14 - Yang Terlupakan

374 91 30
                                    

"Coba gerakin jarinya pelan-pelan, mas," ujar Lyra dengan tatapan terpaku pada jemari kaki kanan Jaguar yang barusan ia bersihkan dengan air hangat.

Jaguar juga mengarahkan konsentrasinya pada jemari kaki kanannya yang terasa kebas dan kaku, mencoba menggerakkannya perlahan seperti yang Lyra instruksikan. Ibu jarinya bergerak perlahan, diikuti jari lainnya.

Lelaki itu bahkan mencoba menggerakkan telapak kakinya sebelum kemudian meringis karena tulang keringnya yang patah terasa ngilu di balik gips fiberglass-nya.

"Pelan-pelan aja, mas."

Jaguar menatap Lyra sekilas sebelum membuang pandangannya ke arah lain, ke jendela besar kamarnya yang menampakkan pemandangan kota Malang.

"Mas Aga istirahat di kasur aja untuk beberapa hari ini ya."

"Ra, saya ngga suka diam aja."

"Tapi kakinya bengkak loh ini, mas. Kalau ngga diistirahatkan, bisa luka kena gips, terus infeksi," bujuk Lyra lagi yang tadi langsung kemari begitu dapat telepon dari Bibi kalau kakinya Jaguar bengkak.

Lyra kemudian membereskan baskom air hangat dan handuk kecilnya, lantas kembali lagi membawa ice bag untuk ditaruh di luar gips bagian kaki yang bengkak, dekat lutut Jaguar. "Pegang dulu, mas."

Sementara Jaguar menahan kompresan itu di dekat lututnya, Lyra menaruh tumpukan bantal yang tidak terlalu tinggi untuk menyangga kaki kanan Jaguar.

"Mas, kalau ada yang sakit bilang ya."

Jaguar mengangguk, mengamati dalam diam Lyra yang sudah memegang jemari kakinya, hendak memotong kukunya yang mulai panjang. Cara Lyra memegang jemari kakinya saja terasa lembut dan hati-hati. Jaguar tersenyum samar saat gadis itu mulai memotong dengan cermat.

"Kondisi Raka gimana?" tanya Jaguar setelah beberapa waktu mengamati raut serius Lyra.

"Alhamdulillah udah membaik, mas. Besok udah bisa pulang."

Jaguar kembali diam selama beberapa saat, hanya mengamati Lyra yang juga memotong kuku kaki kirinya, mengabaikan ponselnya yang dalam mode senyap sempat menampakkan panggilan dari Gladis Anjani.

Wanita itu,, Jaguar semakin tidak paham kenapa Gladis lebih mementingkan ikut seminar florist di Bandung dibanding menemaninya yang sedang dirawat di rumah.

Kemarin, Jaguar sudah meminta agar Gladis tetap di rumah dan tidak usah kemana-mana. Karena jujur saja, Jaguar juga butuh istrinya itu di rumah, menemaninya, atau merawatnya.

Seperti yang Lyra lakukan saat ini.

Jaguar tidak suka membandingkan orang lain karena ia tau kalau setiap orang memang berbeda. Tapi pikiran Jaguar juga selalu mengarah kesana, membandingkan Gladis dengan Lyra. Berpikir setidaknya sekali saja Gladis bisa seperti Lyra yang notabene bukan siapa-siapanya saja bisa langsung ke rumah begitu dapat telepon kalau kaki Jaguar bengkak.

Mungkin benar kata Nando.

Kalau sejak dulu, Jaguar terlalu membebaskan Gladis Anjani.

⏳⏳⏳

"Iya, ma. Kaki Mas Aga bengkak, tapi tadi udah dikasih salep sama dikompres. Katanya udah ngga sesakit sebelumnya."

"Mama lega dengernya. Makasih ya, sayang."

"Sama-sama, ma. Oiya, ma,, maaf banget ini Lyra mau nanya,,"

"Tanya apa hmm?"

"Kan Lyra ngga bisa sering-sering ngecek kondisi Mas Aga, terus ada temen Lyra yang baru lulus ners, tapi belum dapet kerjaan dan lagi butuh resume juga. Kalau misal temen Lyra ini yang jaga Mas Aga gimana, ma?"

WhisperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang