Gelap, hanya itu yang bisa pria park rasakan. Dilingkupi perasaan takut yang besar sampai untuk menarik napas rasanya begitu sulit dilakukan.
Mata hazel bergetar setiap melihat ke depan, lehernya bahkan terlampau sakit untuk menunduk, pengedaran matanya terbatas demi mempertahankan kewarasan jiwa.
"Akh— "
Suara kecil memekik setelah di hantam balok kayu, baju biru pemberian jisung sebagai hadiah ulang tahun terpeca tajamnya serat kayu.
Jisung tidak bergeming, ia hanya diam dan menutup telinga dengan kedua tangan, telungkup tidak berdaya dengan rantai mengikat satu kakinya.
Hanya satu yang terbelenggu, karna Jisung hanya memiliki satu kaki.
Tidak ada lagi pemimpin terhebat di kota, gedung tinggi kebanggaan pesohor telah di ambil alih oleh tangan kecil yang selalu ia genggam tanpa ekspresi.
Senyuman yang di sebut kunci ketampanan sudah hilang dari Jisung, wajahnya terlampau putih untuk di beri warna.
"Hiks— udah mama akh— "
Kulit tipis makin membiru, sepuluh bukan angka yang kecil jika di sertai pukulan kayu kasar di punggung ringkih.
Air mata Jisung mengering karna terlampau sering menangis, keangkuhan tidak lagi bersembahyang bersama jiwa pemberaninya yang kian lama ikut mengubur dalam lubang yang ia gali.
"Chenle berhenti...."
Suara parau terdengar jelas sampai ketelinga pemukul balok kayu, udara berhenti seakan ikut mendengar.
"Berhenti katamu?, tapi punggung Jeje belum robek"
Bagai gurau di waktu senja, pengucapannya sangat santai tanpa bobot.
Baginya itu candaan pemuas hasrat, tapi bagi jisung kesenangan yang dia dapatkan membawanya pada kematian.
"Aku akan mencarikan orang yang bisa kau bunuh, Jangan anak kita, chenle!"
Tiga puluh menit telah berlalu semenjak balok kayu terayun dan menghantam objek kecil yang bersujud di kaki sang ibu.
Chenle memukul Jekyuu dengan balok kayu akasia, yang seharus dibakar dalam tungku perapian penghangat rumah.
"Siapa lagi, Jisung? Semua tetangga kita sudah mati jika kau lupa"
Benar, dan mereka semua mati di tangan chenle yang haus akan teriakan ajal.
Meminta Haechan melemparkan gas beracun untuk melumpuhkan para korban sebelum di berikan kepada chenle sebagai persembahan.
Jisung melakukannya agar senyum kedua anaknya tidak tergantikan dengan wajah melas meminta sang ibu berhenti membuat luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wealth | Chenji
Fiksi Penggemar☪︎✮ 'Money will buy you a bed but not a good night's sleep, a house but not a home, a companion but not a love'. When someone asked, "What's your favorite poison?" He said, "Money. Spoil me with wealth, so I can loyalty myself" 📄Complete༉‧₊˚✧ ⋆⛧*┈...