08||Pilihan Terbaik

23 8 2
                                    

Cara bahagia memang sulit untuk ditemukan, yang lebih sulit lagi memilih antara keputusan yang sebenarnya menjadi sebuah pilihan terberat.



Keputusan terbaik, adalah mengiyakan. Keputusan terburuk adalah tidak menerima sama sekali. Sekarang setelah melewati hari yang berat Asep masih direndung dilema sampai larut malam. Jika mengatakan kepada orang tuanya, Asep harus berkata apa? Orang tua nya bahkan tidak akan percaya bahwa Asep memiliki uang sebanyak itu. Jika mengatakan jika kekasihnya lah yang membiayainya apakah kedua orang tuanya setuju? Sebenarnya keputusan terbaik adalah tidak memberi tahu mereka sama sekali agar semuanya baik-baik saja.

Asep kembali berpikir, berbolak-balik kesana kemari untuk memikirkan keputusan terbaik memberitahu kedua orang tuanya atau tidak.

Tuhan, saya harus apa? batin Asep.

"Bagaimana bisa saya memberitahu ibu dan bapak atas keputusan yang saya ambil sendiri," gumam Asep resah.

Resah dan gelisah sedang Asep rasakan sekarang, jika dia tidur tidak akan ada jalan keluar yang harus dia lakukan besok. Sedangkan besok dia akan segera mengurus paspor dan perlengkapan lainnya yang akan dia gunakan untuk pergi. Azize sudah mengatakan dia akan mengurus semuanya tanpa membiarkan Asep sendirian.

Asep sudah memutuskan bahwa dia akan memberitahu kan keberangkatan nya kepada kedua orangtuanya. Diizinkan atau tidak Asep akan tetap berangkat dan akan membawa mereka ke Turki setelah dia sukses disana.

Tanpa menunggu waktu lama Asep segera mengeluarkan ponsel nya untuk segera menelepon orang tuanya.

"Halo... Assalamualaikum Bu," ujar Asep.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, ada apa nak kamu menelpon ibu malam-malam." tanya Aminah dari seberang sana.

Asep menghela napas sejenak untuk menetralisir degup jantung nya yang tidak karuan. "Asep akan ke Turki Bu," ujar Asep ragu.

"Ap...a maksudnya kamu akan pergi ke Turki?" tanya Aminah terkejut.

"Benar Bu,"

"Nak, tidak usah disana terlalu jauh untuk kamu." cegah Aminah terhadap anaknya.

Asep sudah yakin, ibunya tidak akan mengizinkan dirinya pergi sejauh itu.

"Tidak bisa Bu, Asep sudah menyetujui tawaran Azize,"

"Jadi kau akan kesana dibiayai kekasihmu?" tanya Aminah.

"Begitulah Bu,"

"Kami tidak akan mengizinkan mu pergi nak, disana terlalu bahaya untuk dirimu. Kita tidak tahu motif kekasihmu untuk mengajak mu kesana, apalagi dia mau membiayai mu. Ibu tidak yakin dia adalah orang baik nak,"ujar Aminah dengan nada pilu.

Asep mencoba tenang agar tidak tersulut emosi sama sekali. "Ibu tenang saja, Azize tidak seperti yang ibu kira dia sangat baik Bu, bahkan akhlak nya terpuji sekali." jawab Asep meyakinkan ibunya.

"Tidak nak... ibu tidak mengizinkan sama sekali kamu untuk pergi sejauh itu." tolak Aminah untuk mengizinkan anaknya pergi bersama kekasihnya sendiri.

"Maaf sekali Bu... kali ini Asep harus mendengarkan kata hati Asep sendiri. Asep tidak bisa melewatkan kesempatan emas untuk pergi kesana. Ibu tahu kan harapan Asep apa? Asep sangat ingin menginjakkan kaki di negara dua benua tersebut Bu. Asep sangat bermimpi, dengan adanya Azize Asep bisa menggapai mimpi Asep," jelas Asep berusaha terus meyakinkan ibunya.

I am coming Istanbul [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang