32. Harus apa?

10.5K 596 89
                                    

Selamat pagi..
Maaf ya buat kalian penasaran.😆
Kalian pada minta aku duobel up kan ya, tenang akan aku kabulin, tapi kalian harus vote dan komen sebanyak2 nya.
Biar aku semangat. Karena menulis tampa semangat itu hambar😆.
Happy reading.

Aku harus apa, disaat takdir atas diriku membuat orang lain terluka.
💗💗💗

"Jawab saya ziena Azzahra, kamu hamil?" Tanya saka mengebu-gebu.

Ziena yang mendegar pertanyaan saka hanya menduk mengigit bibir bawahnya takut.

"Jawab, jangan buat saya bertanya-tanya" ujar saka menahan emosi. Ziena menarik nafas panjang, lalu mengambil gambar hasil USG dari dalam tasnya. Dan degan gemetar ziena memberikanya pada saka.

"Ini apa?" Tanya saka menerima gambar yang tidak jelas itu.

"Ii-itu, anak kamu" ujar ziena menunduk meremas tanganya sendiri. Saka membeku, mentap gambar itu tidak percaya.

"Jad-jad"

"Iya aku hamil" jawab ziena memotong ucapan saka dan menatap saka degan mata berkaca-keca. Tangan saka gemetaran, ia masih tidak percaya degan semua yang terjadi.

"Berapa umurnya?" Tanya saka mencoba mengendalikan susana.

"Tiga minggu" jawab ziena degan suara gemetar menahan tagis. Hal ini lah yang dia takutkan reaksi saka yang berbeda, tidak seperti sahabatnya yang bahagia.

Saka kembali duduk disamping ziena degan mata masih menatap gambar yang ada ditanganya.

"Aku minta maaf mas, ini diluar jangkauan aku, aku hisk.. minta maaf hisk..karena kehadiran dia udah bu- hisk..buat kamu rumit, kamu hisk..kamu jangan pikirin aku sama dia hiks" menghapus air matanya dan menarik nafas panjang "aku ngak akan nuntut kamu tetap sama aku, kita tetap degan perjanjian kita, dan kamu tetap bisa menikah sama mbak kania, biar dia menjadi tangung jawab aku." ujar ziena, begitu sulit baginya untuk mengatakan hal itu.

Saka memandang ziena sendu, jika ditanya ada rasa bahagia mendegar kehamilan ziena, pria mana yang tidak bahagia saat mendapatkan kabar kehamilan istrinya. Tapi disisi lain ada kania, undangan pun sudah dicetak, gaunpun sudah dipesan, ia akan menikahi kania satu bulan lagi walaupun tampa restu sang bunda.

Saka mengusap wajahnya kasar lalu bersimpuh didepan kaki ziena, mematap mata ziena yang merah karena menagis"Saya tidak sekejam itu, dia anak saya bukan, berati dia bukan hanya tangung jawab kamu tapi saya juga, saya bukan laki-laki bajingan yang degan teganya menelantarkan darah daging saya sendiri,dan kalau mama tau bisa dikubur hidup-hidup saya"kekeh saka dan melanjutkan  ucapanya kembali "saya juga bahagia karena dia ada" mengengam tangan ziena mencoba meyakinkan perepuan itu.

"Boleh peluk ngak?" Tanya ziena merasa terharu degan ucapan saka. Saka menganguk dan memeluk ziena erat.

"kamu udah cek cewek atau belum zie?" Tanya saka yang masih memeluk ziena.

"Ya belum bisa dicek mas, nanti tunggu 5 bulan kayak nya baru bisa tau cewek atau cowok" ujar ziena melepaskan pelukkanya.

"Kamu mau cewek atau cowok mas" tanya ziena mengambil bakso yang diletakkan cio tadi.

"Terserah saja, yang penting mirip saya" ujar saka bangga.

Ziena mendegus" ya ngak bisa dong mas, aku yang capek kamu yang untung" ujar ziena tidak terima.

Dosen (PA). Tahap Revisi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang