33. Rose are red

6K 854 914
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Jisung membuka pakaian kotor chenle, memakaikan jaket kulit yang selalu ia simpan di bagasi mobil, mendekap chenle dari situasi berkabung.

Mereka baru selesai mengurus pemakaman renjun.

Chenle meminta agar pria huang segera di tempatkan di rumah duka, ia tidak mau menangisi jasad renjun lebih lama. Lebih tepatnya chenle tidak ingin mengingat jika penyebab kematian renjun adalah dirinya.

"Jisung" panggilnya dengan nada bergetar.

"Hm?"

"Bagaimana jika salah satu diantara kita pergi?"

"Kenapa kau berpikir seperti itu?" Jisung menyatukan jemarinya pada jemari dingin chenle.

"Jisung, apa kau mencintaku?" tanya chenle lagi.

Pipi chenle di tangkup untuk menghadap ke arahnya, "Sebut namaku, Jangan jaemin" pinta chenle.

Bibir pucatnya di kecup singkat, "Chenle, chenle, chenle"

"Chenle, ibu dari anak-anakku" ujar jisung dengan senyum yang membuat Chenle merona.

Chenle mencoba berdamai dengan kenyataan, untuk saat ini hanya jisung yang tersisa.

"Pipimu memerah, sayang"

Chenle baru sadar jisung bisa membuat debaran di hatinya begitu ramai.

"Berulang kali aku mencoba membunuh nakyuu, kau tidak benci padaku?"

"Tidak, aku lebih tertarik kenapa kau menamai putri kita nakyuu?" Jisung mencoba mengalihkan pembicaraan.

Chenle merenung sebentar sebelum menjawab, "Apa nama itu buruk?"

Jisung menggeleng sumringah, ia langsung mendekap tubuh mungil chenle. "Apapun yang keluar dari mulutmu semua indah, chenle"

"Apapun?"

"Ya apapun"

"Aku ingin membunuh Jeno, apa itu terdengar indah?"

Jisung mengeluarkan pistol dari dashboard mobilnya, ia menyerahkan pistol berpeluru itu ke tangan pucat chenle.

"Bunuh jeno untukku, chenle"














"Akh— ji ahhh—"

Chenle mencengkam pundak lelaki park saat tusukan di bawahnya makin brutal.

"K-keluarkan di luar sunghh
enghh—" si manis menggeleng saat merasakan sesuatu di dalam analnya membesar.

"Sebentar lagi, chenle ahh—"

Mata chenle terpenjam saat cairan jisung menyembur di dalamnya, ia mendesah panjang, prianya tidak menuruti permintaannya untuk orgasme di luar.

Wealth | ChenjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang