Helikopter milik perusahaan surat kabar china mendarat darurat di atap rumah sakit, sangat mengganggu waktu tidur para pasien di jam istirahat sesuai ketentuan rumah sakit.
Tapi Jisung tidak peduli, ia bergegas segera mungkin kembali ke negara asalnya walau rapatnya gentingnya dengan lucas belum selesai.
Setelah mendapatkan kabar dari renjun, Jisung tidak bisa berhenti berdoa. Meminta pada tuhan untuk melindungi anak-anaknya.
"Jaemin, apa aku akan mengulang kesalahan yang sama?"
Hatinya bergemuruh, Jisung tidak menyangka renjun akan memberitahukan hal tidak disangka dan terkesan bualan untuknya.
Chenle mencoba membunuh anak-anaknya. Jisung masih meragukan fakta itu.
Chenle memang tidak menerima putri kecilnya, tapi bukan berarti chenle ingin menghilangkan bayi itu dari dunia.
Jisung yakin chenle masih memiliki naluri ilmiah yang kuat dengan bayinya, hanya saja chenle menekan kuat kuat nalurinya, berlagak bahwa bayi itu memang pantas pergi sebelum mendapat umpan balik dari dosa sang ibu.
Kaki jenjang pemuda park berlari di koridor rumah sakit, pantofelnya menimbulkan bunyi ricuh. Tidak ada yang bisa memperingati jisung, tidak ada yang berani menegur jisung yang siap mencabut gaji buta mereka.
Jisung menuju kamar yang telah renjun beri tahu.
Kenop pintu jisung remat kuat, hatinya tidak siap melihat kondisi bayinya. Ia marah pada dirinya jika bayinya terluka.
"Jaemin....Kau bersamaku kan?" tanya jisung pada udara kosong.
Kalung berlinontin cincin pernikahan jaemin ia genggaman, Jisung ingin jaemin memeluknya, menenangkannya, mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
Karna dari segi manapun, chenle tidak akan pernah bisa menghantarkan ketenangan seperti Jaemin di kala riuh batinnya.
"Aku minta maaf jika aku gagal menjadi ayah yang baik untuk anak anak kita jaemin"
Pemuda manis itu, apa yang bisa Jisung harapankan dari chenle.
Chenle sudah banyak mengecewakannya, namun Jisung tidak pernah mengalah pada rasa lelahnya mengharapkan iba chenle.
Angin bertiup kencang seraya kenop pintu di putar, Tubuhnya mematung di ambang pintu.
"J-jeje.... Papa datang, nak"
Kakinya terasa berat untuk mendekat, matanya panas, pemandangan di depannya membuatnya pantas di sebut orang tua gagal.
"Jaemin, aku tidak bisa melihatnya"
Kalungnya masih ia remat, netranya siap untuk menangis. Telinganya terasa sakit mendengar bisingnya alat-alat yang menunjang kehidupan bayinya.
Air mata menetes di pipi tirus park, hening kakinya mendekati pemuda Huang yang menumpu kepalanya di tangan, terisak di sebelah kasur Jekyuu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wealth | Chenji
Fanfic☪︎✮ 'Money will buy you a bed but not a good night's sleep, a house but not a home, a companion but not a love'. When someone asked, "What's your favorite poison?" He said, "Money. Spoil me with wealth, so I can loyalty myself" 📄Complete༉‧₊˚✧ ⋆⛧*┈...