3. Black dots

10.3K 1.6K 814
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hidung bangir mengendus wangi nikmat yang terasa pudar di ingatan.

Ditengah-tengah kegiatan pemuda Lee yang sedang memotong kuku jempolnya dengan satu kaki di naikan ke sofa juga kaos kutang kekuningan yang selalu menemani harinya, Pintu rumah sewa yang baru saja jeno reparasi di dobrak keras hingga satu bautnya lepas.

"Sayang, malam ini kita makan enak!"

Masuk dengan sumringah sambil mengangkat dua bungkusan plastik tanpa rasa bersalah.

"Zhong chenle, aku baru saja membetulkan pintunya dan satu bautnya kembali lepas!"

Pria Lee melongo menatap kekasihnya yang berjalan gemulai ke arahnya yang menatap kesal, Chenle juga terlihat berbeda dari biasanya.

"Tidak biasanya sebahagia ini saat pulang kerja?" Selidik pria Lee.

Dua bungkusan plastik dengan asap mengebul di letakan di meja, Hidung jeno langsung bisa mengedus aroma nikmat yang membuat perutnya berbunyi.

"Kau lapar kan? Pas sekali ayo kita makan!"

Tangan sigap si manis membuka platik pembungkus, di masing-masing platik terdapat sepaket box dan cola, chenle membuka penutup box karton dengan mulut berliur.

"Darimana kau mendapatkan makanan mahal seperti ini?" jeno kaget melihat isi dari box karton. Ia sudah lama tidak melihatnya semenjak menjadi orang miskin.

"Ini hanya ayam dan nasi jeno, harganya juga tidak mahal hanya kita saja yang terlalu miskin"

"Aku juga sudah tau kita miskin sayang, tidak perlu diperjelas lagi" terkadang jeno ingin sekali menginjak bibir kekasihnya, ucapan chenle sangat menohok dominan pengangguran sepertinya.

"Tidak bisakan kau diam!?, aku sudah membawa makanan enak malam ini dan kau malah mengeluh"

"Mengeluh memang keahlianku selain menjaga rumah dari rentenir" saut jeno santai.

Mata sabit pria lee memandang makanan di meja yang sedang chenle susun, di saat seperti ini ia merasa tidak pantas sebagai suami chenle kelak.

Chenle putus sekolah demi memperjuangkan cinta dengan jeno, Mereka bertemu kala kejenuhan yang membuat keduanya terikat hubungan liar.

"Jadi, Kita akan makan nasi?"

"Apa matamu buta? ah— aku lupa jika otak kita bisa rusak karna terlalu banyak mengkonsumsi narkoba, mungkin kau mengalaminya lebih dulu daripada aku"

"Sialan—"

Tubuh chenle di rengkuh ke dalam pelukan erat, Suara si Lee juga menjadi serak, apa jeno menangis?

"Ucapanmu sangat menyudutkanku, namun aku menghargai kerja kerasmu untuk menghidupi kita" ujar jeno parau, hatinya melunak mengingat betapa lelahnya menjadi chenle.

Wealth | ChenjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang