01||Asep Lelaki Tampan

84 15 12
                                    

Katakan saja jika lelah, sebuah perjuangan memang sangat melelahkan.

"Sep... Asep ngapain?"

"Hah? Nggak."

"Kata pak Cokro, kamu mau ke Bali?" tanya Rio.

"Benar,"

"Ada apa? Impian mu ke Turki Sep bukan ke Bali,"

"Asep tahu, tapi mimpi Asep akan terwujud jika Asep ke Bali,"

"Sep jangan mengada-ada, disana sangat jauh dari sini Sep bahkan kamu tidak ada keluarga disana,"

"Yo, biarin Asep pergi. Aku, kamu, dan teman-teman semuanya punya mimpi biarlah Asep memulai mimpi Asep dari Bali," jelas Asep.

"Lelaki tampan sepertimu memang punya mimpi besar, kalo saya dan yang lainnya mendapatkan pekerjaan yang layak saja sudah Alhamdulillah sekali," ujar Rio sambil menatap sawah-sawah hijau didepannya.

"Bukan begitu, saya punya mimpi Yo mimpi saya sama seperti yang kamu katakan sangat tinggi, jadi sebelum saya meraihnya saya tidak akan tenang. Bukan maksud saya untuk membandingkan kita semua." tutur Asep kepada Rio.

Perjalanannya sangat berliku, dibesarkan, tumbuh bersama sampai dewasa bersama. Tapi, semua punya mimpi semua punya angan yang perlu diwujudkan bahkan, harus menjadi sebuah kenyataan yang suatu hari nanti diingat hingga anak cucu.

Semilir angin, rumput-rumput yang bergoyang, sawah-sawah yang masih sangat segar dan sebentar lagi siap untuk di panen. Para petani, dengan bahagia datang menyambut bahwa padi-padi mereka akan segera menjadi beras. Dijual, dan menghasilkan uang walaupun tidak banyak, cukup 25.000 untuk makan pun alhamdulilah. Anak-anakan sawah terhitung banyak untuk mengusir hewan-hewan yang akan memakan padi, tak elak setiap sawah memiliki orang-orangan sawah.

"Apa kau lihat itu Sep," ujar Rio sambil menunjuk arah barat mereka.

Asep mengikuti instruksi sahabat nya ini, tanpa membuka suara sekalipun. "Matahari?" tanya Asep.

"Kamu ingat, dahulu saat matahari tersebut tenggelam kita bahkan belum sama sekali pulang mengitari sawah-sawah luas ini, dan jangan lupakan satu hal bermain layangan,"

"Lalu, kita jatuh ke sawah paman Ragil tahu kemudian menjewer kita semua, hahahaha apalgi waktu si Adib jatuh hingga celana nya sobek," lanjut Asep tertawa.

"Apa bahagia Sep?"

"Tentu, siapa yang tidak bahagia melalui itu semua. Walaupun didesa, kita memiliki sejuta kenang yang belum tentu semua orang bisa dapatkan dikota sana,"

"Lalu, kenapa kau harus pergi?" tanya ulang Rio.

Asep merubah raut wajah nya yang tadi riang menjadi datar kembali, mencoba menetralkan perasaan nya antara bahagia atau sedih. Asep terlalu takut, jikalau mimpinya tidak akan bisa digapai jika dia menyia-nyiakan kesempatan untuk pergi ke Bali besok. Tapi, disisi lain teman-temannya bahkan teman terdekat nya menahan agar dia tidak pergi, apa yang bisa Asep lakukan jika pergi dia akan bisa meraih impian nya jika tidak, pupuslah harapan nya.

"Sep jawab," ujar Rio yang masih menunggu jawaban Asep.

"Yo, jika kamu hanya ingin mengubah keputusan ku maaf sekali, bukan aku tidak menghargai mu sama sekali sebagai sahabat ku. Tapi, aku punya banyak alasan yang tidak bisa aku katakan bahkan untuk merubah nya pun sulit sekali. Kau tahu, aku sangat menyayangimu, sahabat-sahabat ku yang lain aku ingin sekali kita menggapai impian bersama tanpa mencari solusi bagiamana nya. Kau tenang saja, setelah aku sukses nanti kau dan yang lainnya akan bekerja bersama ku," jelas Asep panjang lebar, berharap sahabat disampingnya nya ini paham perasaanya yang sedang bingung ini.

I am coming Istanbul [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang