi desain profesional. Maksudnya biar orang awam juga bisa ngerti dunia arsitektur lewat ini."
"Emm,, hubungannya sama saya tadi gimana, mas?"
"Aplikasi ini, sekalipun berbasis permainan, tetep aja rumit, Ra. Tapi temen saya ngotot kalau saya harus ngenalin aplikasi ini ke orang yang bukan arsitek. Jadi saya tunjukin ke kamu, kan ngga mungkin juga kalau ke Bibi. Kalau ke circle kerja saya juga ngga mungkin."
",,,"
Jaguar agak sedikit menunduk, mengamati Lyra yang kembali memperhatikan layar iPad-nya. Sesekali jari gadis itu tergerak untuk melihat lay out permainannya, iseng mencoba fitur sederhana yang dulu pernah dipelajarinya.
Lyra bahkan tidak menyahuti penjelasan Jaguar karena sudah terlanjur penasaran dengan aplikasi desain itu. Permainan, tapi fiturnya seperti profesional.
Lyra suka! 🥰
"Ra?"
",,,"
Karena Lyra masih tidak menyahut, Jaguar hanya tersenyum geli. "Sstt,, Lyraaaa,,"
"Hmm?" Seolah baru sadar ada dimana, Lyra mendongak, kembali menatap Jaguar saat lelaki itu melayangkan seulas senyum gemas. "Maaf, mas,,"
"Maaf kenapa?"
"Tadi malah main, kan saya kesini buat ngecek kondisi Mas Jaguar," sahut Lyra seraya mengembalikan iPad itu.
Sementara Jaguar menghela napas, lagi-lagi tidak suka mendapati Lyra harus minta maaf untuk hal yang bukan kesalahannya. "Saya kasih liat ke kamu kan emang buat dimainin, Ra." Dikembalikannya iPad itu ke pangkuan Lyra.
"Eh? Jangan, mas. Nanti saya lupa waktu."
Jaguar mengendikkan bahu. "Saya ngga keberatan kalau kamu lupa waktu."
Lelaki itu tampak lebih santai, seolah sudah melupakan luka hatinya di saat ia dan Lyra mengingat kenangan mereka di Jogja. Tapi orang seperti Jaguar tentu saja tidak mudah lupa. Sebagai orang yang terbiasa memimpin, Jaguar juga sudah terbiasa mengelola emosi dan meletakkan masalah sesuai porsinya. Tidak merembet kemana-mana.
Jadi meski ternyata kejujuran Lyra menyakitinya, setidaknya Jaguar tau kalau sekarang ia tidak perlu lagi terkurung dalam kenangan versinya.
Ia bisa melihat Lyra dengan perasaan lebih baik.
"iPad-nya kamu bawa pulang aja."
"Loh? Ini kan buat Mas Jaguar kerja."
"Saya masih ada Mac. File-nya juga udah ditransfer. Jadi bebas buat kamu bawa."
"Yaa, tapi ngapain juga saya bawa, mas,,"
Jadi gemes. "Buat kamu cobain aplikasinya, Lyra, tapi habis itu jangan lupa review-nya. Beza ngga mau kalau review dari saya."
Lyra mengerjap heran. "Kan mas temennya. Kenapa ngga mau?"
Jaguar terkekeh. "Karena saya temennya makanya dia ngga mau. Katanya saya kalau review agak sadis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper
General Fiction"Where are you?" "I'm here. Turn around and you'll found me."